webnovel

Di sepanjang perjalanan (5)

Akbar langsung terdiam seribu bahasa ketika mendengar ucapan Syty barusan, karena dia tidak mengira kalau ternyata dimassa lalu, ayah asli dari Syty ternyata melarang keras keinginan anaknya sendiri itu, dan tentu saja Akbar bisa menyimpulkan kenapa sebabnya.

"(YAELAH LORRDD!! MASIH KECIL SUDAH BERKATA INGIN JADI PRAJURIT, WANITA PULA!! AYAH MACAM APA JUGA YANG TIDAK AKAN KAGET SYTYYY!!...."

"…...ya, memang sih normalnya seorang ayah akan berkata seperti itu saat putri tercintanya berkata ingin jadi prajurit yang harus bertarung, tapi kalau aku sih...) Hei Syty," kata Akbar yang akhirnya bicara setelah beberapa saat terdiam itu.

"Ah ma…maaf, ayah pasti ingat dengan kejadian massa lalu ya?! Ak..aku tidak akan jadi pemanah kok, a..aku akan jadi purti yang baik ja..jadi jangan tampar ak…"

"Kenapa kau ingin jadi pemanah Syty?"

?

"Eh, ke…kenapa?"

"Ya, ayah penasaran saja, karena jarang sekali ada perempuan yang dengan beraninya bilang "aku ingin jadi ksatria pemanah" sepertimu lho, apa ada alasan khusus?"

Mendengar pertanyaan ayahnya barusan, Syty yang merasa ayahnya sedang terbuka untuk diajak bicara itupun kemudian menjelaskan alasan kenapa dirinya ingin menjadi prajurit pemanah.

"I…itu karena saat para Elf kegelapan sedang melakukan latihan memanah dulu, ak..aku terkesan dengan gerakan dan cara mereka bertarung yang sangat elok namun mematikan itu."

"(Bisa-bisanya anak kecil tertarik dengan kata pertarungan dan mematikan, well 11-12 sih sama anak-anak di dunia sana karena pengaruh game di usia dini, jadi fairlah) Oh, jadi singkat kata, kau ingin menjadi kuat seperti mereka?" tebak si Akbar.

"A..anu, bukan itu alasannya ayah."

"Hoooo, jadi apa alasan utamanya?"

"Alasannya itu Karena aku, aku...…..ingin pergi bebas kemana saja," kata Syty sambil melihat kearah pemandangan elok yang ada disampingnya.

...

?

Akbar tertegun saat mendengar kata "bebas" dari mulut Syty barusan, karena dengan 1 kata itu saja dirinya bisa membuat sebuah kesimpulan mengenai bagaimana perasaan Syty mengenai kehidupannya itu.

"(Ok, aku bisa menerima alasan kenapa ayahmu melarangmu menjadi prajurit, tapi kalau sampai tidak boleh keluar dari desa kecil itu hanya untuk melihat dunia yang luas ini, itu sudah keterlaluan, memangnya kenapa sampai dia tidak boleh keluar dari desa ha? Itu diskriminasi tahu! Dunia ini luas woi!, jadi wajar dong kalau kita penasaran dan ingin berkelana lebih jauh?)"

"(Dan karena kebetulan juga sekarang aku yang bertanggung jawab soal massa depan anak ini, makaaaaaa…) Syty."

"Ya ayah?"

"Apa kau masih ingin jadi pemanah, kalau iya mungkin ayah akan membuatkanmu sebuah panah untuk latihan saat tiba di desa itu, atau mungkin membelinya ya? Kalau ada sih yang ukuran buat anak kecil."

!!!!

"EH, A..AYAH SERIUSSS?!" tanya Syty yang tidak percaya dengan ucapan ayahnya barusan.

"Ya tentu saja nak, karena ayah macam apa yang tidak mau mengabulkan permintaan anaknya ha?" kata Akbar sambil mengelus-ngelus kepala anaknya.

"TA…TAP…TAPI BAGAIMANA DENGAN UCAPAN AYAH SAAT ITU?"

"Saat itu yang saat itu, saat ini ya saat ini, apapun yang terjadi dimassa lalu harusnya bisa membuat massa ini jadi lebih baik Syty, dan karena aku pikir kau akan jadi lebih kuat (atau lebih tepatnya berguna, hehe) dan bisa melindungi dirimu sendiri saat petualangan kita ini berlanjut, jadi kenapa aku harus melarangmu untuk menjadi lebih kuat?"

"AY...AYAH TIDAK SEDANG BERBOHONGKAN?!" kata Syty yang mau memastikan sekali lagi ucapan ayahnya

"Tidak, tapi kau benar-benar harus latihan keras lho, karena tidak mudah untuk menjadi seorang pemanah ahli hanya dalam waktu singkat, kau harus belajar setiap hari."

"A….Aku bisa melakukannya!! Aku bisa belajar tiap hari!! Ta…tapi ayah yakin kalau ayah benar-benar memperbolehkanku untuk menjadi prajurit pemanah?"

"Untuk sekarang kita focus dulu menjadi pemanah dulu, masalah jadi prajurit atau tidak kita akan lihat setelah kau agak dewasa, 7 tahun lagi mungkin"

"Ay…ayah janji tidak akan marah seperti dulu dan tidak akan menamparku lagi?"

"(Sumpah, sperti apa sih ayahmu dimassa lalu itu? Kok gemesin banget sampai ingin aku foto terus share ke Twitter biar kena hujatan massa?) Demi tuhan Syty, kenapa kamu takut banget kalau ayah tidak akan setuju sih? Iya ayah janji, janji perawan deh, apa kau masih belum puas? Apa aku harus mengulanginya 69x?"

"A…apa maksudnya janji perawan itu ayah?"

!!!

"(Mampus aku, a…aku harus mulai menghentikan kebiasaan burukku mengakatan candaan dewasa yang tidak dimengerti oleh anak kecil seperti ini oi, bi..bisa dapat karma aku) Ma..maksudnya itu janji sejati orang dewasa yang tidak boleh dilangar, a…anak kecil sepertimu mana tahu soal hal itu, ahahahahaha," kata Akbar yang sempat panik karena keceplosan mengatakan candaan yang tidak dimengerti oleh anak kecil.

!!!

Setelah yakin jika ayahnya bersungguh-sungguh, Syty yang merasa senang sekali dengan fakta ayahnya yang mengabulkan permintaanmu itu langsung saja tidur dipangkuan ayahnya itu, lalu dengan cara bicara dan tatapan yang manja penuh dengan godaan, diapun berkata….

"Aku sayang ayah."

"(He..he…hehehehehehe, kau…kau pikir aku tidak tahu rencananmu tuhan Esa? Kau pasti mengira aku akan tergoda dengan pujian anak kecil yang imut ini dan akan menjadi pecinta anak kecil sepertimukan?.....ok, itu hampir berhasil)" kata Akbar dalam hati yang hanya mengelus-ngelus kepala si Syty sambil memasang wajah poker face karena was-was jika dirinya melakukan hal yang aneh-aneh.

"Dan ayah."

"Ya anakku tercinta?"

"Apakah Elf cahaya juga menggunakan baju merah?"

"Hmmmm, ayah kurang tahu kalau ada model fashion baru atau tidak didunia per Elf an ini, tapi memangnya kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Jadi, gerombolan pasukan berkuda yang datang kearah sini itu, apakah mereka Elf cahaya atau kegelapan?" kata Syty sambil menunjuk kearah samping kiri.

Mendengar ucapan Syty barusan, Akbar pun langsung saja menoleh kearah kiri, dan kagetlah dia ketika melihat ada pasukan berkuda yang menggunakan zirah kemerahan sambil membawa sebuah bendera bergambar singa emas datang menuju arah mereka, tapi bukan karena semua itu yang membuat Akbar menatap sinis, melainkan karena …

"Manusia," kata Akbar yang melihat wajah dari para pasukan itu 100% berwajah "manusia".