webnovel

Aku akan menjagamu

Beberapa saat kemudian. Setelah selesai menyelidiki banyak mayat yang dia temukan menumpuk di pinggir desa, Akbar yang saat ini baru saja selesai memindahkan semua barangnya disekitar rumah gadis Elf yang tadi dia tidurkan di sebelah "bekas" rumahnya itu sedang berada dalam mode berpikir keras mengenai penemuan penyelidikannya tadi.

"(Hmmmmm, aneh rasanya kalau semua orang tiba-tiba berkumpul secara bersamaan seperti itu, dan lagi setelah aku periksa sebentar beberapa mayat yang masih memiliki daging itu, ternyata hampir semuanya tidak ada bekas luka serangan tajam, itu artinya orang-orang ini tidak dibunuh lalu dibakar dengan tujuan menghilangkan mayat mereka, tapi mereka ini beneran dibunuh dengan di bakar hidup-hidup sekaligus. Tapi kalau memang dibakar hidup-hidup seperti itu oleh musuh, harusnya ada beberapa orang yang beruasaha melarikan diri atau keluar dari gerombolan karena mereka tidak mungkin hanya diam saja di tempat saat tubuh mereka terbakar hebat begitu, kalaupun dipaksa mundur ke tempat oleh tentara musuh agar mereka kembali terbakar, harusnya ada juga bekas perlawanan kan? Nah ini malah tidak ada bekas luka sama sekali ditubuh mereka. Jadi dari semua penjelasan barusan dan kondisi dunia fantasi ini, bisa disimpulkan kalau kemungkinan besar orang-orang ini dibakar hidup-hidup oleh penyihir dengan sihir api mereka, atau malah kemungkinan terburuk, mereka ini sebenarnya malah dibakar hidup-hidup oleh Na .... "

"Uh...i….ini ada dimana?"

...

...

???

"Ah, kau sudah bangun nak?"

Gadis Elf yang tertidur dipangkuan Akbar itu pun terbangun dari tidurnya yang nyenyak dan mulai berulah kembali ketika dirinya ingat kalau dia harus mencari ibunya yang belum sempat dia lihat tadi.

"Ah ayah! Di…dimana ibu?! A..apa dia sudah bangun dari tidurnya?" tanya gadis Elf itu pada Akbar.

"I..itu ... (aduuuh lagi mikirin suatu hal malah ditanyai hal lain, pertanyaan nya juga pertanyaan berat pula)"

"Ayah gimana sih?! Kenapa ayah masih diam saja? Ayo kita bangunkan ibu! Kasihan ibu tidur dibawah batu seperti itu."

"Nak, dengarkan aku dul ... "

"Ayoooooo pergi ayaah!" kata gadis itu menarik paksa si Akbar.

"(Hiiiiis, aku sebenarnya tidak mau ngelakuinnya ini lho, menyebalkan banget sumpah) Ibumu .... Hufffff, ibumu sudah meninggal."

"A…..Apa?"

"Ibumu...…me...ning...….gal," kata Akbar mengeja tanpa berani menatap si gadis elf yang polos itu.

….

….

"I…ib…ibu sudah meninggal? Ayah bilang apa sih? A…aku tidak paham."

Akbar hanya terdiam saja mendengar pertanyaan dari gadis itu, namun karena gadis itu masih saja tidak menerima kenyataan dan terus bertanya padanya, Akbar yang tidak mau berkata-kata itupun cuma menjawab pertanyaan gadis itu dengan menoleh kearah kanan.

Lalu saat gadis itu melihat kearah yang dipandang Akbar, dia hanya tertegun ketika dia melihat sebuah kuburan yang seharusnya tidak ada dipinggir rumahnya itu, sehingga diapun bertanya pada Akbar.

"Ay…ayah? I…itu kuburan siapa?"

!!!

Akbar yang benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan tekanan mental yang belum pernah dia rasakan selama menjadi malaikat itupun langsung saja menggam erat pundak anak itu dan menatapnya dengan tatapan tajam, setelah itu dia berkata…

"(Jika kau tidak percaya dengan ucapanku ini, aku akan bunuh diri bocah) Nak, sudah aku bilang, ibumu sudah meninggal, disaat kau menarik tangan ibumu tadi kau terpelest jatuh sampai pingsan, jadi ayahlah yang mengantikanmu menolong ibu yang tertimbun direruntuhan itu, tapi walaupun ayah sudah menolong ibu, tapi kondisi ibu benar-benar memperhatinkan dan tidak bisa ditolong lagi karena lukanya terlalu banyak, dan disaat akhir-akhir tadi ibu berpesan agar...a…..agar...….agar…agar aku…"

"A…agar apa ayah?" Tanya gadis itu sambil bergelimang air mata.

Saat melihat gadis elf itu meneteskan air mata, Akbar yang benar-benar tidak tega untuk membuat gadis itu lebih menderita itupun sudah membulatkan keputusan akan masalah pertama yang dia temui di dunia baru itu.

"(Haaaaaaaaaaaa, terserahlah, yang terjadi biarlah terjadi) Agar.....agar ayah menjagamu dengan baik," kata Akbar yang memutuskan untuk menjaga anak itu.

...

...

?

Setelah mendengar uapan dari Akbar barusan, gadis yang hanya meneteskan air mata itu hanya terdiam sejenak sambil mulai memeluk erat si Akbar, dia benar-benar merasa sedih dengan apa kejadian yang baru saja menimpanya sehingga tidak tahu harus berbuat dan berkata apa lagi.

"Sssttt tenang-tenang, ayah sudah ada disini, tidak ada yang pelru dikhawatirkan lagi nak," kata Akbar sambil memeluk gadis Elf itu dan memandang kearah langit seolah ingin menayakan banyak hal kepada tuannya yang sedang mengawasi dari arah atas sana.

"Ta…tapi Ayah, a..apa kita akan baik-baik saja?" kata gadis Elf itu yang masih saja memeluk Akbar dengan erat.

"Untuk sekarang saja, dan karena a…..ayah tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, maka lebih baik kita harus pergi meninggalkan desa besok," kata Akbar menjelaskan yang masih saja merasa aneh ketika dirinya menyebut dirinya sendiri "ayah".

"Ki…kita akan meninggalkan desa?"

"Ya nak, karena kita tidak bisa lagi tinggal disini, karena itu kita harus pergi meninggalkan desa."

"Ta..tapi ayah, ki..kita akan pergi kemana?"

"Tenang saja, ayah tahu harus kemana (lebih tepatnya, Tuhan yang akan memberitahu kita akan kemana sih), jadi sekarang tidurlah agar besok pagi kau tidak ketiduran saat perjalanan, karena pasti nanti akan ada banyak pemandangan yang indah."

"Be…benarkah?"

"Tentu saja, buat apa ayahmu ini berbohong, nah karena itu sekarang tidurlah ya," kata Akbar sambil mulai menyelimuti gadis itu dengan selimut setengah hangus yang dia temukan direruntuhan rumah.

"Bagaimana dengan ayah?"

"Ayah akan bergadang sebentar lagi untuk jaga-jaga, jadi tidak perlu mengkhawatirkan ayah nak, nah sekarang tidur saja sanna, ini bukan saatmu untuk tidur larut malam seperti ini."

"B..baik."

Dan akhirnya, setelah gadis Elf itu berhenti menangis dan mulai menyeka air matanya, diapun segera tidur untuk berhenti memikirkan kesedihan yang dia alami, sedangkan itu Akbar yang hanya mengelus-ngelus kepala gadis Elf itupun mulai mengomel-ngomel dalam hatinya.

"(Jancok lah, apa sih yang aku lakuin saat hari pertamaku jadi manusia disini? Memaki Tuhan, berbohong soal hal penting, sandiwara jadi ayah anak orang lain yang semua kenalananya sudah jadi butiran debu, dan sekarang aku harus juga merawat anak ini sepanjang perjalanan nanti....ah….ahahahaha, kira-kira kegoblokan apa lagi yang akan aku lakukan setelah ini ha? Mencuri resep Kraby Patty? Poligami putri Raja?, nyebarin bahasa dan budaya "4l4y" from "wkwk land"?, duhh, aku benar-benar gak sabar deh dengan semua hal buruk yang akan datang itu, IIIUIIIHHHHHH)" kata Akbar yang mulai gila sendiri sampai menjambak rambutnya keras-keras ketika mengingat dosa-dosa yang dia lakukan pada hari pertamannya didunia itu.

"(Ah benar juga, aku belum tahu siapa nama anak ini)" kata Akbar yang tersadar akan sesuatu itu yang masih saja mengelus-ngelus kepala gadis Elf yang sedang tidur dipangkuannya itu.

Bukan hanya nama anak itu, Akbar pun juga tiba-tiba tersadar akan adanya banyak hal yang masih menjadi misteri, seperti bagaimana desa Elf itu dibakar habis-habisan, kenapa desa itu dihancurkan, dan siapakah yang bertanggung jawab atas semua itu, kepalanyapun mulai diisi dengan banyak pikiran seperti itu.

"Hmmm, ini cuma perasaanku saja, tapi rasanya semua ini pasti ada hubungannya dengan masalah yang mengancam dunia ini deh. Cih, tidak ada gunanya berspekulasi banyak dan rinci seperti itu jika tidak ada informasi yang mendukung, apapun yang akan terjadi besok, aku harus mengumpulkan berbagai informasi mengenai apa yang baru-baru ini terjadi sekaligus mempersiapkan semua hal untuk melanjutkan perjalanan," kata Akbar yang akhirnya massa bodoh dengan semua pertanyaan yang ada dikepalanya itu.

Setelah membuat keputusan tersebut, Akbar hanya menghirup nafas panjang sambil melihat ke atas, dimaba langit malam saat itu bersinar cerah penuh dengan bintang-bintang yang sangat mempesona.

"Jadi seperti itu ya angkasa jika dilihat dari bawah sini? Indah sekali sih, tapi tidak ada gunanya juga keindahan alam suatu daearah seperti ini jika daerah itu penuh dengan darah dan kekacauan," kata Akbar yang berusaha sebisa mungkin untuk menikmati keindahan alam ditengah kekacauan yang sedang terjadi itu.