Leah masih belum percaya dengan keberuntungannya. Dirinya begitu bahagia. Bagaimana tidak, dirinya yakin setiap wanita akan merasa senang jika disuruh berbelanja menggunakan uang orang lain. Bibi Rosy menatap Leah, sudah lama dirinya tidak melihat Leah tersenyum bahagia seperti itu. Akhirnya Bibi Rosy merasa yakin akan keputusannya, yang meminta Leah untuk menggantikan posisinya.
"Jadi kamu berencana kemana untuk menghabiskan uang Tuan Robert?" tanya Bibi Rosy, menggoda Leah. Leah berpikir sejenak dan berkata, "Karena ini adalah uang Tuan Robert, maka aku akan lebih tenang jika membelanjakannya di Pusat Perbelanjaan Central! Bukankah mall itu milik Keluarga Wayne? Jadi, aku ingin uang yang aku belanjakan akan kembali kepada Keluarga Wayne!"
"Benar! Mall itu adalah salah satu perusahaan milik Keluarga Wayne. Ah..., jika kamu ke sana maka Bibi akan merekomendasikan penata rambut yang bagus! Bibi pernah sekali ke sana dan memang hasilnya sangat bagus. Namun, sangat mahal! Cukup sekali Bibi ke sana, itu pun karena diajak Bu Yuna!" ujar Bibi Rosy, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Teringat akan uang yang dikeluarkannya waktu itu.
Leah tersenyum melihat bagaimana reaksi Bibi Rosy.
"Baik, Bi! Aku akan ke sana, karena harga tidak jadi masalah selama aku memiliki kartu ini!" ujar Leah sambil menunjukkan kartu hitam milik Tuan Robert.
"Nama salon itu 'Emma', pemiliknya pria yang agak kewanitaan. Namun, pria itu memiliki bakat untuk menyesuaikan tatanan rambut dengan wajah pelanggannya. Jadi, meskipun mahal pelanggannya masih sangat banyak! Bibi lupa salon itu terletak di lantai berapa. Nanti, setibanya di sana kamu tanyakan ke pihak informasi gedung! Apakah kamu akan berangkat sekarang?" tanya Bibi Rosy.
"Masih terlalu pagi! Biar aku membantu Bibi menyelesaikan beberapa pekerjaan terlebih dahulu. Sekitar pukul 10, baru aku akan mulai berburu!" jawab Leah dan tersenyum lebar.
Bibi Rosy ikut tersenyum, saat melihat tingkah Leah. Ya, dirinya juga ikut merasa bahagia untuk Leah.
Pukul 10.30, Leah sampai di mall Central. Sebelumnya, Leah hanya pernah datang satu kali ke tempat ini. Karena barang-barangnya mahal dan itu tidak sesuai dengan kondisi keuangan Leah saat itu.
Mall masih sepi, Leah melihat di peta gedung dan mencari salon yang dimaksud Bibi Rosy. Ah..., ini dia. Leah menemukannya lalu berjalan cepat menuju tempat itu.
Sesampainya di sana, lokasi salon sangat luas. Namun, karena masih begitu awal, belum ada pelanggan yang datang. Leah akan menjadi pelanggan pertama untuk hari ini. Leah melangkah masuk ke dalam salon dan melihat meja di depan. Sepertinya dirinya harus bertanya ke sana terlebih dulu.
Dibalik meja, duduk seorang wanita muda, cantik dan modis. Riasan wajah yang sempurna dan model rambut yang sesuai dengan bentuk wajahnya.
"Selamat siang!" sapa Leah.
Wanita itu menengadah dan menatap Leah, lalu bertanya, "Perawatan apa yang kamu inginkan?"
Sebelum sempat menjawab, terdengar suara dari dalam berkata, "Serahkan padaku! Serahkan padaku gadis polos itu!"
Leah mengintip kedalam dan berusaha menemukan orang yang barusan berbicara. Leah melihat seorang pria, tetapi pria yang cantik. Berpakaian layaknya pria dengan wajah yang dipolesi riasan tebal. Ah..., mungkin ini pria yang dimaksud Bibi Rosy, pemilik tempat ini.
"Halo, Nona! Adakah yang dapat aku bantu? Atau kira-kira apa yang ingin Nona lakukan dengan penampilan itu?" tanya pria itu sambil berjalan mengelilingi Leah seakan sedang menilai penampilannya.
"Ehm, aku hendak merubah penampilan membosankan ini! Aku ingin memendekkan dan mewarnai rambut ini!" ujar Leah, sambil menyentuh rambutnya sendiri.
Pria itu bergumam sendiri. Kemudian berkata, "Aku suka! Aku sangat suka merubah penampilan wanita polos, menjadi penampilan wanita memukau! Namun, apakah Nona keberatan jika melakukan pembayaran di depan? Tentu saja itu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan!"
Leah tidak marah, karena dirinya sadar bahwa penampilannya membuat pria itu ragu. Apakah dirinya akan mampu membayar jasa pelayanan mereka yang berharga selangit itu.
"Tentu, tidak masalah!" ujar Leah sambil mengeluarkan kartu hitam milik Tuan Robert dan menyerahkan kepada pria itu.
"Hitung dan gesek kartu itu!" ujar Leah.
Pria itu menatap kartu hitam untuk sesaat dan tiba-tiba memekik, "Argh! Tuan Robert Wayne? Nona, apakah kamu mencuri kartu ini? Nona tahu siapa pemilik kartu ini? Nona dalam masalah besar!"
Harusnya Leah merasa tersinggung. Namun, melihat reaksi pria itu yang lucu membuat Leah tertawa dan berkata, "Aku tidak mencurinya! Aku sekretaris baru Tuan Wayne dan beliau mengatakan penampilan saya seperti pekerja di biro pemakaman! Karena tahu aku tidak memiliki uang, maka Tuan Robert menyerahkan kartu ini agar dapat aku gunakan! Untuk merubah penampilan saya sesuai dengan standar perusahaan Y! Oh, tentu saja Anda dapat mengkonfirmasi kepada Tuan Robert terlebih dahulu!"
"Ah, Nona adalah sekretaris ke-8? Woho..., aku sangat bersemangat!" ujat pria itu sambil mendorong Leah masuk dan duduk di salah satu kursi.
Kemudian, pria itu mengembalikan kartu hitam kepada Leah.
"Nanti saja! Setelah semua selesai baru bayar! Aku yakin limitnya cukup!" ujar pria itu bahkan lebih bersemangat.
"Bagaimana Anda tahu, bahwa aku adalah sekretaris ke-8? "tanya Leah penasaran.
Apakah rumor sungguh berhembus sampai ke sini.
"Nona cantik! Pelangganku kebanyakan adalah karyawan perusahaan Y dan di tempat inilah semua gosip bermula!" ujarnya sambil membuka sanggul rambut Leah.
Kemudian, wajah pria itu terlihat sedang berpikir keras. Gaya rambut apa yang seusai untuk dirinya.
"Gaya rambut berponi akan sesuai untukmu! Bagian belakang akan digunting rata sebahu. Untuk warna pengecatan aku pilih warna coklat yang tidak akan mencolok. Namun, akan mencerahkan warna kulitmu!"
Dan mulailah pria itu bekerja. Leah meras lega, karena tidak diinterogasi lebih lanjut. Namun, setelah selesai menata rambutnya, kemudian pewarnaan diserahkan kepada karyawannya.
Lalu, pria itu menarik kursi dan duduk di samping Leah.
"Nona, siapa namamu?"
"Leah Dwanson dan bagaimana aku memanggil Anda?" tanya Leah. Benar, Leah tidak tahu harus bagaimana memanggil pria itu dan tidak membuat seseorang merasa tersinggung.
Ha ha ha!
Pria itu tertawa, kemudian berkata, "Nona, kamu sungguh sopan! Bagaimanapun kamu memanggil diriku, itu tidaklah masalah. Namun, karena kamu sudah bertanya maka perkenalkan nama saya Emmanuel. Jadi, cukup panggil aku Emma! Sesuai dengan nama tempat ini!" jelas Emma, sambil menunjuk ke arah papan nama salonnya yang tergantung tinggi di dinding.
"Jadi, setelah dari sini, apa lagi yang akan kamu lakukan? Untuk mengubah penampilanmu?" tanya Emma penasaran.
"Berbelanja baju, sepatu, tas dan make up " ujar Leah jujur.
"Oh, sungguh wanita yang beruntung! Berbelanja menggunakan uang orang lain, akan sangat menyenangkan!" ujar Emma yang ikut merasa senang.
"Namun, bisakah Emma merekomendasikan ke toko mana aku harus membeli barang-barang itu? Jujur, ini baru kedua kalinya aku datang ke mall ini. Jadi, aku cukup bingung untuk memutuskan harus ke mana!" pinta Leah.
"Jangankan merekomendasi, aku bahkan bersedia menjadi penata gayamu!" ujar Emma bersemangat.
"Benarkah? Kamu bersedia? Aku sungguh berterima kasih! Karena jujur, lebih bagus jika ada orang yang bisa memberikan masukan!" balas Leah bersemangat.
"Tentu, Sayang! Lagipula aku tidak bisa membiarkan gadis polos sepertimu, pergi sendiri ke toko-toko besar! Pramuniaga di sana kejam-kejam dan mereka akan memberikan pelayanan sesuai dengan penampilan pengunjung! Jadi, biarkan aku menemanimu! Aku sangat senang bisa terlibat dalam proses perubahan sekretaris ke-8!"
Setelah berkata seperti itu, Emma langsung berdiri dan meninggalkan Leah. Emma bukan manusia sempurna, tetapi pria itu memiliki hati yang tulus. Leah beruntung bertemu dengannya.