webnovel

Crazy Woman!

Wanita dengan rok hitam ketat selutut serta blazer oversize dipadukan dengan ikat pinggang yang melingkar di perutnya berjalan masuk ke dalam perusahaan tempatnya bekerja. Pakaian itu memperlihatkan lekuk tubuh indah bak gitar spanyol miliknya, membuat siapa saja yang melihatnya ternganga kagum.

Hella Adriana Kusuma, gadis itu sudah seperti seorang selebriti di perusahaan tempatnya bekerja. Selain penampilannya, kinerjanya juga tidak kalah hebatnya. Cerdas, pintar, cantik, dan sexy, Hella memiliki segalanya.

Berbeda dari wanita cantik lainnya yang biasanya dijadikan musuh oleh orang lain, Hella termasuk gadis yang friendly dan disenangi banyak orang karena kepribadian ramahnya. Bahkan tidak ada satupun rekan kerja wanitanya yang berani membicarakannya di belakang, karena Hella akan mengetahui gosip tentangnya dan beberapa orang yang selalu dibantunya akan membelanya, termasuk para pria.

Hanya ada satu kekurangan dari Hella Adriana Kusuma, gadis itu tidak pernah berpacaran dalam kurun waktu yang lama atau bisa disebut long-term relationship. Baginya hal itu adalah hal yang mustahil, tidak akan ada yang bertahan lama dan durasi Hella menjomblo hanya beberapa hari, bahkan beberapa jam saja.

Hobinya adalah berpesta agar bisa bertemu dengan pria baru untuk ia kencani, dan itu adalah hal yang sangat mudah. Tidak ada, pria yang menolak tawaran kencan gadis secantik Hella. Selain image yang disebutkan tadi, ada image yang lain yang selalu menjadi rumor di kalangan para pria, kalau Hella adalah wanita gila.

Dan mendengar rumor itu, Hella sama sekali tidak keberatan. Apapun yang mereka katakan untuk membuat Hella terlihat buruk, jika Hella tiba-tiba meminta mereka berkencan, Hella berani bertaruh jika mereka akan saling membunuh satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan kencan itu.

Karena itulah yang namanya 'pria', gigih mendapatkan apa yang mereka mau. Namun jika sudah bosan, mereka dengan seenaknya membuang wanita seperti sebuah sampah— begitulah definisi pria dalam pikiran Hella.

"Hella!" Sebuah panggilan, membuat langkah Hella reflek terhenti.

Ia menoleh dan mendapati seorang pria sedang berlari ke arahnya, nafasnya terlihat terengah dan ia langsung memegangi tangan Hella agar gadis itu tidak pergi.

"Hey, ada apa? masih pagi udah lari-lari," tanya Hella dengan raut wajah kebingungannya.

"Hella, kamu tidak serius dengan ucapan kamu tadi malam kan?" Hella berpikir sejenak, ia memutar otaknya dan berpikir sedikit keras, ia melupakan perkataannya tadi malam.

"Aku lupa, yang mana?" tanya Hella sembari mengerjapkan matanya berkali-kali, mendengar jawabannya, pria itu melepaskan pegangan tangannya dan menatap Hella tidak percaya.

"Kamu memutuskanku tanpa alasan, Hella! bagaimana bisa kamu lupa? sedangkan aku semalaman tidak bisa tidur," bentaknya tidak terima, bisa Hella lihat dari kantung matanya yang menghitam. Pria itu benar-benar tidak tidur, sepertinya.

"Dan?" tanya Hella, lagi. Ia tidak mengerti dengan inti dari permasalahan pria tersebut— yang bahkan Hella tidak ingat namanya.

"Hella, kamu masih menganggapnya sepela? kamu memutuskanku tanpa alasan, padahal selama ini aku selalu memperlakukanmu sebaik mungkin."

Hella memincingkan matanya, bukannya fokus pada pembicaraan pria itu, Hella masih menerka-nerka namanya. Setidaknya dengan mengingat namanya, harga diri pria itu akan terobati meski hanya sedikit.

"Okay, tunggu! Apa kamu Frans?" tanya Hella dengan nada bicara pelannya, pria dihadapannya tertawa miris, benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan Hella.

Mereka sudah berkencan selama hampir 1 bulan, dan gadis itu tidak mengingat namanya, lalu siapa juga Frans?

"Wah, benar-benar," ujarnya di sela-sela tawa, pria itu menolak pinggangya dan menatap Hella dengan tatapan meremehkan.

"Kamu kira kamu sangat cantik, dan bisa seenaknya mempermainkanku seperti ini? Asal kamu tahu, kamu hanya salah satunya. Banyak wanita yang akan bertekuk lutut di hadapanku, dan kamu juga akan segera bertekuk lutut," desisnya, pria itu sudah melangkah mendekati Hella, seperti ingin membuat Hella ketakutan.

Namun Hella mengedikan bahunya tidak peduli, dan menyunggingkan senyuman manisnya.

"Baiklah, glad to hear that, Frans!" ucap Hella dengan nada bicara cerianya, gadis itu melambaikan tangannya dan melangkah pergi.

"Dasar gila! Namaku bukan Frans," teriaknya, lalu menjambak rambutnya sendiri frustasi. Jika wanita lain akan merasa terintimidasi dengan tatapan dan kata-kata meremehkannya tadi, ternyata sama sekali tidak mempan jika dipakai untuk Hella.

Gadis itu benar-benar gila dan sulit ditebak, namun hal itulah yang menjadikannya digilai pada pria.

Baru saja Hella duduk di atas kursi kerjanya dan hendak mengerjakan beberapa laporannya, teman kerjanya menghampiri, lalu membisikan sesuatu.

"Reddy, senior kita. Mantan kamu itu kan? dia cariin kamu diluar," bisiknya, Hella menghela nafasnya kasar. Padahal masih pagi, tapi ada saja yang membuat moodnya memburuk.

"Iya ini keluar," balas Hella, ia mengucapkan terimakasih pada rekan kerjanya itu dan beranjak bangun dari duduknya.

Seorang pria yang mungkin, ia temui beberapa minggu lalu sedang berdiri di depan ruangan kerjanya. Pria itu mengerling genit, saat melihat Hella yang sedang melangkah ke arahnya.

"Hey, Babe!" sapanya, Hella jadi bergidik geli mendengarnya. Pria ini cukup membekas diingatannya, karena ia adalah senior di perusahaan tempatnya bekerja dan pria ini juga terkesan sedikit terobsessi kepada Hella.

Namun meski begitu, Hella tidak berniat memberinya rasa hormat ataupun rasa segan. Jika Hella sudah tidak ingin bersamanya, maka mau apapun alasannya, hubungan mereka sudah benar-benar berakhir.

Hella melipat kedua tangannya di depan dada, tatapannya datar, ia benar-benar jengah dengan tingkah pria di hadapannya yang selalu menganggap kalau ajakan putus Hella beberapa minggu lalu hanyalah lelucon.

"Mau apa kesini?" tanya Hella, sembari memutar matanya saat pria itu menarik pinggang ramping Hella dan mendekatkan bibirnya pada bibir Hella.

"Rindu," bisiknya, dengan seringaian yang mungkin pria itu pikir seksi namun Hella malah berpikir kalau itu menggelikan. Untungnya tidak banyak orang yang berlalu lalang, dengan cepat Hella mendorong tubuh pria itu dari hadapannya.

"Kamu amnesia ya? atau budeg?" tanya Hella sembari tertawa sarkas, Hella ikut menyeringai dan menatap pria itu dengan tatapan meremehkan.

"Maksud kamu?"

"Aku bilang, kita putus. Aku sudah bilang itu beberapa minggu yang lalu, dan kamu akan tetap berperilaku menjijikan seperti ini?"

Tidak terima dengan ucapan Hella, pria itu mencengkram tangan Hella dan menarik tubuh ringan gadis itu. Hella sudah dihempaskan ke tembok yang keras, membuatnya meringis kesakitan.

"Kata siapa kamu bisa seenaknya mencampakanku dan menganggap hubungan ini hanya lelucon? aku tidak pernah setuju dengan ucapanmu, jadi berhenti bersikap kasar dan turuti saja kemauanku," seru pria itu dengan gerahamnya yang ia gertakan dengan keras, mencoba mengancam Hella.

Namun Hella malah menyunggingkan senyumannya dan menyentuh pipi pria yang jarak wajahnya hanya berjarak beberapa senti meter saja dari wajahnya, tanpa rasa takut sama sekali.

"Kemauanmu untuk tidak putus? tapi waktumu sudah habis, aku bosan," sahut Hella dengan mencebikan bibirnya—terkesan mengejek pria di hadapannya. Hella kembali mendorong tubuh pria itu dan hendak melangkah pergi.

"Pokoknya aku tidak pernah menyetujui ajakan putus sepihakmu, dan lihat saja aku akan menyebarkan rumor buruk tentang kamu ke seluruh karyawan disini," bentak pria itu, wajahnya terlihat memerah, sepertinya pria itu menahan amarahnya.

"Oh, should I care?" ujar Hella pura-pura terkejut lalu melambaikan tangannya—memberikan salam perpisahan.

Hey guys! It’s my first story in here, so give me a review

Rijennercreators' thoughts