Leah Dawnson duduk termenung, tangannya masih memeluk boneka kesayangan putrinya. Dirinya menghirup dalam aroma boneka itu, berharap dapat mencium aroma tubuh putrinya. Namun, tidak ada lagi yang tersisa. Sudah 1 bulan, sejak kepergian putri tercintanya dan Leah masih dalam suasana hati berkabung dan kesedihan yang mendalam.
Bibi Rosy menatap Leah, hatinya hancur melihat bagaimana Leah harus melewati semua kemalangan ini. Mulai dari perceraian, kemudian kepergian putri tercintanya. Tidak ada kata-kata yang dapat menghibur Leah saat ini, bibi Rosy mengerti akan hal tersebut. Bukankah dirinya sendiri juga telah menjanda di usia muda, saat ditinggal meninggal oleh suaminya. Saat itu, dirinya juga tidak ingin mendengar nasehat atau kata-kata penghiburan apa pun.
Leah mendengar langkah kaki mendekat dari belakang. Dirinya berbalik, menatap Bibi Rosy dan berkata, "Bi! Apakah hidup harus sekejam ini? Bukankah, lebih baik saya yang mati menggantikan Chloe? Dia masih sangat kecil, masih banyak hal yang belum dilihat dan dilakukannya!"
Tidak ada air mata yang mengalir lagi, hanya tatapan kosong dan hati yang hampa.
Bibi Rosy kemudian mendekat dan duduk di sampingnya, lalu berkata, "Memang hidup ini kejam dan tidak adil. Banyak yang merasakan hal tersebut, bibi juga tahu seperti apa rasanya ditinggal orang tercinta. Namun, mereka yang meninggalkan kita tidak berharap kita akan terpuruk ataupun hancur karena kepergian mereka. Hidup tetap harus berjalan, tinggal kita memilih bagaimana menjalaninya. Apakah setiap harinya akan dijalani dengan duka atau dengan harapan yang baru."
"Apakah masih ada harapan untuk saya?" tanya Leah sambil tersenyum getir.
"Bibi tahu, apa pun yang Bibi ucapkan saat ini hanya akan membuatmu semakin pusing. Baiklah! Bibi tidak akan menceramahi dirimu lagi. Bibi hanya ingin, untuk sementara ini kamu tinggal dengan Bibi. Bagaimanapun, Bibi akan lebih tenang dapat melihatmu secara langsung!" ujar Bibi Rosy.
Leah mengambil beberapa baju dan peralatan mandi seadanya saja. Lagipula, rumah mereka hanya bersebelahan. Leah mengikuti Bibi Rosy ke rumahnya. Rumah mungil yang hangat, itu yang dirasakan Leah ketika kakinya melangkah masuk kedalam rumah Bibi Rosy.
"Mandilah dan setelah itu makan! Bibi akan memasak sup untukmu. Setelah itu, tidurlah! Sudahkah kamu bercermin dan melihat bagaimana rupamu saat ini?" tegur Bibi Rosy.
Leah hanya tersenyum dan mengangguk, kemudian menuruti perintah Bibi Rosy.
Leah, sudah beberapa hari tidak makan dan mandi secara teratur. Leah beruntung, memiliki Bibi Rosy. Sebagai anak yatim piatu, Leah tidak lagi memiliki keluarga. Kehangatan Bibi Rosy, membuat Leah merasa seperti memiliki seorang ibu.
Setelah selesai mandi, Leah melangkah keluar dan disambut dengan aroma masakan yang lezat. Perutnya langsung berbunyi. Buru-buru, Leah berjalan ke meja makan dan langsung hendak makan dengan suapan besar.
"Hati-hati! Masih panas!" teriak Bibi Rosy.
Leah tersenyum dan berkata, "Baik Bi! Saya tahu. Hanya saja, ini kelihatan sangat lezat dan saya tidak dapat menahannya"
"Baguslah kalau kamu suka, makan yang banyak. Masih ada di panci itu kalau kamu mau tambah. Bibi mau ke kantor dulu!" ujar Bibi Rosy, sambil mengambil tas tangan dan memakai sepatu hak tingginya.
Untuk wanita seumuran Bibi Rosy, beliau termasuk masih sangat modis dan cantik. Kalau tidak salah Bibi Rosy pernah berkata, dirinya akan pensiun tahun ini. Sungguh beruntung Bibi Rosy mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan bergengsi. Dibandingkan dirinya yang dulu mendedikasikan hidupnya hanya untuk suami dan anaknya, batin Leah.
Setelah makan, Leah mengikuti perintah Bibi Rosy. Dirinya mencoba untuk tidur dan itu bukanlah hal yang mudah. Karena begitu Leah menutup mata, dirinya akan melihat wajah putrinya dan akan menangis kembali. Namun, dirinya harus tidur bukan? Jadi, Leah harus mencobanya dan dalam hati berdoa dalam hati untuk anaknya 'Sayang! Mama masih begitu merindukanmu. Berikan Mama kekuatan untuk melewati hari-hari berikutnya tanpa dirimu. Sampai nanti kita bertemu lagi sayang.'
Air mata mengalir lagi, tetapi hatinya terasa damai. Ya, Leah hanya akan menunggu waktu dirinya dipanggil nanti. Agar dapat berkumpul dengan putrinya kembali.
Leah menutup mata tetap tidak dapat terlelap, pikirannya berputar kembali ke masa lalu saat kedua orang tuanya masih hidup. Orang tuanya sangat menyayanginya yang merupakan anak tunggal. Namun, kasih sayang itu harus berakhir ketika kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan.
Kehidupan yang awalnya penuh kasih sayang, berubah drastis. Leah yang saat itu baru berusia 17 tahun, harus tinggal berpindah-pindah dari rumah keluarga saudara ayah atau ibunya yang mau menampung dirinya.
Saat itu, Leah merasa sangat beruntung karena ada Daniel, mantan suaminya. Yang saat itu adalah kekasihnya. Setelah tamat sekolah, Leah memutuskan untuk hidup mandiri. Bekerja sambil kuliah dan tinggal di kamar kost kecil yang mampu disewanya.
Orang tua Daniel, sudah menganggap Leah seperti putri mereka sendiri. Ibu Daniel sering menyiapkan bekal untuk dibawanya ke kantor.
Leah dan Daniel, sama-sama berjuang dari bawah. Leah memiliki kesempatan bekerja di bank swasta, sedangkan Daniel diterima di perusahaan ekspor impor. Dengan kepercayaan serta restu yang telah diberikan oleh kedua orang tua Daniel, maka mereka berdua juga menjalani hubungan yang murni. Mereka tidak ingin menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan.
Sampai pada saat Leah menyelesaikan kuliah, Daniel melamarnya. Pernikahan sederhana, tidak ada pesta hanya acara adat. Saat itu keuangan mereka tidak berlebih lagi karena mereka menggunakan gaji mereka untuk membayar cicilan rumah yang dibeli bersama.
Setelah menikah, kehidupan mereka berubah, Daniel mendapat promosi jabatan yang sangat cepat, begitu juga dengan Leah. Otomatis keadaan keuangan mereka membaik dan Leah hamil di bulan berikutnya, sungguh hidup yang dipenuhi berkah.
Saat usia kandungan Leah masuk bulan kedelapan, Daniel memintanya untuk berhenti bekerja. Agar kedepannya, Leah dapat mengurus rumah dan anak-anak mereka. Leah setuju, memang impiannya adalah menjadi ibu rumah tangga. Memasak, membersihkan rumah dan menjaga anak-anak mereka adalah hal yang ingin dilakukannya.
Namun, semua kebahagian itu tidak bertahan lama. Setelah Leah melahirkan putri mereka, Chloe terlahir dengan penyakit jantung bawaan dan membuat Daniel mulai menutup diri. Karena, Daniel tidak dapat menerima anaknya yang terlahir cacat.
Keuangan mereka mulai memburuk, seiring dengan biaya pengobatan anak mereka yang sangat mahal. Begitu juga hubungan pernikahan mereka mulai merenggang. Daniel tidak mau terlibat dalam setiap pengobatan putrinya, pria itu hanya akan menyediakan uang dan sisanya merupakan tanggung jawab Leah.
Perselingkuhan mulai terjadi antara Daniel dengan rekan kerjanya dan perceraianlah yang menjadi pilihan Daniel untuk Leah.
Ya..., mereka bercerai satu tahun lalu dan kesehatan putrinya menurun drastis setelah perceraian itu. Daniel tidak pernah menjenguk dirinya ataupun putri mereka. Walaupun tidak pernah menanyakan ayahnya, tetapi Leah tahu putrinya sangat merindukan ayah itu.
Saat ini, Leah tidak lagi merasa beruntung bertemu dengan Daniel.
Ini merupakan titik terendah dalam kehidupannya.
Air mata kembali mengalir, setelah lelah menangis akhirnya Leah tertidur.