webnovel

Six. Kerja sama Bisnis

Setelah rapat kemarin malam, malam ini Vale, Jessi, Cyslin dan tim 2 datang ke dermaga pelabuhan untuk bertemu dengan rekan bisnis baru mereka. Walaupun permasalahan mereka yang kemari belum selesai, bisnis untuk memutar uang tetaplah nomor satu bagi Vale. "Ketua tim 2, apa kau sudah menyiapkan kontrak bisnisnya?" tanya Vale, yang dianggukki oleh ketua tim 2. Ia menyerahkan map berwarna coklat, yang berisikan kertas–kertas peryataan bahwa calon rekan bisnis mereka menyetujui semua persyaratannya.

Sudah lama berjalan, kini mereka berhenti di titik temu, yaitu di pinggir laut. Ah, mereka tidak berbicara di luar ruangan, maksudnya, ada sebuah rumah kecil, namun di dalamnya sangat mewah. Banyak barang–barang antik di dalam tempat ini, juga ada beberapa senjata api tua yang tersusun rapih di ruangan yang membentuk huruf V ini. Vale dan Jessi masuk ke dalam ruangan khusus pertemuan kali ini, sedangkan yang lain menunggu di luar ruangan. "Beritahu ketua tim 2, jangan lengah. Dan suruh mereka berpencar," bisik Vale pada Jessi, yang dianggukki oleh gadis itu. Walaupun akan menjadi rekan bisnis, waspada tetaplah nomor satu, bukan?

"Lalu bagaimana dengan anak baru itu? Apa yang harus dia lakukan di sini?" tanya Jessi pelan. Vale menghela nafas, ia menggerakkan tangannya seolah mengatakan untuk tidak menghiraukan gadis itu, dan fokus terhadap apa yang Vale perintahkan. Dengan raut wajah kesalnya, Jessi menuruti permintaan Vale, dan mengirim sinyal digital dari jam tangan yang ia gunakan pada ketua tim 2. Tak lama setelah itu, sang calon rekan bisnis mereka datang, membawa dua box hitam, dan dua orang di belakangnya. Ah, ini tidak adil. Padahal tadi Vale suruh saja Cyslin ikut bersama mereka berdua.

Pria yang duduk bersebrangan dengan Vale menaruh box hitam itu di meja, dan membuka salah satunya, untuk menunjukkan barang apa yang mereka bawa sebagai jaminan. "Tuan Muda Dominguez, saya yakin anda tahu tentang obat ini," ucapnya, sembari menyerahkan beberapa sampel obat. Jessi mengambil obat itu, dan mengeluarkan salah satunya dari dalam bungkus. "Ini ... ini obat yang digunakan Negara New Zealand untuk menghentikan penyebaran virus di ibukota. Bagaimana bisa anda memiliki obat ini, tuan Vincent?" tanya Jessi lantang. Vincent yang ditanyai hanya tertawa kecil.

"Saya tahu siapa pembuat obat ini, tuan. Atau mungkin ... anda salah satu donatur dalam pembuatan obat ini?" Kali ini, giliran Vale yang bertanya. Vincent kembali tersenyum, namun kali ini ia mengangguk. "Jika perusahaan anda mau mensuplai alat–alat canggih setiap bulannya ke penelitian yang kami lakukan, 70 persen pengelolaan keuangan dari penjualan obat ini anda yang mengatur tuan," jelas seorang wanita yang berada di sebelah Vincent. Vale menunjukkan smirk khasnya, ah, apa Vincent pikir alat–alat yang mereka perjual belikan semurah itu harganya? "Apa tidak ada jaminan lain?" tanya Vale lagi.

Vincent menoleh kearah wanita yang ada di sebelahnya, tatapan mereka seolah mengatakan apakah mereka harus memberikan jaminan lain? "Ada tuan, tapi kami tidak tahu apakah anda akan tertarik dengan jaminan yang kami berikan," jawab Vincent. Jessi menaikan kedua alisnya, kemudian berkata, "Mengapa tidak? Coba saja katakan apa yang kalian miliki selain saham?" ucap Jessi, yang dianggukki oleh keduanya. "Kami memiliki kekuasaan dibeberapa daerah, dan saya pikir anda tidak akan tertarik akan hal itu," Ah, sudah berapa banyak wilayah yang berada di bawah naungan Vale? Seharusnya tidak masalah jika ia menambahkan tiga atau empat wilayah baru untuk dimanfaatkan.

"Apa saja? Dan dimana saja letaknya?" tanya Jessi. Wanita yang berada di sebelah Vincent memberikan selembar kertas, kertas itu menunjukan denah lokasi kota ini. Sepertinya bukan hal buruk jika Vale menerima pengajuan kerjasama mereka, mungkin ini akan sedikit menguntungkan. "Termasuk dermaga ini?" Mendengar pertanyaan itu, Vincent mengangguk. Vale tersenyum simpul, pertanda bahwa ia setuju dengan kerjasama kali ini. Para pembisnis lain mengatakan, akan sangat sulit membujuk seorang tuan muda Dominguez. Tapi ternyata, itu tidak sesulit yang mereka katakan.

Jika Vale menerima wilayah itu sebagai jaminannya, ia tidak harus membayar apapun pada pemerintah, namun sebaliknya, pemerintah lah yang akan memberikan uang padanya. Dan dari wilayah itu jugalah, Vale akan menghasilkan banyak uang. "Baiklah tuan Vincent, ajuan kerjasama kalian akan kami proses. Jadi, tolong tanda tangani semua berkas yang sudah kami siapkan," ucap Jessi. Setelah itu, Jessi memberikan berkas yang beserta mapnya. Dan tak butuh lama, Vincent langsung menanda tangani berkas–berkas tersebut. Ah, Vincent pikir, ia tidak harus membaca ulang isi persyaratannya. Karena, bisa bergabung dengan mereka saja merupakan sebuah pencapaian yang hebat.

"Dalam waktu dua hari, kau akan menerima kontrak kerja sama resmi dari kami. Jadi tunggu saja, tuan." Vincent mengangguk paham, setelah itu mereka berdiri, saling berjabat tangan sebagai salam perpisahan, dan sebagai ucapan terimakasih. "Ingat, di luar bisnis ini, kita hanya orang asing yang tidak saling mengenal," tutur Jessi, yang langsung dianggukki oleh ketiganya. Sepertinya, semua pembisnis melakukan hal yang sama jika mereka berada di liar ruang lingkup pekerjaan. "Dermaga ini sudah beralih kekuasaan padamu, Guez. Lalu apa yang akan kau lakukan pada dermaga ini?" tanya Jessi. Vale hanya tersenyum sembari menggidikkan bahunya, seolah ia senang dan bingung dalam waktu yang bersamaan.

Vale dan Jessi kini sudah berada di luar ruangan, untung lah meeting kali ini tidak ada hambatan, dan semuanya berjalan lancar sesuai dengan rencana awal mereka. Karena tidak ada yang akan mereka lakukan lagi, Vale mengajak Cyslin, Jessi, tim 2, dan anak baru itu untuk melihat–lihat dermaga yang kini sudah mejadi miliknya. Tidak buruk, dan tentunya udara malam hari di sini sangat sejuk dan dingin. Sayang sekali jika tidak dimanfaatkan dengan baik, dan malah dipenuhi asap limbah pabrik disekitar. Untungnya Vale memiliki banyak ide untuk berbisnis, jadi ia tidak terlalu pusing untuk menempatkan usaha yang pantas dibangun di dermaga ini. "Cyslin, kau sudah meminta rekapan data keluar masuk kapal di dermaga ini?" tanya Vale. Cyslin yang ditanya menganggukkan kepalanya, kemudian ia berkata. "Datanya sudah disalin, dan dikirim ke Amber. Dia bilang akan mengirimkan data lengkapnya beberapa menit lagi," ucap Cyslin.

Dari kejauhan, Vale melihat ada bangunan yang sedikit tinggi, dan ia yakin, ada sesuatu yang perlu diekpos di sana. Vale menunjukkannya pada Jessi, namun yang Jessi tangkap bukan lah gedung tinggi itu, melainkan ...

"Hey, sepertinya dermaga ini juga menjadi sarang criminalisme, Guez!" ucap Jessi. Tidak banyak bicara lagi, Jessi menarik lengan atas ketua tim 2, dan wakilnya untuk ikut dengannya. Ah, seharusnya malam ini menjadi malam yang tenang, bukan malah ada kejadian di luar kehendak mereka.

~~~~