webnovel

Sasaran Tembak

Di hadapan Niko dan juga pria paruh baya itu terdapat sebuah perahu. Niko mempercepat gerakannya kemudian menolong pria paruh baya itu lalu naik ke dalam perahu. Kedua teman Niko sudah menunggu di sana. Perahu itu bergerak dengan cepat menggunakan mesin hingga meninggalkan para penjahat yang masih saja berenang. Mereka pun akhirnya berhasil lolos.

Puar... Sebuah tamparan mendarat di wajah Niko. Davin sangat marah ketika menyadari bahwa Niko melarikan diri dan melanggar aturan yang sudah dibuatnya. Pria paruh baya yang berdiri di belakang Niko ikut ketakutan melihat wajah ayah dari Niko yang begitu menyeramkan.

"Bukankah Ayah sudah mengatakan kepadamu bahwa kamu tak boleh keluar dari desa ini? Apakah kamu tidak mendengar kata-kata ayah?" ucap pria paruh baya dengan tubuh tegap tersebut.

"Tapi Ayah, Kenapa ayah mengurungku di desa terpencil seperti ini. Aku juga ingin melihat bagaimana kota. Aku juga ingin melihat keramaian di luar sana. Tetapi Ayah selalu saja menyiksaku. Aku sudah bosan terus-terusan tinggal di desa ini ayah!"

Puar...

Tamparan kedua kembali mendarat di pipi pemuda tampan tersebut. Seorang pria paruh baya yang berada di belakangnya memegang wajahnya seakan-akan dialah yang mendapatkan tamparan.

"Siapa kamu?" kini pertanyaan beralih kepada pria paruh baya itu. Pria itu benar-benar ketakutan hingga kesulitan menjawab pertanyaan dari Davin.

"Saya, saya, aku, aku adalah Bobot ?" ucapnya gugup.

"Bobot?"

"Bobot?"

Niko dan ayahnya bertanya bersamaan dengan pertanyaan yang sama. Nama pria paruh baya itu benar-benar unik. Niko bahkan menahan ketawanya. Melihat wajah Bobot membuat Niko membayangkan pria itu memang sedikit mirip dengan Bobot. Kepalanya yang besar dan juga botak mendukung namanya.

"Kenapa kamu ada di sini?" Davin mengajukan pertanyaan. Bobot tidak tahu alasannya berada di sana. Dia tak mengerti apa yang terjadi. Niko memaksa dirinya untuk lari.

"Saya, eh, saya," jawabnya gugup.

"Masak, Ayah! Aku membawanya untuk menjadi koki di rumah kita. Selama ini kita selalu makan seadanya. Aku bosan ayah. Boleh ya dia menjadi koki di rumah kita," jawab Niko. Bobot mengangguk setuju dengan rencana Niko. Meski mereka berdua belum memiliki kesepakatan tetapi keduanya berada pada pendapat yang sama.

Bobot segera melakukan tugasnya memasak untuk ayah dan anak itu. Pria itu memasak dengan sepenuh hatinya ternyata tebakan Niko benar bahwa Bobot adalah seorang pria yang pandai memasak. Ketika sang ayah dan Niko mencicipi masakan itu mereka begitu menikmatinya.

"Paman, masakan kamu begitu nikmat. Seumur hidup aku belum pernah merasakan makanan senikmat ini." Niko memuji masakan dari Bobot. Kemudian pemuda tampan itu berbisik di telinga Bobot.

"Masakan Ayah tidak enak," mendengar kata-kata itu membuat Davin menatap mereka berdua dengan tatapan yang sangat tajam.

"Apa yang kamu katakan kepadanya?" Davin menghardik putranya.

"Bukan, bukan apa-apa ayah!" jawab Niko sambil tertawa mengedipkan mata kepada Bobot.

Niko mengantarkan pria paruh baya itu menuju kamarnya. Dia ingin membiarkan pria tersebut tidur bersebelahan dengan dirinya.

"Kenapa kamu mengajakku lari?" ketika tiba di dalam kamar pria paruh baya itu pun bertanya kepada Niko.

"Ha, karena ingin menyelamatkan paman?" jawab Niko.

"Apakah kamu tahu kenapa aku dipukuli?" tanya Bobot.

"Tidak," jawab Niko.

"Karena Aku mencuri emas mereka!"

"Ha?"

Wajah Niko berubah. Ternyata dia telah menolong orang yang salah. Bobot bukanlah korban tetapi jadi pukuli dengan sebuah alasan pencurian. Yang ia curi bukanlah barang sederhana melainkan lima buah emas batangan. Pria itu memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit.

"Tadinya aku pikir Paman sedang berada dalam bahaya karena dikeroyok preman-preman itu, aku pikir Paman adalah orang baik?" Jawab Niko begitu polos.

"Ya, aku memang mencuri emas mereka. Tetapi mereka mencuri seluruh hartaku bahkan mencuri masa depanku," jawab Bobot. Benar bahwa dia mencuri emas itu tetapi semua itu dilakukannya karena ingin balas dendam.

"Lalu, di mana emasnya sekarang?" tanya Niko.

"Ketinggalan. Semua ini karena kamu, tanpa bertanya Kamu menarik dan memaksaku untuk lari." Pria itu memberikan alasan. Niko memukul kepalanya sendiri. Dia benar-benar ceroboh, hanya karena kasihan kepada pria tersebut dia pergi begitu saja dan membawa pergi pria paruh baya itu.

"Sudahlah. Sekarang tidur! Besok Paman harus bangun lebih cepat. Jangan sampai ayah marah," ucap Niko kemudian dia pun beralih menuju kamarnya.

***

Di sebuah lapangan yang berada di belakang rumah mereka. Davin sedang berkumpul dengan beberapa pemuda. Mereka sedang melakukan latihan menembak. Lengkap dengan pakaian anti peluru yang digunakannya pria paruh baya itu berlatih menembak dengan putranya.

"Kenapa kamu tidak bisa fokus? Tembakan kamu tak pernah tepat sasaran?" Davin marah kepada putranya.

Sejak kecil Niko sudah mendapatkan pelatihan dari sang ayah. Selain belajar di sekolah dia juga mengikuti pelatihan ilmu beladiri dan juga yang lainnya. Ayahnya mendidik Niko dengan begitu keras. Ilmu-ilmu dasar beladiri semua dipelajari nya. Dia tidak memberikan kesempatan sedikitpun bagi Niko untuk bermain apalagi menikmati masa kecilnya.

Setelah lelah berlatih dia akan pergi bersembunyi di rumah salah satu temennya. Seorang wanita paruh baya yang merupakan ibu dari temannya tersebut adalah wanita yang sangat baik dan menyayangi Niko seperti menyayangi anaknya sendiri, wanita itu bernama Rere. Rere akan memanggil Niko dan memintanya untuk tidur di pangkuan nya, dari sanalah dia mengenal kasih sayang seorang ibu, kasih sayang yang selama ini tak pernah didapatkan nya.

"Bawa dia!" perintah Davin kepada salah seorang anak buahnya. Pria itu mengangguk lalu pergi beberapa saat kemudian kembali bersama dengan orang wanita yang ada dalam genggaman nya. Kedua mata Niko melotot menatap tindakan ayahnya. Percaya jika pria paruh baya itu berani melibatkan Rere dalam masalah mereka.

"Ikat dia!" perintah Davin.

"Ayah!" Niko membentak ayahnya. Tetapi pria paruh baya itu tak peduli dia terus memerintahkan agar anak buahnya mengikat wanita paruh baya itu di sebuah papan ikat yang merupakan tujuan dari peluru yang ada dalam tembakan mereka.

"Apa ini ayah? Kenapa ayah melibatkan wanita itu?" tanya pemuda tampan itu tidak suka dengan sikap ayahnya.

"Jika kamu tidak bisa menembak dengan baik maka aku akan menembak wanita itu. Sekarang pilihan ada di tanganmu. Meleset sedikit saja maka dia akan menjadi korban," ucap pria paruh baya itu mengancam putranya sendiri.

Niko benar-benar marah, pemuda tampan itu membenci sikap ayahnya yang menjadikan nyawa manusia seakan permainan saja. Yang menjadikan nyawa manusia seakan sama seperti nyawa binatang. Dia tak punya pilihan lain, dia mengangkat tangan kemudian mengarahkan pistol yang ada di tangannya menuju sasaran yang ada dihadapannya. Dirinya merasa ragu, karena yang akan di per taruhkan adalah nyawa seorang wanita yang seperti ibu kandungnya. Dengan penuh emosi dia mengarahkan pandangan mencoba fokus pada sasaran yang ada di hadapannya.