webnovel

Terjebak Diantara Cinta Vampire dan Manusia

Lily baru berusia lima tahun ketika dia pertama kali melihat Matthew di dalam tabung cryonic yang ada di laboratorium ayahnya. Pria itu berusia dua puluh lima tahun lebih tua darinya. Sejak saat itu, Lily tidak bisa mengalihkan pandangan dari Matthew. Dua puluh tahun telah berlalu, Lily bertemu dengan Ryan. Seorang pria yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Lily. Ryan memperlakukannya dengan sangat lembut dan penuh perhatian. Lily menikmati hari-harinya bersama Ryan sambil terus mengembangkan cara untuk membangunkan Matthew dari tidur panjangnya. Sampai suatu ketika, laboratorium tempat Lily bekerja berhasil menemukan cara untuk membangunkan Matthew. Lily sangat gugup menantikan saat pertemuan pertamanya dengan Matthew. Namun, sesuatu yang tidak disangka terjadi. Prosedur yang dijalani Matthew tidak berjalan dengan baik. Prosedur itu mengubah Matthew menjadi vampire yang haus darah. Dan, manusia pertama yang Matthew hisap darahnya adalah Ayah Lily. Mampukah Lily menghadapi kenyataan bahwa Matthew yang selama ini ia dambakan berubah menjadi vampire penghisap darah yang merenggut ayahnya? Akankah cintanya pada Matthew ikut berubah seiring dengan perubahan dalam diri Matthew? Atau mungkinkah Lily akan berpaling dan memilih Ryan? Ikuti kisah selengkapnya hanya di Terjebak Cinta Diantara Vampire dan Manusia. Masukkan cerita ini ke dalam koleksi bacaan kalian, ya. Terima kasih. ^^

pearl_amethys · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
5 Chs

Memandang Dari Balik Tabung 3

Max berjalan cepat ke arah ruang kerja Mr. Graff sambil membawa sebuah tab berisi hasil laporan dari obat yang sedang mereka teliti. Ia tanpa sadar menggebrak pintu ruang kerja Mr. Graff karena terlalu bersemangat dengan hasil dari penelitian terbaru mereka. "Aku menemukan sesuatu yang menarik Mr. Graff."

Mr. Graff menatap Max dari balik kacamata bulat yang ia kenakan. "Apa yang membuatmu sampai terburu-buru seperti itu?"

"Ini! Lihatlah!" Max memberikan tab yang ia bawa kepada Mr. Graff.

Mr. Graff menerima tab tersebut dan langsung membenarkan posisi kacamatanya. Ia lalu membaca data yang ada di dalam tab tersebut. Ekspresi wajahnya berubah serius ketika melihat hasil pengujian yang baru saja mereka kerjakan pada seekor kelinci yang mereka bekukan lima tahun lalu.

"Sepertinya sebentar lagi kita bisa membangunkan Matthew dari tidur panjangnya," ujar Max tidak sabar. Ia sudah membayangkan bagaimana ekspresi wajah Lily ketika mereka akhirnya bisa membangunkan Matthew.

"Kita masih memerlukan beberapa pengujian lagi," sahut Mr. Graff sambil mengembalikan tab milik Max.

"Tapi hasilnya sudah cukup memuaskan, bukan?" tanya Max.

Mr. Graff menganggukkan kepalanya. "Hasilnya melebihi perkiraaan kita sebelumnya. Beberapa pengujian lagi dan kita akan bisa membangunkan Matthew. Kau sudah memberitahu Lily soal ini?"

Max menggelengkan kepalanya. "Aku belum memberitahu Lily."

"Biar aku yang memberitahunya. Aku ingin ini menjadi kejutan di hari ulang tahunnya," ujar Mr. Graff.

Max tertawa pelan. "Lily pasti akan sangat senang mendengar berita ini."

Mr. Graff ikut tersenyum. Ia kemudian berdiri dari sofa yang sedang ia duduki dan melangkah menuju meja kerjanya. Melihat Mr. Graff sudah duduk di meja kerjanya, Max tidak mau mengganggunya dan ia pun segera pergi meninggalkan ruang kerjanya. Max tahu pria paruh baya itu pasti akan menguji kembali formula dari obat yang sedang ia kembangkan.

Begitu Max pergi dari ruang kerjanya, Mr. Graff menyalakan komputernya dan melihat situasi di dalam ruang penyimpanan yang ada di fasilitas miliknya. Sudah hampir tiga puluh tahun ia menjalankan fasilitas tersebut. Kerja kerasnya selama ini akhirnya akan membuahkan hasil yang bisa dimanfaatkan oleh banyak orang.

----

Lily berbaring di ranjangnya dan menatap langit-langit kamarnya. Ia tertawa pelan ketika mengingat perkenalannya dengan Ryan di pesta Catherine. Menurutnya Ryan cukup menarik. Meskipun tidak semenarik Matthew di tentunya. Ia hendak memejamkan matanya ketika dering ponselnya mengagetkannya.

"Siapa yang menghubungiku larut malam seperti ini?" ujar Lily ketika ia melihat nomor tidak dikenal menghubungi nomor ponselnya. Ia akhirnya memutuskan untuk menolak panggilan tersebut dan kembali meletakkan ponselnya di meja sebelah tempat tidurnya.

Lily kemudian mendesah pelan dan kembali menutup matanya. Baru sebentar ia menutup matanya, ponselnya kembali berdering. Kali ini Lily memilih untuk mengabaikannya. Ia sudah teramat sangat lelah dan ingin segera memejamkan matanya.

Ia akhirnya menghela napas lega ketika dering ponselnya berhenti. Namun sekali lagi ia tidak bisa memejamkan matanya karena ponselnya kembali berdering. Dengan kesal Lily melepaskan bantal yang sedang ia peluk dan kembali meraih ponselnya. Ia kembali menatap nomor tidak dikenal yang menghubunginya.

"Siapa ini?" seru Lily ketika ia akhirnya menjawab panggilan dari nomor tidak dikenal tersebut.

"Maaf kalau aku mengganggumu. Ini Ryan," jawab suara di seberang telpon.

Lily menghela napas panjang. "Seriuosly? Tidak bisakah kamu menghubungiku besok pagi?"

Ryan tertawa pelan. "Aku hanya ingin menagih janjimu jika aku bisa menghubungimu, kita akan makan malam bersama."

"Aku tidak akan ingkar janji. Tapi kau tidak perlu menghubungiku selarut ini hanya untuk menagih janji," sahut Lily. Ia kemudian terdiam. "Wait, dari mana kau tahu nomor teleponku?"

"Kau punya sahabat yang sangat baik, Lily. Dia dengan senang hati memberikan nomor telponmu padaku," jawab Ryan.

"Shit, Alona. Aku akan memasukkanmu ke dalam tabung cyronic besok," gumam Lily. "Oke, sekarang kau sudah bisa menghubungiku. Ada lagi yang mau kau katakan?"

"Senang bisa berkenalan denganmu, Lily. Semoga setelah ini kau tidak akan memblokir nomorku karena aku sudah mengganggumu," ujar Ryan.

"Baru saja aku mempertimbangkan untuk memblokir nomormu. Kau sudah menggagalkan rencana tidurku," sahut Lily.

"Oh, maaf. Aku tidak tahu kalau kau sudah bersiap untuk tidur."

Lily mendesah pelan menanggapi ucapan Ryan. "Kali ini aku maafkan. Lain kali, aku akan benar-benar memblokir nomormu. Aku tidak suka seseorang mengganggu tidurku."

"Kapan kau ada waktu? Aku akan mentraktirmu untuk menebus kesalahanku malam ini."

Lily terdiam sesaat. "Akhir pekan ini aku punya waktu."

"Baiklah kalau begitu. Di mana aku bisa menjemputmu?"

Lily tertawa pelan. "Jadi setelah berusaha mendapatkan nomor telponku, sekarang kau berusaha untuk mengetahui tempat tinggalku?"

Ryan bergumam pelan. "Sebenarnya, sekarang aku berada tidak jauh dari tempat tinggalmu."

Lily mengerutkan keningnya. Ia lalu bangkit dari tempat tidurnya dan menuju jendela kamar apartemennya untuk melihat jalanan yang ada di bawahnya. Ia menyibak tirai jendela tersebut dan bergumam pelan. "Fuck, Alona! Aku akan benar-benar membekukanmu."

----

Ryan tersenyum ketika ia melihat jendela kamar Lily yang sedikit terbuka. Ia kemudian melambaikan tangannya pada Lily. "Temanmu terlalu baik. Aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya untuk berterima kasih Alona."

"Ya, dia memang teman yang sangat baik," sindir Lily.

"Jadi bagaimana? Besok aku boleh menjemputmu?" tanya Ryan.

"Oke, fine. Kau bisa menjemputku jam tujuh malam," jawab Lily.

Ryan tersenyum begitu mendengar jawaban yang diberikan oleh Lily. "Thank you, Lily."

"Apa aku boleh tidur sekarang?" tanya Lily.

"Oh, maaf. Kau bisa tidur sekarang," jawab Ryan. "Sampai jumpa besok malam."

"Bye."

Ryan kembali melambaikan tangannya ketika Lily hendak menutup jendela kamarnya. Ia tertawa pelan ketika Lily tersenyum padanya sambil menutup tirai kamarnya. Ryan menunggu di seberang jalan apartemen Lily sampai lampu kamar Lily mati.

Begitu lampu kamar Lily mati, Ryan berjalan pergi meninggalkan apartemen Lily dan segera masuk ke mobilnya. Ia tersenyum sambil menyalakan mesin mobilnya. "Aku akan mendapatkanmu, Lily." Ia lalu mengendarai mobilnya dan pergi meninggalkan area apartemen Lily.

****

Thank you for reading my work. I hope you enjoy it. You could share your thought in the comment section, and don't forget to give your support through votes, gifts, reviews, etc. Happy reading ^^

Original stories are only available at Webnovel.

Keep in touch with me by following my Instagram Account or Discord pearl_amethys ^^

pearl_amethyscreators' thoughts