webnovel

Perpisahan pertama (2)

Disaat si Akbar bertarung melawan hawa nafusnya sendiri yang sebenarnya dia lebih-lebihkan itu, gadis Elf yang baru saja sampai di depan kuburan ibunya yang sudah dia taburi bunga-bunga itu bicara sebentar sebelum berpamitan untuk berpergian.

"Ibu, hari ini aku dan ayah akan pergi keluar desa, akhirnya mimpiku untuk pergi melihat dunia luar bisa menjadi kenyataan seperti yang ibu bilang dulu, nanti aku pasti akan melihat orang baru, bangunan baru, dan makanan baru yang enak seperti yang ibu katakan dulu."

?

"(Eh? Mi...mimpi?)"

"Tapi kenapa … walaupun mimpiku jadi kenyataan seperti ini, kenapa aku tidak merasa senang ya? Pa…padahal inikan mimpiku sejak lama aku inginkan yang menjadi nyata….aku, ibu, dan ayah pergi pergi keluar desa bersama-sama untuk…untuk….u…. uhuhuhu.."

!

"(Oh shit, no, not again!)" kata Akbar yang berhenti menampar wajahnya yang sudah babak belur itu ketika melihat gadis Elf itu menangis kembali.

Entah karena rasa tanggung jawab atau dirinya sudah telranjur menjadi pedofil yang tidak suka melihat anak kecil terluka seperti itu, Akbar pun segera berjalan kearah gadis Elf yang menangis dikuburan ibunya itu dan berkata…

"Nak, ibu pasti tidak suka kau menangis terus-terusan seperti itu, dia pasti akan bersalah kalau anaknya yang cantik ini tumbuh jadi anak yang cengeng, jadi berjanjilah pada ayah dan ibu sekarang, kau tidak akan menangisi ibumu lagi dan menjadi anak yang kuat agar bisa menikmati petualangan yang akan menanti kita, janji?" kata Akbar yang berusaha menenangkan gadis Elf itu sambil menunjukan jari

kelingkingnya yang mengisyaratkan untuk melakukan janji kelinking.

"Hhhft….hhtt….ba…baik ayah….aku janji, untuk petualangan yang sudah aku impikan, aku tidak akan meninggalkan kesempatan ini gara-gara terus berduka seperti ini, hehehehe," kata gadis Elf itu yang akhirnya semangat kembali sambil melakukan jani kelingking dengan Akbar.

"(Hmmm, ternyata dia tipe anak yang kuat rupanya, syukurlah kalau begitu, karena pasti bakal menyebalkan kalau dia anak manja) AHAHAHAHAHA, GITU DONG ANAK AYAH!! PETUALANGANKAN HARUS DILAKUKAN DENGAN SEMANGAT DAN BAHAGIA!! JADI JANGAN SAMPAI JADI LEMBEK SEPERTI NENEK-NENEK TUA YAA!! NANTI PETUALANGANNYA JADI TIDAK SERU TAUU!! AHAHAHA!!" kata Akbar yang langsung saja memeluk dan menggendong gadis Elf itu tinggi-tinggi.

2 orang yang sebelumnya sempat merasa berduka akan hal yang tidak terduga-duga itupun akhirnya ceria dan tertawa bersama kembali, sehingga perasaan negative yang tidak diperlukan untuk menjalani hiduppun sirna entah kemana begitu saja.

"Ahahahaha, iya ayah aku mengerti, turunkan aku dong, ahahaha," kata gadis Elf itu yang merasa bahagia dengan perlakuan ayahnya.

"(Memang peran orang tua dalam perkembangan karakter anak sangat diperlukan disaat mereka kecil seperti ini ya, coba bayangkan kalau di seusia begini dia terus berduka soal tragedi ini, mau jadi apa dia dimassa depan?) YOOOSHH, baiklah kalau begitu, karena kau sudah berpamitan pada ibumu, sekarang tunggulah ayah digerobak, kita akan pergi setelah ayah berpamitan pada ibu," kata Akbar yang menurunkan gadis Elf itu dari gendongannya.

"Siap ayah!!" kata gadis Elf itu yang langsung saja pergi menuju gerobak ayahnya.

Kemudian setelah melihat gadis Elf itu masuk kedalam gerobak keretanya, maka Akbar yang masih merasa canggung karena tidak tahu posisinya saat ini terhadap keluarga elf itu segera menatap kearah makam dan berkata ...

"Haaaaa, sejujurnya aku tidak paham, ah, mungkin lebih tepatnya tidak tahu mengenai hubungangku dengan kalian, apa aku ini suamimu dan merupakan ayah anak itu atau sejenisnya? Aku sama sekali tidak tahu, karena aku cuma boneka Tuhan yang dibuat untuk menghiburnya sekalaligus memiliki misi untuk menemukan jawaban dari pertanyaanku sendiri yang kemungkinan akan membuatku terancam banyak masalah".

"Karena itulah aku sempat berpikir kalau sebaiknya aku seharusnya tidak memperbolehkan anakmu itu untuk ikut campur dalam masalah pribadiku demi keselamatannya sendiri, karena dari kondisi dunia ini, mungkin dia akan melilhat sesuatu yang seharusnya belum dia lihat saat berumur muda seperti itu".

"Tapi seperti yang sudah aku katakan, meski aku tidak paham apa statusku terhadap kalian berdua itu sebagai kepala keluarga atau tidak, tapi karena aku juga sudah terlanjur berjanji untuk merawat dan menjaga anakmu itu, maka aku mohon izin kepadamu…"

Lalu sambil meletakan sebuah bunga melati ke kuburan itu, Akbar pun berkata dengan suara rendah sambil tersenyum…

"….biarkan aku menjaga anakmu seperti aku akan menjaga anakku sendiri."

Setelah membersihkan sedikit batu-batu yang merusak kerapian kuburan itu dan berdoa untuk kebaikan Elf yang sudah menyatu dengan tanah itu, Akbar pun segera saja beranjak pergi menuju gerobak keretanya untuk melanjutkan kembali perjalanannya diydunia baru itu yang dimana sang gadis Elf yang sudah dia anggap anaknya sendiri itu menunggu dirinya.

"Apa ayah sudah selesai mengucapkan kata perpisahannya?!" Tanya gadis Elf itu yang berteriak pada Akbar yang berjalan kearahnya itu.

"Iya, ayah sudah selesai mendoakan ibumu, jadi ayo sekarang kita…"

"Tolong jaga anakku ya, tuan malaikat."

...

...

...

!!!

WUUUUSHHH!

Akbar berhenti berjalan saat mendengar suara yang muncul secara tiba-tiba tanpa adanya wujud itu yang lucunya bertepatan juga dengan sebuah angin yang menerpa dirinya dengan kencang, dan karena sudah mengerti apa yang sebenarnya terjadi berkat kecerdasan otaknya yang tinggi itu dan pengalamannya mengenai hal supernatural, Akbar hanya tersenyum lebar sambil berkata…

"Pfft, ahahaha, tentu saja nyonya, tentu saja," kata Akbar sambil berjalan kembali kearah gerobak keretannya.