webnovel

Pasukan manusia (2)

"(Baiklah, dilihat dari informasi yang aku dapatkan tadi, sepertinya kerajaan ini sedang mengalami perang saudara yang dimana pangeran mereka sendiri yang menjadi musuhnya, aku tidak tahu dalam hal ini yang salah adalah si pangeran atau pihak kerajaan, karena itulah sebelum aku tahu siapa yang benar, aku tidak boleh mendukung pihak manapun)" kata Akbar yang memikirkan kemungkinan masalah yang sedang dihadapi oleh orang-orang kerajaan itu.

"Ay…ayah, a…apa kita akan baik-baik saja?" tanya Syty yang memeluk erat tangan Akbar karena merasa khawatir.

"Tenang saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan Syty, karena mereka cuma memeriksa barang kita saja kok," kata Akbar sambil tersenyum kearah Syty.

Setelah memeriksa setiap sudut gerobak dan memastikan tidak ada siapa-siapa didalamnya atau ada suatu benda mencurigakan yang diselundupkan, orang-orang yang selesai menggeledah georbak Akbar itupun berkata …

"KOMANDAN, KAMI TIDAK MENEMUKAN APAPUN!"

"Kalian yakin sudah memeriksan semuanya?" tanya sang komandan untuk meminta kepastian.

"Sudah semuanya Komandan, dan tidak ada yang mencurigakan didalam gerobak ini."

"Hahaha, sudah puas mengeledah barang orang desa, wahai tuan komandan kerajaan yang terhormat? Kalau iya, apakah kami bisa pergi sekarang dengan tenang?" kata Akbar kemudian pada sang komandan itu dengan nada sinis.

"Tuan pengelana, mungkin ini tidak terdengar sopan, tapi kenapa tuan kesannya seperti kesal sekali dengan kami prajurit kerajaan ya? Apakah tuan punya dendam tertentu?" tanya sang komandan pasukan yang bertanya sambil menahan rasa kesalnya kepada Akbar yang terlihat sangat meremehkan dirinya dan pasukannya.

"(Dan jika aku jawab iya, maka kau pikir aku pasti berkomplotan dengan kubu si pangerankan? Pffft, plot yang basi tuan Esa, kalau memang engkau ingin aku berkata seperti itu, maka lihatlah bagaimana makhluk terbaikmu berimprovisasi) Tidak, aku cuma tidak suka saja dengan masalah politik kekuasaan kalian, karena waktu untuk memikirkan kesejahteraan rakyat jadi hilang karena memikirkan siapa yang pantas untuk mengatur para rakyat kecil seperti kami," kata Akbar yang memberikan sindiran tajam.

!!!

Mendengar ucapan Akbar yang benar-benar menancap dihatinya itu, sang komandan hanya tersenyum kecil dibuatnya karena secara tidak langsung si Akbar benar-benar membuat perasaannya menjadi bersalah.

"A…ahaha…..anda benar-benar bijak sekali ya tuan pengelana, saking bijaknya aku sampai tidak tahu harus berkata apa lagi soal ucapanmu barusan," kata sang komandan itu yang memuji ucapan Akbar.

"Tidak, aku cuma berpikir kritis dan logis," jawab Akbarr simple.

"(Berpikir kritis dan logis ya, andaikan semua orang di kerajaan berpikir seperti itu)"

"Dan kalau urusan kita sudah selesai, bolehkah kau menyingkirkan pasukanmu yang menghalangi jalan ini? Aku sudah tidak sabar untuk istirahat di hari yang melelahkan ini."

"Baiklah tuan, tapi kalau boleh tahu, kemanakah anda mau pergi?"

"Ke desa Belingtown."

...

...

!?

"Desa Belingtown? Ke..keenapa anda mau pergi ke desa itu ya?"

"(Karena perintah Tuhan, ya mana mungkin dia akan percaya kalau aku berkata seperti itukan?) Ya aku Cuma mau pergi ke sana saja kok, memangnya ada masalah?"

"Desa itu sedang terkena wabah penyakit misterius selama beberapa bulan ini, jadi jika hanya ingin sebatas mencari tempat untuk beristirahat, maka aku sarankan kau pergi ke desa lain tuan, karena kau tidak ingin anakmu yang pemalu itu jadi tertularkan?" kata sang komandan itu sambil tersenyum kearah Syty yang hanya bersembunyi dibalik badan Akbar.

?

"(Baiklah? Jadi apa ada yang bisa jelaskan padaku, kenapa Tuhan yang maha kuasa menyuruhku pergi ke desa yang terkena wabah penyakit seperti ini? Tidak mungkin dia menyuruhku bunuh diri dan masuk surga lagikan?)" kata Akbar yang tidak paham dengan rencana yang dibuat oleh tuan Esa untuknya itu.

"Eheem, ja..jadi karena urusan kami sudah selesai, kami pamit pergi dulu, sampai jumpa tuan pengelana," kata sang komandan itu pada Akbar.

"Yoi, hati-hati dijalan ya Ferguso," balas si Akbar.

"(Serius, apaan sih arti ucapanya itu, dan lagian sebenarnya itu bahasa dari daerah mana? Apa ada suatu daerah yang belum aku ketahui lokasi dan bahasanya?)" kata sang komandan yang masih saja bingung dengan bahasa yang dipakai Akbar barusan.

Setelah memberikan aba-aba kepada pasukannya, segera saja sang komandan dan pasukannya pergi menuju arah yang berlawanan dengan si Akbar untuk mencari kembali pangeran dan penyihir yang menjadi buronan mereka itu.

"Tuan Wazgoth, orang tadi benar-benar tidak bicara tidak sopan kepada anda yang merupakan pemimpin tertinggi pasukan kerajaan, apa tuan tidak ingin memberinya hukuman?" tanya seorang prajurit pada komandanya.

"Dia bahkan tidak tahu berita mengenai pangeran dan sang penyihir yang memberontak, jadi mana mungkin dia juga akan mengenalkukan?" jawab si Wazgoth itu pada bawahannya.

"Tapi tuan, mungkin saja dia berboh …"

"Tidak, cara bicara dan tatapannya benar-benar polos, tidak mungkin kalau orang itu berbohong, dan lagi, jika dilihat dari bahasanya yang asing itu, sepertinya dia memang berasal dari daerah yang benar-benar jauh dari kerajaan".

"Ah benar juga, dia bahkan tidak tahu kalau tempat tujuannya adalah tempat yang telah berubah menjadi neraka, ucapannya memang menyebalkan, tapi aku harap orang itu dan anaknya benar-benar tidak pergi ke desa itu."

"Aku juga harap begitu, karena sepertinya orang itu akan melakukan sebuah perubahan dimassa depan kita deh," kata Wazgoth sambil tersenyum ketika teringat dengan ucapan Akbar yang polos namun tegas dan bermakna tadi.

?

"Eh, maaf tuan, apa maksud ucapan tuan tadi?" tanya sang prajurit pada komandan nya.

"Tidak, lupakan saja apa yang aku katakan, karena aku sepertinya cuma terlalu berharap dan ngelindur sesaat, ahahaha."

----

Sedangkan itu, kembali ke 2 toko utama kita, si Syty yang daritadi hanya bersembunyi dibalik Akbar itu pun sangat kagum dengan cara bicara Akbar ketika bicara dengan komandan para manusia itu, sehingga dirinyapun langsung saja memuji-mujinya.

"Ayah, ayah hebat sekali, a..aku tidak mengira kalau ayah bisa selancar itu bicara dengan manusia, a…apa ayah pernah berurusan dengan mereka sebelumnya?" tanya Syty pada ayahnya.

"Tidak berurusan lagi Syty, tapi ayah setiap hari mengawasi mereka dari atas".

"Hooo, ma..maksud ayah, ayah mengawasi mereka dari atas pohon seperti mata-mata ya?! Hebat!!" kata Syty yang memuji Akbar.

"(Sebenarnya aku mengawasi mereka dari langit sih, tapi ya boleh deh dengan alasan itu) Pelajaran nomer 1 Syty, jangan pernah takut dengan apapun selain kepada tuhan jika kamu tidak melakukan hal yang salah, karena jika kau lemah, kau hanya akan jadi mainan orang kuat," kata Akbar yang membangakan dirinya sendiri itu sambil memberikan pelajaran hidup.

"Hoooo, keren sekali!! Aku mengerti ayah!! Akan aku ingat itu selamanya!" kata Syty dengan mata berbinar-binar.

"(Hohohoho, inikah rasanya jadi orang bijaksana? Sombong sekali diriku ini, khukhukhukhu)"

"Tapi aku masih bingung, ba..bagaimana bisa ada manusia di Negara kita? Bukannya seharusnya tidak ada ras lain yang boleh masuk ke Negara ras lain seperti ini ya?"

?

Saat mendengar ucapan Syty barusan, Akbar terpikirkan dengan sebuah teori yang kemungkinan 80% benar, tapi karena masih ragu dengan sisa 20% nya, maka Akbar pun mencari informasi lebih dalam melalui si Syty.

"Syty, apa maksudmu suatu ras tidak boleh masuk kedalam Negara ras lainnya?" tanya Akbar kemudian.

"Eh, bukannya ayah pernah bercerita padaku dulu, kalau beberapa ratus tahun yang lalu terjadi petengkaran hebat antara para pemimpin ras, dan karena kejadian itulah dibuat perjanjian kalau tidak boleh ada ras yang boleh masuk ke Negara ras lain," kata Syty yang mengingat massa lalunya itu.

Mendengar alasan yang dikatakan Syty barusan, Akbar hanya tersenyum kecil dibuatnya, karena dugaannya soal masalah dunia yang sedang dihadapi oleh orang-orang kerajaan tadi ternyata benar.

"(Yap, sudah aku duga, kalau begitu sekarang tinggal mencari jawaban, apa yang menjadi sebab mereka bertengkar? Apa karena hal berharga tertentu atau sejenisnya ya?)" kata Akbar yang dugaanya benar itu sambil terus berpikir.

"Aku memang tidak pernah keluar dari desa, tapi aku tidak menduga kalau aku akan melihat manusia sejelas ini, me…memangnya apa yang telah terjadi diluar desa ayah? A..apakah perjanjian lama itu sudah tidak berlaku lagi?" Tanya Syty kemudian menanyakan hal penting.

"(Kalau aku bilang "kita secara mendadak telah pindah dari Negara Elf ke Negara Manusia karena kesalahan system Tuhan nak" sambil tersenyum, apa dia masih akan mengagapku ayah?) Hmmm, ayah kurang tahu soal itu nak, karena ayah adalah orang Netral yang tidak suka ikut campur urusan politik," kata Akbar yang sempat membayangkan sebuah kekacauan sebuah negeri di dunia asalnya karena masalah politik.

"Lalu ayah, a…apa kita akan tetap pergi ke desa itu? Karena bukannya manusia tadi bilang kalau desa itu terkena wabah penyakit?"

Sesaat Akbar mencoba untuk melihat arah tujuannya kembali, dan karena arah tujuan mereka tidak berubah walau sudah mendapatkan informasi soal wabah di desa itu, maka Akbar pun memutuskan untuk tetap pergi menuju desa itu, karena dia yakin kalau tuan Esa tidak mungkin menyuruh dirinya pergi ke tempat itu tanpa tujuan.

"Sayangnya kita harus tetap kesana karena kita harus mengisi kebutuhan untuk bisa melanjutkan perjalanan kita nak, tapi kalau ternyata keadaanya makin parah, maka kita akan segera pergi sesudah membeli kebutuhan yang diperlukan, kau mengerti Syty (karena tidak mungkin juga tuhan memberikan petunjuk yang tidak jelaskan?)" jelas si Akbar yang memberikan rencana untuk kemungkinan tebruruk.

"Jadi memang kita tidak bisa pergi ke desa yang lain ya? Aku agak khawatir sih karena aku belum pernah melihat penyakit manusia, tapi kalau itu perintah ayah, aku akan menurut" tanya Syty lagi.

"(Hmmm, sebenarnya aku juga ingin sih pindah ke tempat lain, karena orang bodoh macam apa coba yang masih saja pergi ke suatu tempat setelah tahu tempat itu sedang terkena wabah penyakit? Tapi ya mau bagaimana lagi, arah petunjuknya masih megarah kearah yang sama sih, tapi kalau ternyata memang ada kerusakan, mungkin aku bisa memeras tuan Esa untuk memberiku skill tambahan, hehehe) Yap, karena ayah tidak tahu jalan lain menuju tempat lain, maka mau tidak mau kita harus tetap ke desa itu," kata Akbar yang sempat tersenyum lebar ketika memikirkan kalau kemungkinannya itu ternyata benar dan menjadi kenyataan.

"Dan ayah, a…apakah desa yang akan kita tuju itu penuh dengan manusia?"

"Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm...."

"Lebih baik kau lihat sendiri saja," kata Akbar sambil tersenyum dan tidak tahu harus menjelaskan apa pada Syty mengenai pertanyaannya barusan.