webnovel

The_Commoner

(18+) Romansa 4 triliuner muda yang termasuk dalam penggerak roda ekonomi dunia. keangkuhan dan kekuasaan mereka akan diluluhlantakan dengan cinta.

HRY · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
17 Chs

Alfano Gibadesta 18+

Di salah satu casino milik Ganesa mereka berempat berkumpul bersama setelah dua bulan disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Di sebuah meja berbentuk lingkaran mereka mulai memainkan permainan judi.

"Aku mulai merasa sangat bosan dengan permainan ini" ujar Fano menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Ya taruhannya juga hanya uang, untuk apa? uangku sudah banyak" sambung Leo.

Ganesa hanya mengangkat bahunya acuh, ia hapal benar dengan kedua sahabatnya itu. Mereka akan merasa kurang jika tidak membuat onar di tempatnya ini.

"Bilang saja jika kalian butuh wanita, disini ada Ganesa" ucap Al sambil menggeser sebuah kartu ke tengah meja.

"Semua rasa disini aku sudah tahu" ujar Fano tersenyum kearah Ganesa yang langsung dibalas dengusan malas oleh pria dingin itu.

Mereka tertawa mendengar celetukan Fano yang sangat kasar. Terutama Leo yang sangat mengerti watak temannya yang satu itu.

"Jika aku kalah di permainan ini, aku akan mengajak wanita yang masuk casino ini pada hitungan ke tiga walaupun itu seorang pelayan" seru Fano dengan enteng.

"Sangat tidak adil, itu sangat mudah untukmu" balas Leo.

Ganesa meminum minumannya dengan sekali teguk lalu berucap.

"Boleh juga, aku tidak masalah lagi pula aku merasakan akan ada tontonan bagus" ujarnya sambil menyesap rokok.

"Kau harus pastikan keesokan harinya dia memohon untuk menjadi kekasihmu" tambah Al .

"Oke.. jadi apa mau kalian jika aku kalah? Walaupun itu sangat tidak mungkin" ujarnya pongah.

"Kudengar keluargamu memiliki hotel di Manhattan, aku sedang ingin berlibur ke Manhattan" Ganesa berselohor.

"Besmen ku masih muat untuk satu mobil lagi, punyamu bisa parkir di situ" ujar Leo yang dibalas anggukan ringan dari Fano.

"Kau" tunjuknya pada Al yang sedang tersenyum.

"Apa ya? Aku sudah punya semua yang kalian punya" ujarnya santai.

"Pikirkan saja dulu nanti kau bisa menghubungi ku".

"Baiklah mari kita bermain" seru Leo dengan mengangkat gelas di tangannya yang diikuti ketiga temannya.

Mereka bermain cukup lama dari biasanya. Bermain sangat rapih agar tidak keluar jadi si pecundang.

"Kurasa aku akan menang" ujar Fano congkak.

Ganesa menggeser semua kartunya ledepan, membuat Leo terbahak melihat raut wajah Fano yang berubah kesal.

"Ohh sudah ku duga, coba kita lihat kartu siapa yang paling bagus di antara kita"

"Kau bajingan Ganesa" ujar Fano.

Ganesa hanya mengangkat gelas di tangannya dengan senyum tipis di bibirnya.

"Aku rasa kau kalah telak Fano, kau tidak akan mundur bukan?" Sindir Al yang sudah menantikan sebuah pertunjukan dari sahabatnya yang tengil ini.

"Shit!" Ujar Fano sambil terkekeh dan mengangguk ringan sebagai jawaban.

"Oke! Satu ! Dua.." seru Ganesa dengan pandangan tidak lepas dari Fano yang sedang memikat pelipisnya.

"Tiga.."

Pandangan keempatnya terpaut pada pintu masuk casino. Menunggu makhluk berjenis kelamin perempuan yang akan memasuki pintu itu.

Dan. Seorang gadis dengan pakaian formal terlihat memasuki pintu besar itu dengan terburu-buru, pandangan nya melihat ke sekeliling tempat itu.

Fano membuka mulutnya mendesis tidak percaya lalu memijat pelipisnya.

"Setidaknya bukan pelayan" ujarnya lalu berdiri dari kursinya.

Ketiga sahabatnya menatap penuh minat pada pergerakan Fano yang mulai mendekati targetnya.

Sedangkan pandangan gadis itu masih menyisir seisi ruangan itu sampai pandangan nya menajam saat melihat Fano. Tangan gadis itu terkepal kuat wajah cantiknya terlihat memerah.

Fano yang melihat itu merasa bingung juga sedikit takut, saat melihat gadis itu mengambil segelas beer di meja bartender lalu berjalan kearah Fano.

Al tersenyum lebar mematikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Gadis itu berjalan cepat kearah Fano yang masih berdiri sambil menahan napasnya, saat ia melihat gadis itu semakin dekat barulah ia memejamkan mata nya dengan rahang mengeras.

"Bangsat!"

Suara makian itu membuat Fano membuka matanya dan dahinya berkerut saat tidak menemukan gadis itu dihadapannya. Ia berbalik dan melihat kejadian tak terduga yang menyebabkan nya mengembangkan senyum penuh kelegaan, dengan samar ia mengelus dadanya.

Gadis itu dengan berani menyiram salah satu laki-laki yang tengah sibuk berciuman dengan salah satu wanita penghibur di casino ini.

"Kissela ? Apa yang kam_u lakukan disini?" Tanya pria itu dengan terkejut.

"Harus nya aku yang bertanya padamu! Sedang apa kamu disini?! Apa ini rumah nenekmu yang sakit?" Tanya gadis yang bernama kissela itu dengan penuh amarah.

Pria itu mendekat mencoba untuk menenangkan, namun lengannya ditepis kasar oleh gadis itu.

"Tunggu sayang, sungguh ini bisa aku jelaskan".

"Jelaskan? Apa!? Apa yang mau kamu jelaskan!" Suara gadis itu mulai terdengar bergetar, ia menengadah menahan tangisnya.

"Kau.. breksek!"

Pklakk..

Seruan terdengar dari meja ketiga pria di tengah ruangan itu. Mereka sangat menikmati tontonan bagus seperti ini.

"Aisshh.. itu pasti sangat sakit" seru Leo yang sedang bertopang dagu.

"Ini sangat menarik, tapi akan lebih menarik jika Fano yang ada di posisi laki-laki itu" ujar Al terkekeh.

Ganesa masih terus mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya. Sedikit kagum dengan keberanian gadis itu.

"Kau!. Beraninya kau menamparku!" Laki-laki itu menatap gadis yang bernama kissela itu dengan pandangan remeh, "kau harusnya gunakan otak mu untuk berpikir, aku begini karena kamu tidak pernah memberikan service yang memuaskan, kau hanya bisa pasrah tidak ada permainan yang membuatku puas, kau terlalu naif" lanjut laki-laki itu saat berada tepat di depan kissela yang terdiam.

"Ohh begitu? Baik. Terimakasih atas penilaianmu terhadapku" gadis itu pergi meninggalkan laki-laki itu dengan menunduk menyembunyikan wajah nya dari pengunjung yang merasa penasaran dengan dengan kejadian itu.

"Ya sudah sana pergi, gadis tidak berguna" ujar si pria dengan melambai.

Gadis itu berjalan melewati Fano begitu saja, meninggalkan aroma minyak telon bayi di indra penciuman pria Gibadesta itu.

"Aku harus keluar akan aku kabari nanti" seru Fano pada ketiga sahabatnya yang masih mengamati nya.

Fano keluar dari casino milik sahabat nya itu dengan sedikit berlari. Mencari keberadaan gadis dengan pakaian formal di sekitar nya. Namun nihil.

Mobil Lamborghini milik nya sudah terparkir di depan loby dengan segera ia masuki dan memacu mobil nya membelah malam yang sunyi. Hingga pandangan nya melihat kearah perhentian bus dipinggir jalan.

"Dia benar-benar bodoh, mana ada bus dini hari begini" ujar Fano seraya menepikan mobilnya tepat di depan gadis itu.

Melihat kebingungan di wajah gadis itu ia menurunkan kaca mobil.

"Kau butuh tumpangan? Kurasa bus tidak akan lewat di jam segini taxi pun akan sulit" seru Fano menawari.

Gadis itu terdiam terlihat sedikit berfikir, saat mulutnya terbuka untuk menjawab namun ia urungkan. Wajahnya terlihat ragu.

"Jangan takut aku bukan orang jahat, aku melihat kejadian di casino tadi, dan berniat membantumu" jelas Fano yang melihat keraguan di wajah gadis itu.

Dengan ragu gadis itu mengangguk dan mulai membuka pintu mobil lalu duduk di sebelah Fano dengan sedikit kaku.

^^^^^^^

Fano turun dari Lamborghini Aventador miliknya dengan membawa beberapa kaleng beer di tangannya. Ia menghampiri kissela yang sedang memandang pemandangan kota di malam hari. Saat ini mereka berada di sebuah tebingan dipinggir kota, Fano memutuskan menemani Sela yang tidak ingin pulang kerumahnya dalam keadaan seperti saat ini.

"Kau ingin minum? Udaranya sangat dingin, ini bisa sedikit menghangatkan" ujar Fano yang baru saja duduk disebelah gadis itu.

"Ya.. terimakasih" balasnya.

"Berapa lama kau berpacaran dengan nya?" Tanya Fano membuka obrolan.

Sela menunduk dan menghembuskan nafas kasar lalu tertawa sumbang.

"Cukup lama, sampai aku tidak tahu seperti itu dia menganggap ku".

Gadis itu mulai menangis.

"Kau tau, aku bekerja siang dan malam hanya untuk mencukupi kehidupan ku agar bisa setara dengan keluarganya, aku berhemat hanya untuk membeli produk kecantikan hanya untuk cantik didepan nya" gadis itu masih terus menangis meluapkan kesedihan yang ia rasakan.

"Aku memang tidak handal dalam urusan ranjang, aku bahkan baru pertama melakukan nya, apa itu salah? Apa aku salah?" Tanyanya pada Fano yang tersedak karena mendengar ocehan gadis di sampingnya ini.

Fano tersenyum kearah kissela dan berujar dengan baik.

"Tidak salah kalau kau tidak handal dalam hal itu, harusnya dia mengajarimu dan membuatmu handal"

"Aku tidak bisa menerima hinaan ini" seru kissela dengan menarik kerah jas yang di kenakan Fano.

Membuat sang empunya terkejut, "hei kau harus sabar, menurut ku kau cantik dan cukup menarik kurasa aku bisa membantumu"

Perlahan keduanya mendekat dan Fano memberikan sebuah kecupan di sudut bibir gadis itu. "Kita bisa mencoba nya".

Setelah kalimat itu Fano menarik kissela keatas pangkuannya dan melumat bibir gadis itu dengan penuh rasa damba. Manis itu yang ia rasakan saat menyecap bibir gadis di pangkuannya.

Kissela terbawa dengan arus gairah yang ditawarkan oleh Fano. Ia meletakkan kedua lengannya diatas bahu Fano dan menggenggam rambut  Fano dengan jari-jari lentiknya.

Fano memutus ciuman mereka dan menatap wajah kissela tepat di mata gadis itu.

"Sabar sayang, kita harus pindah disini terlalu terbuka".

Dengan lengannya Fano mengangkat kissela menuju Lamborghini Aventador miliknya dan menurunkan bangku pengemudi untuk mendapatkan tempat lebih luas untuk dirinya dan kissela.

Malam itu keduanya melebur menjadi satu, saling menyerang . Udara yang tadinya dingin berubah menjadi panas membara. Sentuhan demi sentuhan di terima kissela dengan bergairah bahkan Fano yang biasa melakukan nya di buat gila dengan sensasi yang berbeda.

"Ahh..ah kau sangat luar biasa" ujar Fano menggila.

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

HRYcreators' thoughts