webnovel

Di sepanjang perjalanan (4)

"Ah, gara-gara ayah bicara makanan, sekarang aku jadi lapar sungguhan," kata Syty sambil memegang perutnya yang kelaparan.

"(Ok, jika kita masih belum mati dan hanya kelaparan biasa, maka sudah pasti system peta yang dibuat tuan Esa ini pasti sedang eror, karena kalau kita memang sudah berjalan selama hampir 2 mingguan tanpa makan dan minum apapun, sudah pasti kita akan matikan? Bahkan yang maha kuasa itu tidak luput juga dari kesalahan ya? Ahahaha)" kata Akbar yang yakin kalau pasti ada kesalahan dalam system kerja permainan buatan tuan Esa itu.

"Oh ya, kalau kau lapar, makan saja buah yang ada dibelakang sana, kemarin ayah sempat mengumpulkan buah-buahan dari hutan untuk bekal perjalanan kita, semoga itu semua cukup sampai kita tiba ditujuan kita."

"Siap ayah!!"

"(Saking shocknya karena sempat teralihkan karena masalah ibunya tadi dan banyak pikiran karena mencari jawaban untuk pertanyaan anak yang 1 ini, aku sampai lupa memberikannya sarapan pagi dan makan siang, apa ini pertanda aku ayah yang payah?)" kata Akbar yang merasa kecewa dengan dirinya sendiri.

Lalu Syty pun pergi menuju bagian belakan gerobak dan mulai mengambil beberapa buah untuk dimakan bersama dengan ayahnya, dan saat meneruskan perjalanan sambil memakan buah-buahan, Akbar yang masih kepirikan soal masalah petanya itu bertanya pada Syty mengenai suatu hal.

"Syty, apa bisa kita melanjutkan permainan kita tadi?" tanya Akbar kemudian.

"Permainan? Oh, maksudnya main tanya jawab tadi? Tentu saja ayah, lagian membosankan jika kita hanya diam sajakan?" jawab Syty sambil memakan buah apel yang baru dia dapatkan.

"Semua hewan dan tumbuhan yang telah kau lihat selama perjalanan ini, apa kau belum pernah melihatnya sama sekali?"

"Tentu sajalah ayah, walaupun aku selalu di desa dan jarang pergi keluar, aku sedikit tahu beberapa jenis burung dan tumbuhan yang ada dikampung kita, tapi apa saja yang baru aku lihat saat perjalanan ini, aku baru pertama kali melihatnya lho, karena itulah aku bertanya pada ayah apa nama-nama hewan dan tumbuhan yang belum pernah aku lihat itu," jelas Syty.

"(Hmm, tidak mungkin hewan dan tumbuhan yang Syty lihat di desanya itu hanya ada di desanya, seharusnya hewan dan tumbuhan itu masih bisa terlihat saat perjalanan ini karena masih dalam 1 wilayah, dan karena diwilayah ini dia tidak melihat itu dan malah melihat hal-hal baru, apa aku bisa menduga kalau ini bukan wilayah Elf lagi?)" tebak Akbar yang kepikiran soal sesuatu.

"Nah, kalau begitu apa sekarang aku boleh bertanya ayah?"

"Oh, tentu saja."

"Jadi apa jawabannya ayah?"

?

"He? Apa maksudmu?"

"Lho, aku kan tadi bertanya nama tujuan kita sekarang, tapi ayah tadi malah melamun terus sampai lupa menjawabnya lho."

...

...

!!!

"(KOK-BI-SA-LU-PAAAA!!) A…ahahaha, maaf-maaf, ayah sendiri baru ingat soal itu, tu…tunggu sebentar ya, a…ayah mau mengeceknya dulu."

Kemudian Akbar pun mengotak-ngatik lagi matanya dan mulai mengecek kembali map yang dia pikir sistemnya sedang eror.

"Hmmm, nama tujuan kita adalah desa "Belingtown" (seriously? Desa namanya town? Apa-apaan dengan penamaan desa yang aneh ini oi?)" kata Akbar menjelaskan sambil merasa aneh dengan nama desa itu.

"Apa kita akan sampai saat malam hari ayah?"

"Hmm entahlah, memangnya kenapa kalau kita datang saat malam hari?"

"Nanti aku tidak bisa jalan-jalan di kota." kata Syty dengan muka cemburut.

"Oh itu, ahahahaha, tenang saja Syty, kalaupun kita datangnya kemalaman, kita bisa jalan-jalan di kota saat pagi hari kok, nanti ayah akan belikan makanan yang enak saat sarapan besok," kata Akbar sambil tersenyum kearah Syty.

"Benarkah?! Apa ayah janji?"

"Janji mati."

"Yeahhh!! Aku sayang ayah deh," kata Syty sambil memeluk si Akbar erat-erat.

"(Hohoho, Kau berpikir aku akan tergoda dengan pelukan anak kecil yang imut tuan Esa? Tidak semudah itu Suparto)" kata Akbar yang kuat iman itu.

"Oh ya ayah, apakah itu kota itu adalah kota Elf Cahaya seperti kita, atau kota Elf Kegelapan?" tanya Syty lagi.

?

"S…Syty, bi..bisa jelaskan tadi apa maksud ucapanmu tadi?"

"Eh? Aku tanya apakah itu kampung dari Elf kegelapan atau kampung Elf cahaya seperti kita? Karena kalau benar kalau desa itu adalah desa kaum Elf kegelapan, Uaaah! Aku akan bahagia sekali!!" kata Syty.

"(A…ahlikan pembicaraan dan gali info seperti biasa Akbar, jangan sampai dia tahu kalau aku ini tidak tahu apa-apa) Me..memangnya kenapa kau bisa bahagia saat bertemu Elf kegelapan? A…apa kau punya kenangan tersendiri dengan mereka?"

"Ya, terakhir kali aku kan melihat Elf kegelapan 3 bulan yang lalu saat mereka datang ke kampung dan membicarakan sesuatu dengan ayah," kata Syty sambil teringat kenangan 3 bulan yang lalu.

"Hooo, apa kau ingat mereka seperti apa?" tanya Akbar.

"Tentu saja, mereka berkulit ungu kelabu, rambut mereka berwarna ke abu-abuan, mata mereka yang biru terang, dan juga baju mereka ada yang ungu-biru-dan hitam," kata Syty yang mendeskirpsikan penampilan para Elf kegelapan.

"Lalu, apa terjadi sesuatu antara kau dengan para Elf kegelapan yang datang ke desa saat itu?"

"Aku cuma kagum dengan cara mereka memanah ayah, mereka bisa memahan tepat sasaran dengan mata tertutup lho!!"

"Begitu rupanya, jadi kau mau menjadi ahli panah ya?" kata Akbar yang bisa menyimpulkan sesuatu.

"Ma…maunya begitu sih, ta…tapi..."

"Tapi kenapa? Apa karena kau tidak punya panah dan busur sama sekali, tenang saja, kalau kau benar-benar mau, ayah akan membuatkannya untukmu."

!!!

"E....EHHHHHHH?! AY…AYAH SERIUS??!!"

"Tentu sajalah, memangnya apa yang tidak untuk putriku yang kucintai ini (kecuali kalau kau mau punya suami)" kata Akbar yang tiba-tiba insting ayahnya muncul.

"Ta…tapi, du..dulu ayahkan memarahiku saat aku bilang aku ingin menjadi Prajurit pemanah dulu, bahkan ayah dulu sempat juga me....menamparku."