webnovel

Terjebak Diantara Cinta Vampire dan Manusia

Lily baru berusia lima tahun ketika dia pertama kali melihat Matthew di dalam tabung cryonic yang ada di laboratorium ayahnya. Pria itu berusia dua puluh lima tahun lebih tua darinya. Sejak saat itu, Lily tidak bisa mengalihkan pandangan dari Matthew. Dua puluh tahun telah berlalu, Lily bertemu dengan Ryan. Seorang pria yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Lily. Ryan memperlakukannya dengan sangat lembut dan penuh perhatian. Lily menikmati hari-harinya bersama Ryan sambil terus mengembangkan cara untuk membangunkan Matthew dari tidur panjangnya. Sampai suatu ketika, laboratorium tempat Lily bekerja berhasil menemukan cara untuk membangunkan Matthew. Lily sangat gugup menantikan saat pertemuan pertamanya dengan Matthew. Namun, sesuatu yang tidak disangka terjadi. Prosedur yang dijalani Matthew tidak berjalan dengan baik. Prosedur itu mengubah Matthew menjadi vampire yang haus darah. Dan, manusia pertama yang Matthew hisap darahnya adalah Ayah Lily. Mampukah Lily menghadapi kenyataan bahwa Matthew yang selama ini ia dambakan berubah menjadi vampire penghisap darah yang merenggut ayahnya? Akankah cintanya pada Matthew ikut berubah seiring dengan perubahan dalam diri Matthew? Atau mungkinkah Lily akan berpaling dan memilih Ryan? Ikuti kisah selengkapnya hanya di Terjebak Cinta Diantara Vampire dan Manusia. Masukkan cerita ini ke dalam koleksi bacaan kalian, ya. Terima kasih. ^^

pearl_amethys · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
5 Chs

Pandangan Pertama

Gadis kecil itu berjalan beriringan dengan digandeng oleh orang tuanya ketika mereka memasuki sebuah laboratorium besar tempat orang tuanya bekerja. Seorang pekerja menyapa ayah sang gadis kecil. "Selamat pagi, Mr. Graf."

"Morning, Max. Bagaimana persiapannya?" tanya Mr. Graf.

"Semua berjalan dengan baik. Keluarganya sudah menunggu Anda di ruang pertemuan," jawab Max. Asisten Laboratorium tempat Mr. Graf bekerja.

Mr. Graf menganggukkan kepalanya dan segera berjalan menuju ruang pertemuan. Sementara itu, Sang gadis kecil tersenyum simpul pada Max yang juga ikut menyapanya dengan memberikan sebuah permen yang ia ambil dari vending machine di dalam gedung tersebut. "Thank you, Max."

"Your welcome, Lily. Kau pasti akan terpukau dengan apa yang ayahmu kerjakan di sini," ujar Max pada Lily kecil.

Lily kembali tersenyum pada Max. "Ayahku memang seorang jagoan."

Max tertawa pelan sambil mengusap kepala Lily.

"Lanjutkan pekerjaanmu, Max. Setelah ini, kau harus membantuku untuk mengawasi gadis kecil ini," sela Mr. Graf.

Max menganggukkan kepalanya. Ia lalu kembali menundukkan kepalanya dan menatap Lily. "See you later, honeybee."

Lily tersenyum dan menunjukkan deretan gigi tengahnya yang sudah tanggal. Ia lalu melambaikan tangannya pada Max seraya berjalan dituntun oleh ayahnya. Max balas melambaikan tangannya. Setelah itu Max menghela napasnya dan melangkahkan kakinya menuju laboratorium tempatnya bekerja.

----

Lily berdiri di depan sebuah tabung besi besar seukuran tubuh orang dewasa. Pada bagian atas tabung tersebut terdapat sebuah kaca kecil yang menunjukkan wajah penghuni tabung bersuhu -196°C itu. Lily memundurkan langkahnya agar ia bisa melihat siapa yang ada di dalam tabung raksasa tersebut.

Ia berjinjit dan berusaha untuk melihat wajah seseorang yang ada di dalam tabung tersebut. Ia bahkan melompat-lompat karena penasaran dengan siapa yang ada di dalam sana. Max yang melihat Lily tengah melompat-lompat di dalam ruang kaca yang menyimpan tubuh-tubuh yang dibekukan tertawa pelan melihat rasa penasaran yang ditunjukkan gadis kecil itu. Ia lalu memutuskan untuk menghampiri Lily.

"Kau mau melihat siapa yang ada di dalam sana?" tanya Max begitu ia berdiri di samping Lily.

Lily yang tengah melompat-lompat langsung berhenti dan menoleh pada Max. Dengan sedikit terengah, Lily menganggukkan kepalanya.

"Mari aku bantu," ujar Max. Ia kemudian berjongkok di sebelah Lily.

Tanpa diperintah, Lily segera naik ke pundak Max. Setelah memegang kaki Lily, Max kembali berdiri dan berjalan mendekat ke tabung raksasa yang mengundang rasa penasaran Lily. "Sekarang kau bisa melihat wajahnya."

Mata Lily membulat begitu ia melihat wajah seseorang yang ada di dalam tabung tersebut. "Apa dia laki-laki?"

"Ya, dia laki-laki," jawab Max.

"Mengapa dia ada di sini?"

"Dia hampir mati karena sebuah penyakit langka. Keluarganya memutuskan untuk membawanya ke fasilitas ini dengan harapan, suatu saat penyakitnya bisa disembuhkan dan dia bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik," terang Max.

"Hmmm." Lily menggumam sambil meletakkan tangannya di kaca yang menunjukkan wajah seorang pria yang ada di balik tabung tersebut. "Sekarang dia seperti putri tidur."

Max tertawa pelan mendengar ucapan Lily. "Ya, seperti itu kira-kira. Hanya saja dia bukan dikutuk oleh Penyihir jahat. Namun oleh penyakit yang mematikan."

"Apa Ayah bisa menyembuhkannya?" tanya Lily.

"Semoga saja kemajuan yang dibuat ayahmu di sini suatu saat bisa membangunkannya dan menyembuhkannya," jawab Max.

Lily tersenyum mendengar jawaban yang diberikan oleh Max. Ia kemudian mengeja nama yang tertera di sebelah jendela kaca kecil yang sedang ia pandangi. "Matthew."

"Mau sampai kapan kau mau melihatnya? Bahuku sepertinya sebentar lagi tidak bisa digerakkan," ujar Max.

Lily tertawa. "Kau bisa menurunkanku sekarang."

Max segera menurunkan Lily dari bahunya. Ia kemudian menegakkan tubuhnya sambil memijat lehernya. "Apa yang kau makan selama ini? Kenapa kau jadi lebih berat dari yang terakhir kali aku ingat?"

Max kemudian menggandeng tangan Lily dan meninggalkan ruang kaca tersebut. "Kita harus segera pergi dari sini sebelum ayahmu mencarimu."

Lily berjalan mengikuti Max. Ia menoleh ke belakang untuk melambaikan tangannya pada pria yang ada di dalam tabung raksasa yang baru saja ia lihat. Sambil tersenyum-senyum, Lily kembali mengalihkan perhatiannya pada Max yang terus saja berbicara padanya.

----

Apa yang sedang kamu tulis, Lily?" Tanya Mr. Graff. Ia baru saja keluar dari ruang rapat dan langsung menemui Lily yang sedang duduk di meja kerjanya. Gadis kecil itu sedang asyik menggambar sesuatu pada buku gambarnya.

Lily kecil tersenyum. Begitu ia selesai menggambar, ia langsung menunjukkan gambar yang ia buat pada Mr. Graff. Lily sambil menunjuk gambar seorang laki-laki mengenakan pakaian laboratorium. "Ini Papa."

Kening Mr. Graff berkerut ketika ia melihat gambar sebuah tabung yang ada di sebelah gambar yang ditunjuk Lily. "Apa ini tabung cryonic yang ada di ruang penyimpanan?"

Lily langsung mengangguk. Ia tersenyum dan menunjukkan deretan gigi depannya yang tidak lengkap. "Di dalamnya ada Matthew yang sedang tertidur panjang. Suatu saat, Papa bisa membangunkannya lagi, kan?"

Mr. Graff berdeham. Ia kemudian tersenyum sambil mengusap kepala Lily. "I'm working on it."

"Aku ingin bersamanya ketika aku dewasa nanti. Jadi, Papa harus membangunkannya," ujar Lily.

Mr. Graff tersenyum mendengar ucapan Lily. "Kalau begitu, kau harus membantuku agar Matthew bisa terbangun suatu saat nanti."

Lily mengangguk dengan penuh semangat. "Aku akan melakukan apapun untuk Matthew. Aku rasa aku jatuh cinta padanya sejak aku melihatnya hari ini."

Mr. Graff berdecak pelan. Ia menatap Lily. "Kau masih terlalu dini untuk berbicara tentang cinta. Kau belum tahu apa yang ada di depanmu nanti."

"Aku tahu," sahut Lily.

"Aku tahu suatu saat nanti, aku akan bersama Matthew," lanjut Lily.

****

Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. You could share your thought in the comment section, and don't forget to give your support through votes and reviews. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.

Keep in touch with me by following my Instagram Account or Discord pearl_amethys ^^

pearl_amethyscreators' thoughts