webnovel

Quest pertama

"(Dengan semua kelakukanmu yang hampir berubah drastic setelah kuberi hawa nafsu, aku meragukan itu) Nah karena kau sudah tahu dasar-dasar yang penting, sekarang aku pergi dulu ya," kata tuan Esa.

"(Yaelah, dia paling Cuma mau lihat Game Of Throne season terbaru, kalau dia punya waktu untuk melakukan itu, lebih baik dia merubah hukuman para koruptor menjadi hukuman mati dong, dasar Stannis Baratheon)"

"Oh ya Akbar, sebelum itu aku punya pelajaran penting untukmu."

"Eh pelajaran, pelajaran soal apa tuan?"

"Apa kau sadar? Kau beberapa kali telah memanggilku dengan kata "kau" lho, bukan "anda" lagi, dan juga gaya bicaramu yang oh….OHH….OOOOHHH…SILAU MENN, itu?"

?

"(Eh?)"

"Apa kau lupa kalau aku ini bisa mendengar isi hati semua makhluk ciptaanku? Semua kata-katamu yang buruk itu aku bisa mendengarnya tahu, dan ya, AKU SUKA MENONTON GAME OF THRONE, MEMANGNYA ADA MASALAH DENGAN ITU?! ITU LEBIH BAIK KETIMBANG MEMBUAT VIDIO TIDAK BERPENDIDIKAN HANYA UNTUK VIRAL DI MEDIA SOSIAL OI!!" kata tuan Esa yang kesal sekali sampai membuat langit menjadi mendung seketika karena hobinya diejek.

!

"AHHH…A…AMPUN TUAN!! A…AKU SAMA SEKALI TIDAK SADAR DENGAN APA YANG AKU UCAPKAN!! JADI AKU MOHON JANGAN ADZAB AKU!!" kata Akbar yang langsung saja tiarap untuk menghindari kemungkinan terburuk.

...

...

"Haaaa, lupakan deh, lagipula wajar saja jika kau yang selalu melihat adegan buruk suatu perbuatan manusia akan berkata seperti itu setelah kuberi hawa nafsu," kata tuan Esa sambil mengembalikan kondisi alam menjadi normal.

"Te..terima kasih tuan, sa…saya akan menuruti peringatan tuan, sa…saya akan mencoba untuk tidak berkata buruk seperti itu lagi."

"Hmmm, sebenarnya tidak masalah sih kau bicara seperti itu, karena agak membosankan juga kalau kau terlalu formal dan bicara biasa-biasa saja seperti saat di akhirat itu."

"(Jadi aku harus gimana dong dasar sempak?)"

"Harus gimana? Ya simple saja bujang, kau boleh bicara seperti itu, hanya saja kau harus memperhatikan degan siapa dan dimana kau sedang bicara Akbar, karena di dunia ini ada juga mereka yang mudah tersinggung dan akhirnya akan melakukan hal jahat padamu karena masalah sepele woi," kata tuan Esa memberikan peringatan dengan nada kesal.

"(Tuan telah memberiku peringatan, a..aku harus mulai berhati-hati saat bicara) Baik tuan, saya akan berusaha sebaik mungkin agar tidak menyingung perasaaan orang," kata Akbar yang sempat lupa diri lagi itu.

"Baguslah kalau kau sudah mengerti, kalau kau ada pertanyaan lagi, kau harus menunggu sampai besok Sabtu dan bangunlah jam 12 malam, hanya pada saat malam sabtu seterusnyalah aku akan menjawab 2 pertanyaanmu lagi, jadi, daaaaahh."

"(Ternyata nama hari disini sama juga seperti nama hari didunia sana, apa ada hari natal dan hari kenaikan Isa juga disini?)"

"Pelajari sendiri soal itu dasar mantan pemimpin malaikat."

Setelah yakin semua urusannya sudah selesai, tuan Esa pun yang suaranya makin lama makin menghilang itu kembali menunju akhirat untuk memantau petualangan si Akbar dari atas sana.

Sedangkan itu Akbar yang masih saja terdiam ditengah-tengah kampurng yang terbakar itu malah bingung dengan apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Daripada menunggu 1 Minggu untuk bertanya 2 kali, kenapa tuan tidak langsung memberikan semua penjelasan atau memberikan buku panduan padaku ya? Bukannya itu lebih efektif?" keluh Akbar.

"Haaaaa, lupakan saja, paling alasannya adalah "biar lebih menarik" lagi, pokoknya sekarang pertanyaannya adalah apa yang harus aku lakukan sekarang? Karena tidak mungkin aku muncul ditempat seperti ini tanpa alasan yang jelaskan?"

TING

?

Akbar sempat kaget dengan suara bel dari kedua telingannya, jadi segera saja dia menoleh kearah kiri-kanan untuk mencari dimana sumber suara bel itu berasal.

"Perasaan tadi ada suara bel deh, apa artinya ada orang disekitar sini?" Tanya Akbar sambil menoleh ke arah kiri dan kanan.

"Tapi kenapa tidak ada apa-apa disekelilingku? Apa aku salah deng…"

Akbar pun berhenti bicara ketika ingat bahwa dirinya punya sesuatu dari "massa depan" yang pasti akan ada tanda suara jika mendapatkan suatu notifikasi, dan setelah melakukan ritualnya, dia hanya tersenyum kecil dibuatnya.

"Haha, sudah kuduga itu pasti suara notifikasi dari Opsi permainan ini" kata Akbar yang melihat adanya pesan di fitur Quest.

Lalu tanpa banyak tingkah, si Akbar segera menekan tombol Quest pada layar, dan setelah itu munculah sebuah pemberitahuan akan suatu Quest baru.

[SELAMATKAN DIA YANG MASIH HIDUP]