webnovel

Quality Time

Mobil yang ditumpangi Paola dan Jayden tidak lama sudah sampai di Central Park.

"Tamannya terlihat ramai, apa tidak masalah kalau aku turun?" tanya Paola.

"Tidak apa-apa. Cuek saja atau kamu mau pakai jaket dan topi?" tanya Jayden.

"Iya aku pakai jaket dan topi aja," jawab Paola memilih menutupi identitasnya.

"Iya kamu butuh menghirup udara segar agar tidak marah-marah mulu," ejek Jayden.

"Kamu bisa aja," balas Paola.

Mereka turun dari mobil setelah pintu dibukakan. Jayden meminta sopirnya agar jangan jauh-jauh.

"Di sana ramai, ada apa?" tanya Paola.

"Pertunjukan musik yang ditampilkan musisi jalanan," jawab Jayden.

"Oh, kirain sekeren apa," balas Paola mengangkat kedua bahunya.

"Jangan meremehkan. Mereka bukan musisi sembarangan, ayo aku ajak nonton ke sana," kata Jayden menarik tangan Paola.

Paola melirik ke tangan Jayden yang menarik tangannya berjalan mendekat ke musisi yang sedang menyanyi. Begitu sampai, dia mendengar orang-orang ikut bernyanyi.

"Ternyata bagus juga suaranya," puji Paola.

"Nah, baru percaya kamu. Kita nyanyi bersama-sama," kata Jayden.

Jayden ikut bernyanyi bersama yang lainnya. Paola tersenyum dan ikut bernyanyi, mereka menyanyi penuh semangat.

Paola melihat Jayden mengeluarkan ponselnya. "Mau foto bersama?" tanya Paola.

"Iya kita foto bersama. Aku sudah kayak penggemar kamu kalau kamu bilang begitu," jawab Jayden.

"Mau tidak?" tanya Paola.

"Dasar narsis," ejek Jayden sambil mengarahkan kamera ponselnya.

Mereka bergaya beberapa kali membuat pengunjung yang melihat mereka ikut bahagia.

"Tuan mau dibantu kami fotokan?" tanya Taniel yang mengunjungi taman.

"Benaran boleh minta tolong, Nyonya?" tanya Jayden balik.

Paola membuka kacamatanya membuat yang memotret terkejut.

"Ini Paola yang model papan atas itu?" tanya Taniel yang akan memotret mereka.

"Iya, Nyonya. Terima kasih sudah mau menolong kami. Maaf, nama Nyonya siapa?" tanya Paola ramah dan mengulurkan tangannya.

"Ya ampun, saya tidak menyangka akan bertemu model papan atas seperti kamu. Nama saya Taniel," jawab Taniel sambil membalas jabatan Paola dengan kedua tangannya.

"Nyonya kapan nih fotoin kami?" tanya Jayden.

"Kekasih kamu bisa aja," goda Taniel sambil tertawa.

"Nni sahabatku, Nyonya. Sahabat kesayanganku," balas Paola memeluk Jayden.

"Masa? Kalian sangat serasi, mari saya fotokan," kata Taniel bersiap memotret.

"Siap! Ayo kita bergaya," ajak Paola.

Mereka dipotret dengan berbagai macam gaya. Dari Paola digendong, mereka berpelukkan sampai foto konyol lainnya.

"Coba lihat dulu, suka tidak foto-fotonya," kata Taniel.

Taniel menyerahkan ponsel pada Paola. Paola melihat foto-foto dia dan Jayden.

"Lucu banget. Ini keren," kata Paola.

"Foto ini aku tidak keren. Kamu ketekin kepala aku begitu," rengek Jayden.

"Nah, itu yang lucu," kata Paola.

"Iya deh lucu," balas Jayden.

"Oh iya, makasih banyak. Nyonya mau saya fotokan juga?" tanya Paola.

"Ah, Tidak usah. Saya mau foto sama kamu, boleh?" tanya Taniel.

"Boleh banget dong. Nyonya sini," jawab Paola.

"Silakan, Nyonya. Sini saya fotokan," kata Jayden.

Taniel menyerahkan ponselnya dan mengajak Paola berfoto. Setelah berfoto, Taniel berterima kasih pada mereka.

"Sampai jumpa lagi, Nyonya," kata Paola.

"Iya sampai jumpa Kalian benaran serasi banget, semoga berjodoh," balas Taniel.

"Iya, Nyonya," kata Jayden.

Paola memakai kacamata hitam dan topinya lagi.

"Kita mau ke mana lagi?" tanya Paola.

"Ikut aku," jawab Jayden menarik tangan Paola membuat Paola terkejut.

"Jayden gila, kamu pelan-pelan!" teriak Paola.

"Sampai kita lihat di sana," balas Jayden sambil menunjuk.

Paola melihat Jayden yang menunjuk. ",naik kereta kuda?" tanya Paola heran.

"Iya, pasti keren," jawab Jayden.

'Enggak, kita beli gulali aja," tolak Paola.

"Sekali-sekali Paola. Kapan lagi kita bisa menikmati hari ini?" tanya Jayden.

"Kamu memaksa banget sih. Kamu lupa kita mau bersantai di sini?" tanya Paola balik.

"Iya kita bersantai, cuma duduk di kereta kuda dan muterin taman," jawab Jayden.

"Baiklah, tapi nanti beli gulali. Aku pengen beli saat melihatnya tadi," rengek Paola.

"Iya, Paola. Aku belikan satu gerobak nanti," balas Jayden.

"Kebanyakan tingkah kamu. Satu gerobak yang habisin nanti kamu aja," kata Paola.

"Jangan dong, nanti aku makin manis," goda Jayden.

Paola berpura-pura seperti akan muntah. "Jijik dengarnya," balas Paola.

"Yaelah, belum aja kita ngelakuin apa-apa langsung isi," ejek Jayden.

"Kamu jangan sembarangan berbicara, nanti ada yang dengar," decak Paola.

"Kalau ada yang denger, ya aku tinggal lamar kamu dan nikahin kamu deh," balas Jayden.

Paola menyipitkan mata dan menggeram saat mendengar ucapan Jayden.

"Sudah, Jayden. Jangan bikin aku emosi," tegur Paola.

"Iya-iya, kita naik kereta kuda sekarang. Aku mohon," rengek Jayden.

"Iya, ayo sebelum aku berubah pikiran," balas Paola.

Jayden menggenggam tangan Paola. Mereka menaiki kereta kuda.

***

Di butik Fabiano, Chelsea tengah membantu karyawannya menjahit beberapa batu mutiara ke baju yang nanti akan diperagakan Paola.

"Nona, ini sudah rapi?" tanya Lily pada Chelsea.

"Iya sudah bagus, Lily. Lanjutkan dan tolong bantu yang lain juga," jawab Chelsea.

"Iya, Nona," balas Lily.

Chelsea merasakan ponselnya bergetar melihat ponselnya.

"Sayang, kamu lagi apa? Masih sibuk?" tanya Alder di dalam pesan.

Chelsea tersenyum melihat pesan dari kekasihnya. Dia izin pergi pada karyawannya yang tengah dia bantu. Dia menuju ruangan kerjanya lalu menelepon Alder.

"Iya aku masih sibuk, Sayang. Ada apa? Semuanya baik-baik saja?" tanya Chelsea.

"Iya semua baik-baik saja. Aku khawatir sama kamu, Sayang. Seharusnya kamu hari ini tidak sah ke butik," jawab Alder.

"Tidak apa-apa, Sayang. Aku ingin mengarahkan para karyawan butik untuk menyiapkan yang terbaik untuk peragaan busana butik ini," balas Chelsea.

"Iya jangan terlalu diforsir. Aku tidak mau kamu sakit, Sayang," tegur Alder.

"Iya, Sayang. Nanti aku pulang ke rumah orang tuaku, mereka sudah kangen dengan aku," balas Chelsea.

"Oh, oke. kamu nanti pulang ke rumah diantar sopir," kata Alder.

"Siap, Sayang," balas Chelsea tersenyum melihat Alder yang begitu posesif padanya.

Chelsea mematikan panggilan itu lalu melanjutkan kembali membantu para karyawannya setelah bertelepon dengan Alder.

***

Central Park New York, kedua sejoli saling tertawa setelah menaiki kereta kuda. Mereka melanjutkan memakan gulali yang Paola inginkan. Mereka duduk di dekat danau sambil menikmati matahari yang perlahan mulai terbenam. Ponsel Paola tiba-tiba berbunyi membuat fokus Jayden beralih ke Paola.

"Siapa, Paola?" tanya Jayden.

"Bukan siapa-siapa. Biasa, dari Chelsea," jawab Paola.

"Tumben dia mengirim pesan lagi, padahal baru aja ketemu," kata Jayden.

"Entahlah," balas Paola tersenyum kecil dan tidak terlihat oleh Jayden.

"Aku tidak akan membiarkan hidup kamu tenang dan lancar, Chelsea. Lihat pembalasanku pada Alder melalui kamu. Aku akan lihat bagaimana kehancuran dari Alder," gumam Paola sambil tersenyum licik.