webnovel

Di sepanjang perjalanan (2)

"Eh?! Tunggu dulu ayah! Jawaban macam apa itu?"

"Ok, sekarang pertanyaan ke 2, apa nama kampung kita dan siapakah ketuanya?" Tanya Akbar yang benar-benar berusaha sekuat mungkin untuk membuat Syty tidak membahas masalah Biologi itu lagi.

?

Syty terdiam lagi ketika mendengar pertanyaan ayahnya barusan, karena dia merasa ada yang aneh dengan sikap ayahnya yang terlihat tegang saat menanyakan pertanyaan-pertanyaan barusan, apalagi pertanyannya barusan tadi malah makin membuat Syty heran sendiri.

"De…desa kitakan bernama Ofallive," kata Syty yang menjawab dengan suara pelan.

"(Sip, kalau begitu memang nama daerah yang tertera di MAP ini benar-benar asli) Betul sekali, lalu ketuanya adalah?" kata Akbar yang ternyata sedang memastikan sesuatu itu.

"Ay…ayah sendirikan?"

?

Kali ini, si Akbar lah yang terdiam sejenak, karena dia sama sekali tidak memikirkan kemungkinan bahwa ternyata dia adalah ketua atau pemimpin dari desa tersebut, tapi karena tahu yang dia hadapai adalah anak kecil, maka dengan santai Akbar pun membalasnya dengan jawaban yang sama.

"Ahahahaha, su…sudah aku bilangkan nak, aku inu cuma mengujimu saja, apa kau ingat ayahmu ini bekerja sebagai apa setelah kau jatuh dari sumur 2 hari atau tidak, karena aku khawatir kalau kau ternyata lupa ingatan karena terbentur batu atau apa tahu," kata Akbar menipu dengan tegas agar terlihat meyakinkan.

"Oh begitu, kalau itu tenang saja ayah, aku tidak akan pernah lupa soal ayah dan ibu, walaupun aku harus jatuh dari langit, aku janji deh" kata Syty yang dengan polosnya percaya dengan ucapan Akbar.

"(Oh ayolah, jatuh dari sumur saja kau sampai tidak sadar kalau aku yang merupakan orang asing yang baru pertama kali kau temui ini bukan ayahmu dan bahkan tetap ngotot ikut aku lho, aku jadi penasaran kau akan jadi separah kalau kau jatuh dari langit, apa kau akan menganggapku Tuhan? Tapi terlepas dari itu, melihat Tuhan yang membuatmu tertidur selama 1 atau 2 hari di dalam sumur sempit tanpa rasa lapar atau penyakit kritis lainnya setelahnya, sepertinya dia benar-benar ingin membuatmu jadi member partyku ya?)"

"Baiklah, kalau begitu sekarang giliranku untuk bertanya ya ayah."

"(Well, ini masih awal permainan sih, jadi kita tunggu saja plot wist apa yang akan menanti kita ditengah atau akhir cerita ini dengan adanya kau yang menjadi teman pertamaku) Ya ya, tapi pastikan pertanyaan yang berfaedah ya," kata Akbar kemudian yang mempersilahkan Syty untuk bicara.

Setelah diberi kesempatan untuk bertanya kembali, Syty pun langsung saja mengambil nafas panjang dan mulai menggerakan otaknya sekuat mungkin untuk menghindari kesalahan yang sama lagi.

"(Ini adalah kesempatan ke 2 ku, aku tidak boleh menanyakan sesuatu yang jawabannya tidak jelas seperti tadi, jadi apa yang harus aku tanya…..AH ITU DIA!) Ayah, apa ayah ingat ucapan ayah tadi soal Perfek?" tanya Syty yang sempat teringat dengan ucapan Akbar tadi.

"Oh itu, memangnya ada apa dengan kata Perfect yang aku katakan tadi?" kata Akbar balik bertanya.

"Ya, itu bahasa dari daerah mana? Kok aku baru mendengarnya?"

?

Akbar langsung menoleh kearah Syty dan menatapnya dengan tatapan tajam, Akbar benar-benar lupa kalau dirinya ada di dunia lain yang dimana bahasa Inggris sama sekali bukan bahasa Internasional yang bisa digunkan untuk berkomunikasi.

"(Oh Sial! Ak…aku lupa dengan ucapan tuan Esa mengenai bahasa Inggris yang tidak ada di dunia ini, eh tapi tunggu, kalau begitu bahasa "Indonesia" yang digunakan untuk berkomuniskasi di dunia ini disebut bahasa apa dong?) Ah i..itu adalah bahasa sakti kaum kita, ha..hanya orang-orang tertentu saja yang tahu apa artinya," kata Akbar yang berbohong senatural dia bernafas.

"Hoooo!! Artinya ayah orang penting ya?!" kata Syty dengan mata berbinar-binar.

"Tentu saja dong, hanya saja ayah tidak bisa memberitahumu soal itu karena itu adalah rahasia tingkat tinggi."

"WOOAAAH!! BAGAIMANA CARANYA AKU BISA MENJADI ORANG PENTING SEPERTI AYAH?"

"Simple, belajar dan berusaha, nah sekarang ayah akan bertanya lagi, bahasa apakah yang kita gunakan sehari-hari ini?"

"Bahasa Andalsia"

?

"(Kenapa aku merasa tuan Esa menggunakan Negara Indonesia sebagai referensi dunia ini ya? Kalau memang itu bukan kebetulan, apa nanti aku akan melihat baju Batik atau sejenisnya beberapa waktu lagi?) Ahahaha maaf tadi ayah sampai kelupaan, kalau begitu sekarang kamu boleh bertanya 2 hal pada ayah deh."

"Hmmmmm, aku mau tanya apa lagi ya? Padahal tadi aku merasa ingin menanyakan hal yang aneh juga deh sebelum aku ingin tanya masalah kata pefek tadi, tapi apa ya?"

Dan ketika dirinya merenung memikirkan hal yang ingin dia tanyakan, Syty pun sempat melihat kearah kuda di depannya.

...

...

!!!

""AAAAAHH!! IYAA!! KUDA DAN GEROBAK!!"

"Kuda dan gerobak?"

"Darimana ayah mendapatkan kuda dan gerobak ini? Karena seingatku ayah tidak punya gerobak seperti ini deh di desa, dan bukannya kuda ayah si "Fonso" berwarna kuning ya? Ke…kenapa sekarang menjadi Hitam begini? Malahan apa benar ini si Fonso? Bukan kuda lain?" tanya Syty kemudian.

Akbar sempat menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan si Syty barusan, karena bagaimanapun juga si Syty pasti masih terlalu sulit untuk mengerti masalah "Hadiah setelah menjalankan misi" miliknya itu, jadi seperti biasa, Akbar pun membuat alasan yang sesimple mungkin untuk mudah dimengerti anak seumuran Syty.

"Ah kalau soal itu, saat desa sedang ribut si Fonso ketakutan dan kabur ke hutan, saat ayah berusaha mengejarnya, ayah kehilangan dirinya karena dia berlari terlalu cepat, dan apa kau apa yang lucu Syty? Ketika ayah mencarinya di tengah hutan, ayah malah menemukan kuda ini, jadi daripada aku repot-repot mencari si Fonso yang sudah kabur jauh entah kemana, ya aku ambil saja kuda yang tidak ada pemiliknya ini, ahahahaha, tapi tenang saja, aku jamin kekuatan dia ini tidak beda jauh dengan si Fonso kok, iyakan Noah?" kata Akbar yang menjiwai aktingnya sebaik mungkin.

"Oh begitu, jadi saat ayah melemparku kedalam sumur, ayah mau mengambil si Fonso lalu kembali untu menjemputku kembali ya? Kalau begitu kenapa ayah tidak menyuruhku untuk sembunyi didalam rumah teman-temanku atau terus mengajakku pergi? Bukannya dengan begitu kita bisa kabur dari desa dan mungkin dengan ibu dan Fonso juga ayah?" kata Syty sambil kembali murung ketika dirinya tak sengaja menyebut nama ibunya tadi, yang entah kenapa nadanya juga terasa seperti orang yang kesal karena ada orang yang mengambil keputusan yang bodoh.

!!!

"(Sialan, aku lupa kalau ayah anak ini melemparnya kedalam sumur yang alasannya belum aku ketahui, tentu saja ceritaku jadi tidak sinkron kan? Apalagi sekarang dia jadi teringat soal ibunya lagi, akkkhh! Repot amatlah!! Pokoknya sekarang berpikir cerdasarlah Akbar!! Gunakan otak Superiormu untuk membereskan masalah ini!!)"

"A…ahaha….kalau itu sih mungkin kamu tidak akan percaya, tapi itulah insting orang tua nak, kalau mereka merasa nyawa anaknya dalam ancaman besar, dia tidak akan bisa memikirkan yang lainnya secara jernih dan lebih mementingkan keselamatan sang anak, jadi maaf saja kalau saat itu ayah terlalu panic dan langsung melemparmu kedalam sumur ya," kata Akbar yang meminta maaf kepada Syty.

...

...

Melihat ayahnya meminta maaf setelah menjelaskan alasannya dengan logis seperti itu, maka Syty pun berusaha untuk melupakan kekesalan kecilnya pada ayahnya yang diam-diam ternyata dia sembunyikan dari hatinya, karena sekarang dia sudah mengerti kenapa ayahnya melakukan hal tersebut.

"Baiklah, aku paham kenapa ayah melakukan itu, lalu bagaimana dengan gerobak ini?"

"Gerobak ini? Gerobak ini juga sudah ada disebelah Noah saat ayah menemukannya lho, ahahaha, lucukan?" jawab Akbar simple, bahkan bisa dikatakan terlalu simple karena saking dirinya tidak mau repot-repot berpikir lagi.

?