WARNING TYPO!
.
Dia turun dari ranjang berukuran king size untuk mencari ibunya, dengan wajah bantal dan lemak pipi yang imut. Wajah putih bersihnya dan muka bantal, memberikan kesan menggemaskan, sampai ingin mencubit pipinya jika melihat Arsa berjalan sambil memajukan bibirnya, mengucek mata dan mencari aroma yang enak ke arah dapur di mana ibunya berada.
"Mahh...aku laper."Suara Arsa masuk dalam pendengaran Dita yang sudah selesai meniriskan semuanya ke atas piring.
Dia menoleh sambil menggerakkan tangannya memberi perintah agar anaknya mendekat, Arsa menurut. Ini sudah hampir pukul 7 pagi, rumah juga mulai ramai dengan para pembantu. Tadi juga sempat Hasna meminta agar membiarkan dia saja yang membuat sarapan tapi Dita menolak karena selagi dia bisa melakukan sendiri urusan membuat sarapan untuk dia dan Arsa, maka akan dia lakukan sendiri.
"Nugget aku, mah?"
"Itu sayang,"dia menunjuk piring lain disisi roti."Kamu duduk dulu coba. Sudah cuci muka belum?"
Dia menggeleng tanpa bersuara menarik kursi dan naik dengan sendirinya, dia menjadi anak yang cukup mandiri walau jika di hadapan ayahnya dia akan menjadi manja dan seakan tidak bisa melakukan apapun. Arsa selalu meminta tolong pada ayahnya, meminta perhatian pada Galang jika sudah berada di rumah.
Dan Galang biasanya akan menuruti apapun yang anaknya minta, karena jarang baginya mendapatkan waktu bermain bersama anaknya ketika sibuk.
Arsa makan dengan tenang dan lahap, dia sudah mendidik anaknya agar menjadi perangai yang tenang ketika dia makan dia perlu fokus dan jangan bicara. Dita bersyukur karena sebelum menjadi seorang yang terkenal, dia pernah mengajar di paud juga taman kanak-kanak. Waktu itu dia hanya ingin mencoba mengajar sebelum kembali mengambil kuliah di australia.
Dari mengajar itu dia mendapatkan pelajaran dari cara untuk mengurus anaknya, saat ini Arsa sedang dalam masa keemasan yang mudah baginya untuk menangkap apapun yang dia lihat kemudian menirukannya.
Dita sempat khawatir ketika Galang berteriak padanya semalam mengetahui jika Arsa ternyata mendengarnya, dia tidak mau sampai Arsa tanpa sadar jadi mengikuti walau hanya mendengar itu bisa saja terjadi. Sudah di kata Dita adalah wanita paranoid, dia sekarang sedikit merasa cemas.
"Papa belum pulang?"Tanya suara sang putra yang sudah menyelesaikan sarapan paginya itu.
Dita tersenyum."Anak pintar, nanti coba cuci sendiri piringnya, ya. Papa bilang ke mama, kalau dia belum bisa pulang pagi ini karena ada pertemuan di perusahaan."Bohong Dita pada putranya.
Bodoh sekali dia bukan, dia berbicara tidak ingin membuat sebuah pengajaran buruk pada anaknya. Tapi sekarang dia berbohong pada anaknya demi nama baik Galang di mata Arsa, dia mendengar keduanya bertengkar pasti Arsa sudah berpikir jika ayahnya memanglah pria jahat yang suka memarahi ibunya.
Arsa memajukan bibirnya tidak terima dengan kabar yang ibunya beritahu, dia turun dari kursi dengan wajah menekuk membawa piringnya menuju wastafel. Dia menaruh piring dan sadar kalau tubuhnya terlalu kecil dan pendek, tidak bisa mencuci piringnya sekarang. Tidak lama dia kembali ke meja, menarik kursi dan menaruhnya di depan wastafel.
Dita memperhatikan dengan lucu, dia menahan kekehannya.
....
Untuk kepergian Galang malam tadi dia mendapatkan pesan dari manajer Laras jika ada kejadian buruk yang membuat dia harus dirawat inap dan menunda syutingnya selama seminggu untuk masa pemulihan, dia terkejut dan tentu segera mengambil kunci mobilnya tanpa peduli dengan sang istri.
Dia sangat khawatir pada Laras, dia memiliki rasa iba yang sangat besar untuk kekasih tersembunyinya ini dari pada kasih sayangnya pada sang istri.
Galang rasa sesuatu yang menyakitkan mendesir di dadanya ketika tahu informasi jika Laras jatuh dari tangga ketika syuting, kesalah pahaman dan komunikasi yang salah membuat salah satu aktor malah mendorong tubuh Laras sebelum berganti dengan seorang pengganti.
Dan disinilah dia saat ini, di dalam ruangan putih yang memiliki aura sepi dan hening. Tenang dan damai tetapi terasa kurang nyaman, karena ini bukanlah rumah untuk tempat tinggal. Laras di ranjang menatap mata Galang yang terus menatapnya intens, Laras jadi malu. Tangannya segera menutupi dua matanya yang tajam dan jernih itu.
Dia seperti predator yang jeli dan terus saja memperhatikan sampai mangsa menjadi lengah maka dia akan menerjang langsung tanpa ampun.
Ada sebersit senyuman terlihat kala kedua matanya ditutupi oleh Laras, sebelum tawanya mengudara dengan hebat. Dia selalu suka ketika Laras jadi pemalu seperti sekarang ini.
"Kamu sudah mendingan? Atau masih ada yang sakit?"Tanya suara bariton itu dengan lembut.
Bersama Laras dia bisa menurunkan sikap keras dan arogannya, dia suka dengan Laras yang cepat tanggap dan tidak lelet. Anehnya dengan Laras dia selalu bisa memaklumi hal yang salah dari perbuatannya, sebab dia selalu berhasil menenangkan dia dengan sikap manja dan perhatiannya. Anehnya jika itu Dita, dia akan selalu berburuk sangka dengan tidak suka.
Inginnya dia selalu marah, mungkin karena sikap patuh Dita dapat memuaskan rasa dominan dan keras kepala yang dia miliki, sangat arogan.
Ini saat di mana tengah malam Galang pergi dari rumahnya setelah berjanji pada sang putra, jika dia akan menetap di rumah untuk menemnai dia. Tapi dia berbohong hanya karena satu pesan mengatakan Laras dalam keadaan dirawat akibat kecelakaan dalam syuting, dia segera pergi dan berpikir jika Arsa bisa mengerti kesibukan. Laras tidak memiliki siapapun selain dirinya, sedangkan Arsa memiliki ibu dan para pembantunya.
Pikiran bodoh seperti ini yang muncul dalam kepalanya, membuat dia segera mengambil pilihan pergi menuju rumah sakit walau dia harus berteriak pada istrinya yang hanya bertanya.
"Udah mendingan, kok. Tapi kamu malam-malam datang begini gapapa?"Tanya Laras dengan suara tidak enak.
Galang benar-benar tipikal suami brengsek yang patut dibunuh, dia tidak menghargai posisi istrinya, dia tidak membuat dirinya ada disaat sang istri membutuhkan. Karena selama ini Galang terlalu cuek dengan kebutuhannya, dia pikir dengan memberikan uang bulanan diatas satu milyar di kartu atmnya dapat memberikan semuanya.
Jika Dita meminta padanya, kadang kala Galang akan menolak dan meminta agar Mamat yang membeli atau memesankan. Tapi jika itu Laras yang meminta, maka dia akan dengan senang hati mengantarkan bahkan ketika dia berkata ingin pergi ke luar negeri. Dia segera menuruti dan berkata pada istrinya dia ada pekerjaan yang mengharuskan dia pergi ke luar negeri.
Nyatanya itu hanya untuk menuruti keinginan Laras, memang permen karet baru selalu terasa manis di mulut. Seperti hubungan Galang dan Laras, yang baru saja terjalin selama setengah tahun ini belum menemukan ujung akan dibawa kemana selama mereka menyembunyikan hubungan ini dari istrinya yang tidak peduli.