webnovel

The Eyes are Opened

Kisah seorang gadis remaja yang bernama Dyandra (15 th) memiliki sixth sense yang selama ini belum terbuka penuh, akhirnya terbuka setelah mengalami kejadian supranatural di sekolahnya. Kemampuan yang dimilikinya saat itu ternyata tidak dapat ditutup hingga ia kuliah. Banyak kejadian-kejadian supranatural yang ia alami dan kemampuan baru yang dimilikinya berkembang dari hari ke hari sehingga mempengaruhi kehidupannya dan kisah cintanya. Bagaimana kehidupan Dyandra di masa depan?

Rachel_Oktafiani · Kinh dị ma quái
Không đủ số lượng người đọc
203 Chs

Saat Malam Tiba.. (part 03)

Sunyi.. hingga aku dapat mendengar suara langkah kakiku.

"Rumah ini terlalu besar untuk di huni satu keluarga yang tak banyak jumlahnya! Apalagi tangga menuju lantai dua sangat panjang dan besar, aku tak dapat membayangkan jika harus tinggal di rumah sebesar ini dan harus naik turun tangga setiap hari, waahhh.. bisa-bisa aku kurus di sini. Sudah seperti ngegym aja!". Gumamku dalam hati.

"Aaahhhh.. aku kebelet kencing.. hmmm.. ke toilet dulu aja kalau gitu, baru ambil tas di kamar kak Nilam". Ujarku.

Di saat aku menuju toilet yang terletak di lorong sebelah kanan lantai dua, aku merasakan hal yang aneh. Seperti aura negative dan hawa panas di sekitaran kamar mandi. Aku tetap memberanikan diri untuk ke toilet karena sudah tak tahanmenahan ingin kencing. Hawa panas semakin menyengat terasa di kulitku, aku tak tahu aap yang ada didalam sana hinga aku sendiri sampai tak berani untuk masuk ke dalam toilet. Tappiii... aku sudah tak tahaaannn... sudah di ujung tanduk rasanya!! Aku berjalan pelan-pelan dna mulai memasuki kamar mandi dengan terus memandang ke bawah. Aku tahu, aku akan melihat hal yang tak ingin aku lihat di depan sana, makanya aku tak berani mengangkat kepalaku. Aku mulai menginjakkan kakiku di depan pintu toilet yang telah terbuka, dan benar saja ada sesuatu yang besar di hadapanku. Aku terus menunduk dan tak berani melihat ke depan. Aku cepat-cepat masuk ke toilet, dan cepat-cepat pula untuk kencing. Namun sialnya, "ia" menungguku di depan pintu toilet.

"Aaaargggghhhhh!!!!". Teriakku saat "ia" mencoba melihatkan wujudnya kepadaku.

Suara teriakanku terdengar hingga lantai satu, sampai mama dan Budhe mengahampiriku di atas. Aku sampai takdapat bergerak karena terkejut dan takut. BUlu kuduku berdiri di seluruh badan. Aku baru kali ini melihat sosok yang sangat besar, memiliki mata berwana merah darah yang besar dan melotot, seluruh tubuhnya terdapat rambut yang sangat panjang dan memiliki kuku-kuku di setiap jarinya panjang.

"Andra!! kamu kenapa nak?! kamu nggak apa-apa?". Tanya mama yang langsung menghampiriku dan memelukku. Aku seketika menangis di dalam pelukan mama karena rasa takut dengan apa yang baru saja aku lihat.

"Sudah-sudah cup nak.. ayo kita turun dulu kalau begitu'. Ucap mama mencoba menenangkanku.

"Kenapa Dyandra Don?". Tanya Budhe yang saat itu menyusul ke atas dan melihat kondisiku.

"Ohh, nggak apa-apa kok mbak. Mungkin di kaget atau terlepeset tadi". Ucap mama berusaha untuk menutup kejadian yang aku alami pada Budhe.

"Mbookkkk!! ambilkan air minum buat Dyandra!! Kamu! Gus! ambilkan tasnya Dyandra di kamarnya Nilam!'. Perintah Budhe pada pekerjanya.

Setelah kejadian itu, aku di bawa mama turun ke lantai satu dan di dudukkan di sofa ruang keluarga. Mukaku pucat dan tanganku bergetar ketakutan hingga mengeluarkan keringat dingin. Aku sampai tak dapat berkata apapun saat itu. Hanya rasa takut dan kaget dengan apa yang telah aku lihat tadi di depan pintu masuk toilet atas.

"Don, kamu yakin mau pulang malam ini? Biar mas Bandi yang anterin ya?!". TAnya Budhe pada mama.

"Iya gak apa kok mbak.. toh aku bisa jaga Andra meskipun naik sepeda motor. Mungkin abis minum air putih juga shocknya hilang mbak". Ucap mamaku.

"Ya udah kalau itu kemauanmu. Mbak nggak akan maksa lagi. Ow ya, itu Andra abis lihat apa di atas? kok sampe kaya gitu?". Tanya Budhe tiba-tiba.

" Wah aku juga gak tahu mbak.. ada apa di atas mbak?".

"Nggak apa, cuamn beberapa kali mas Bandi ke toilet lantai dua kok seperti bawa barang aneh gitu. Makanya apakah Dyandra melihat yang nggak-nggak". Bisik Budhe pada mama.

"Besok aja ya mbak aku tanyakan ke anaknya. Sekarang gak berani. Kasihan masih syok."

"Ya udah. gih cepetan balik! sudah tambah larut malam lho! ini tasnya Dyandra coba kamu cek lagi, apa ada barang yang ketinggalan atau enggak!".

"Udah mbak! Andra cuman bawa tas ini aja kok. Ya sudah mbak saya pamit dulu. Sampaikan salam ke mas Bandi sama Nilam ya mbak..". Ucap mama sambil melambaikan tangannya pada Budhe, sedangkan aku masih shock dan hanya bisa terdiam selama perjalanan pulang ke rumah.

"Ndra! Andra!! Ayo jangan melamun terus!! Pegangan mama nak! nanti jatuh!". Teriak mama saat menyetir sepeda motor menyadarkanku.

"Iya ma!". Ucapku lalu terdiam kembali hingga tiba di rumah.

Sesampainya di rumah..

"Kok malam banget ma pulangnya?". Tanya papa yang telah menunggu kepulangan kami dari tadi.

"Iya. Maaf ya pa.. nanti aja mama ceritain di kamar. Papa bantuin mama gih! ini anakmu ketiduran di punggungku!'. Ucap mama.

"Ya ampunn naakkk sampe ketiduran di jalan?? Kok tadi gak minta tolong sama mbak Wati aja untuk anterin kamu? Kalo sepeda motoran kaya gini kan bahaya! Khawatir sama sepeda motornya? Besok bisa di ambil! Bisa-bisanya kamu bawa anak sambil ketiduran naik sepeda motor!". Ucap papa sambil ngomel-ngomel.

"Sudah!! Gak usah bawel deh! kamu gak tahu kejadiannya aja orang baru dateng sudah di omelin panjang lebar! bawa anakmu ke kamarnya dulu kenapa!".

Malam itu, aku langsung tertidur pulas di punggung mama selama perjalanan hingga tak asadr aku sudah di rumah dan di bopoh papa untuk tidur di kamar. Mata ini terasa berat untuk membuka. Badan ini terasa lemas untuk di gerakkan. Aku sampai berpikir apakah ini efek dari aku melihat mahkluk itu tadi di toilet Budhe ya? tapi kenapa sampai ada makhluk kaya di gitu di dalam ruamh? Padahal mbak kun aja gak ada yang berani masuk rumah. Hanya sebatas di halaman belakang saja. Rasa penasaranku semakin tinggi hingga membuatku kelelahan berpikir dan tertidur pulas di kamarku yang nyaman. Lampu kamar yang tadinya terang dan menusuk mata, kini di ganti dengan lampu tidur yang membuat mata tenang dan nyaman. Tak lupa papa menyalakan aroma terapi bunga chamomile yang terdapat di ujung meja belajarku agar aku dapat berisitirahat dengan baik dan tidak bermimpi buruk. Beliau juga selalu mencium keningku setiap aku tertidur sebelum keluar kamarku. Kecupan papa membuatku merasa senang dan melupakan apa yang telah aku alami sepanjang hari ini.

"Anakmu sudah tidur lagi?". Tanya mama yang baru saja mandi dan sedang mengeringkan rambutnya di kamar.

"Sudah. Andra tidur pulas setelah aku menyalakan aroma terapi di kamarnya".

"Yahh.. syukurlah kalau dia bisa tidur pulas malam ini". Ucap mama sambil menghela nafas.

" Emang ada apa sama dia sepanjang hari ini? Kok kedengarannya ada sesuatu yang terjadi di rumahnya mbak Wati?". Tanya papa penasaran.

"Iyaaa.. tadi tuh, waktu kami mau pulang, si Andra kan lagi ke toilet. Lah di toilet dia lihat barang halus!". Kata mama seketika menghentikan hairdryernya dan bercerita pada papa tentang apa yang terjadi padaku.

Mendengar hal tersebut, memang membuat papa kaget dan berpikir macam-macam pada rumah budhe dan aktivitas yang budhe dan om Bandi lakukan. Hingga mama papa sepakat untuk tidak berkunjung ke rumah budhe untuk beberapa waktu atas kejadian yang telah aku alami.