Hari ini Ayyara dan Givano berencana mengerjakan skripsi di Cafe yang berada tidak jauh dari kampus Ayyara.
Semua mahasiswa yang berada di kelas Ayyara telah pulang sejak beberapa menit yang lalu.
Kini hanya tersisa Ayyara dan Keyla yang berada dalam kelas.
Mereka sedang menunggu Givano dan memilih menunggunya didalam kelas karena ruangan tersebut terdapat pendingin ruangan.
"Givano lama banget sih, udah hampir satu jam." gerutu Ayyara yang sudah bosan di dalam kelas tersebut.
"Tunggu aja bentar lagi." sahut Keyla yang fokus pada ponselnya.
"Ck. kemarin tuh dia kalau jemput selalu tepat waktu." Ayyara yang semula duduk kini bangkit sambil berjalan ke arah pintu.
Ayyara celingak celinguk melihat arah luar. Ia melihat keadaan kampus sudah mulai sepi.
"Skripsi gue belum siap lagi. Tadi dia bilang kalau ngerjainnya di cafe aja, sekalian numpang Wifi." ujar Ayyara membalikkan badan menghadap ke arah Keyla yang masih fokus pada ponselnya.
"Ya mungkin dia lagi ada keperluan, santai aja kali. Kan ada gue, nggak perlu cemas gitu." ujar Keyla menenangkan.
Ayyara menghembuskan nafas, dan kembali berjalan menuju tempat ia duduk tadi.
"Nunggu di luar aja yuk Key. Gue takut, kampus udah mulai sepi." bujuk Ayyara sambil mencolek lengan Keyla.
"Gue gerah kalau diluar. Lebih kane disini, ngadem sambil main hp." jawab Keyla yang santai.
"Yaudah, kalau gitu gue tunggu diluar aja." ujar Ayyara finish, dan berjalan ke arah luar.
Belum sampai sepuluh detik, Ayyara sudah kembali memasuki kelas. Ia masuk dengan raut wajah yang tak dapat ditebak.
"Kok balik? Katanya mau nunggu di luar." tanta Keyla sambil menyunggingkan bibirnya.
"Nggak jadi, takut." jawab Ayyara menangkup wajahnya diatas meja.
"Di dalam takut, di luar takut. Nggak jelas banget hidup lo. Dasar penakut." ujar Keyla menyelonjorkan kakinya.
"Suka suka gue lah."
"Ya terserah lo lah, Ra."
Tiga puluh menit sudah berlalu. Dan hari juga sudah memasuki waktu maghrib. Tapi, Givano belum juga menghubungi nya juga.
"Givano kemana sih, Kok lama banget. Niat nggak sih dia kalau mau jemput lo. Kalau gitu pulang duluan aja ya, Ra." ujar Keyla hendak berjalan ke arah luar.
"Eh tunggu dulu Key." Ayyara mencegah Keyla dengan menahan tangan Keyla.
"Apaan?"
"Lo bawa mobil?" tanya Ayyara.
"Ya, bawa lah. Kalau nggak bawa, gue pergi ke kampus tadi sama siapa?" jawab Keyla.
"KEYLA TOLOL!!" ujar Ayyara dengan sedikit berteriak dan mengacungkan jari telunjuknya tepat didepan wajah Keyla.
"Apaan sih Ra." ujar Keyla menurunkan jari Ayyara yang berada di depan wajahnya.
"Kan lo bawa mobil, kenapa kita masih nungguin Givano? Kan tadi bisa kita pulang, terus bilang aja ke Givano kalau kita udah pulang. Kok kita tolol banget sih anjir." ujar Ayyara menghentak hentakkan kakinya.
"Kita tolol? Lo aja kali." ujar Keyla dengan santai berjalan keluar meninggalkan Ayyara sendirian.
"Heh Keyla tungguin, gue ikut!" Ayyara langsung menyusul Keyla dengan berlari agar tidak tertinggal.
****
Sesampainya diparkiran.
Keyla menghentikan langkahnya sebelum memasuki mobilnya. Hal itu membuat Ayyara ikut menghentikan langkahnya juga.
"Kenapa?" tanya Ayyara yang membuat Keyla memutar tubuhnya menghadap Ayyara.
"Kita emang tolol, Ra." jawab Keyla dengan cengirannya.
"Kita? Lo aja kali." ujar Ayyara mengulang ucapan Keyla tadi.
"Ish, ini benaran." ujar Keyla mengeluarkan sesuatu yang berada dalam tas nya.
"Kita belum matikan Ac nya Ra, nih remotnya kebawa di dalam tas gue." Keyla mengulurkan tangannya yang menggenggam remot Ac, ke hadapan Ayyara.
Ayyara menyerngit kan dahinya, pertanda bingung.
"Lo yang matikan ya. Sekalian lampunya juga dimatikan. Gue tunggu sini kok, cepat sana." ujar Keyla memerintah.
"Kok jadi gue sih, kan lo yang ceroboh." protes Ayyara.
"Lo mau pulang sama gue kan? Jadi yaudah sana matikan, kalau nggak mau. Ya udah gue pulang sendiri aja." ujar Keyla sedikit mengancam.
"Eh, iya sini biar gue aja yang matikan. Lo tunggu sini, jangan kemana mana."
"Iya, tenang aja elah."
Setelah itu, Ayyara langsung melangkahkan kakinya menuju ke arah kelas nya tadi.
"Bismillahirrahmanirrahim, ya allah lindungi hamba mu ini dari makhluk halus." Ayyara melafalkan doa tersebut, sambil melanjutkan langkahnya.
Saat beberapa langkah lagi memasuki kelas, Tiba tiba lampu disekitar telah mati. Ah tidak, lebih tepatnya sedang mati lampu.
Hal itu membuat Ayyara diam membeku. Bagaimana tidak? Hari sudah gelap, ditambah keadaan sekitar sedang mati lampu.
Ayyara berniat kembali ke parkiran, namun saat beberapa langkah ia menuju ke parkiran. Ia tak sengaja menabrak seseorang. Ia semakin takut, karen ia mengira itu adalah makhluk halus.
"Astagfirullahaladzim, lahaula wala quwwata illa billahil alihiladzim." ujar Ayyara spontan saat mengetahui bahwa seseorang tersebut bukanlah makhluk halus.
"Udah malam, kenapa masih di kampus?" tanya seseorang tersebut.
"Ah itu, tadi gue nunggu Givano jemput." jawab Ayyara.
"Kenapa nggak nunggu diparkiran?"
"Itu tadi, gue lupa buat mau matikan ac sama lampu di kelas."
"Udah mati, jadi sana balik ke parkiran. Dan ini senter." ujar seseorang tersebut.
"Iya, makasih buat senternya." ujar Ayyara hendak melangkahkan kakinya, namun ia hentikan. Dan kembali menghadap seseorang tersebut.
"Eh tunggu, lo kenapa ada di kampus? Dan kenapa lo nggak marah saat lihat wajah gue? Bukannya lo nggak mau lihat wujud gue? Dan yang jaga Tiara siapa?" tanya Ayyara secara beruntun.
"Ngurus kelanjutan S2. Kejadian itu udah berlalu, jadi lupakan. Dan ada bunda yang jagain Tiara." jawab seseorang tersebut yang diduga adalah Rafka.
"Oh oke, terus itu tangan lo kenapa bergetar? Lo takut? Haha, santai aja kali, nggak perlu takut. Kan ada gue." ujar Ayyara sambil menaik turunkan alisnya dan merangkul bahu Rafka. Padahal dirinya juga sedang ketakutan.
"Gue nggak takut." jawab Rafka sambil menurunkan tangan Ayyara yang berada dibahunya.
"Lah jadi?" cengo Ayyara.
"Jantung gue lagi nggak normal."
"Maksudnya?"
"Apa boleh gue jujur?"
"Jujur? Emang lu ada bohong sama gue?" tanya Ayyara menunjuk dirinya sendiri.
"Ada." jawab Rafka singkat.
"Yaudah sok atuh jujur."
"Keadaan jantung gue sekarang lagi berdebar." jawab Rafka maju beberapa langkah mendekat ke hadapan Ayyara.
"M-maksudnya?"
"Gue bohong soal gue yang nggak mau lihat wujud lo lagi."
"Gue bilang gitu, karena gue nggak mau perasaan gue ke lu bertambah. Jujur, gue juga suka sama lo Ay. Tapi, keadaan nggak mendukung." ujar Rafka semakin memajukan langkahnya ke hadapan Ayyara.
Hal itu membuat Ayyara mundur beberapa langkah.
"Ha? Gimana? Gue nggak ngerti." tanya Ayyara sambil menggaruk pelipis nya.
"Sejak pertama kali ketemu sama lo, gue suka sama lo Ay." ujar Rafka melanjutkan ucapannya, dan melangkah lebih dekat ke hadapan Ayyara.
Ayyara kembali melangkah mundur, namun sialnya, dirinya sudah bersandar pada dinding. Sudah tidak ada lagi akses untuk menghindar.
Ayyara tak dapat menghindar, karena dirinya sudah dikukung oleh kedua tangan Rafka yang berada disamping kiri kanan tubuhnya.
___________________
penasaran nggak kak apa yang terjadi setelah itu? terus pantengin novel ini ya.. dan tunggu kelanjutan nya
terimakasih !