webnovel

Berkedip Sebelah Mata

"Hei, kenapa kamu melamun?" Alia kembali bertanya kepada teman barunya. Melihat gadis berhijab itu hanya diam saja membuat dirinya merasa penasaran.

"Tidak, bukan apa-apa. Tuan muda tidak begitu menakutkan. Kamu pasti bisa menjadi sahabat baiknya," ucap Afifah.

"Apakah kamu yakin? Aku ingin mengundurkan diri. Aku sangat takut kepada tuan muda." wanita itu benar-benar takut melihat Ibra marah dan mengamuk. Dia pun menjadi ragu untuk melanjutkan pekerjaan itu. Tetapi Afifah berusaha meyakinkan nya.

"Tidak. Bukankah kamu sangat tahu mencari pekerjaan itu sangat sulit apalagi pekerjaan di gedung hijau. Bertahan lah. Aku yakin tuan muda adalah anak yang baik. Mungkin keadaan dan lingkungan yang membuat dirinya memiliki temperan mental seperti itu. Bekerja tulus lah kepadanya karena anak kecil bisa merasakan ketulusan orang lain." jawaban Afifah membuat Alia merasa sedikit lebih tenang. Akhirnya dia memiliki alasan untuk otak berada di sana. Wanita itu berulang kali mengucapkan terima kasih kepada teman barunya.

"Apakah kami boleh bergabung?" suara seorang pria mengejutkan kedua wanita itu. Di hadapan mereka sudah duduk dua orang pemuda yaitu Surya dan juga Niko. Tanpa mendapatkan izin mereka sudah duduk di hadapan kedua wanita tersebut. Alia tersenyum bahagia karena akhirnya dia bisa melihat dan memandang wajah tampan Niko dari dekat.

"Perkenalkan, namaku Surya ini adalah sahabat baru ku yaitu Niko. Kami adalah sahabat baik seperti wajah kamu yang memiliki kemiripan." Surya berkata dengan penuh percaya diri membuat Alia menjadi ter batuk-batuk.

"Perkenalkan juga, namaku Alia. Sementara temanku ini bernama Afifah. Salam kenal. Semoga kita bisa menjadi rekan kerja yang baik atau mungkin bisa memiliki hubungan yang lebih jauh lagi." Alia juga memperkenalkan dirinya dan juga memperkenalkan afifah yang terus menikmati makanan yang ada dihadapannya. Dia harus menghemat banyak uang karena itu de memutuskan untuk menikmati makanan di tempat kerjanya sementara ketika tiba di rumah dia tidak akan memakan apapun.

Afifah mencoba tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya dia terus menikmati makanan itu sementara Niko terus berusaha memperhatikan wajah wanita tersebut.

"Aku sudah selesai. Aku permisi!" wanita berhijab itu berpamitan kepada mereka sambil membawa nampan makanan yang ada di tangannya. Dia menyerahkan piring kotor ke tempatnya kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut. Wanita itu harus kembali bekerja. Tetapi pemuda tampan itu juga melakukan hal yang sama dia segera bangkit dari tempat duduknya kemudian mengikuti langkah Afifah.

Wanita berhijab tak mengerti apa sebenarnya yang diinginkan oleh pemuda tampan sombong tersebut. Mengapa dia terus berusaha mengikuti dirinya sementara dia tidak memberikan balasan apapun kepada pria itu. Dari kejauhan afifah bisa merasakan bahwa Niko sedang mendekati dirinya dia memanfaatkan keadaan ketika pemuda tampan itu mengalihkan pandangan dia bersembunyi di balik sebuah pohon.

Niko kehilangan wanita yang ada di hadapannya. Afifah dengan tubuh kecil dan lincah menghilang melompat dari pohon yang satu ke pohon yang lain dari balik pohon yang satu kebalik pohon yang lain dan akhirnya dia bisa masuk ke dalam gedung tanpa diketahui oleh pemuda tampan tersebut sementara Niko terus aja memperhatikan menghilangnya wanita itu .

"Apakah dia hantu? Kenapa dia bisa menghilang begitu cepat. Baru saja di ada di hadapanku kemana dia pergi sekarang?" pria itu bertanya kepada dirinya sendiri karena baru saja dia melihat bahwa wanita berhijab itu ada dihadapannya tetapi beberapa saat kemudian dia kehilangan jejak bahkan dia tak bisa melihat wanita itu di manapun. Pria tampan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

***

Semua karyawan baru berkumpul di ruang utama rumah besar tersebut. Termasuk Afifah dan juga Niko. Wanita itu sudah berusaha keras untuk menghindari pria tampan tersebut tetapi dia tetap terjebak dengan pria itu. Ketika Niko melihat Afifah dia pun mengedipkan sebelah matanya kepada wanita itu membuat Afifah semakin gugup.

"Selamat datang di gedung hijau. Saya mendengar banyak tentang kalian. Apakah kamu yang telah menduduki kursi direktur?" Dimas bertanya kepada Niko untuk pertama kalinya pemuda tampan itu bertemu dengan paman kandungnya sendiri tetapi mereka berdua tidak saling mengenal.

Di dalam ruangan itu selain Dimas Ibrahim juga dihadiri oleh Diana yaitu istrinya dan Ahmad Ibrahim yaitu putra semata wayang miliknya. Cukup lama mereka berubah tangga tetapi tidak dikaruniai anak. Setelah puluhan tahun akhirnya wanita paruh baya itu positif hamil kemudian melahirkan Ibra. Bukan hanya kebahagiaan besar yang dirasakan oleh Dimas bukan hanya kebanggaan karena dia akhirnya memiliki seorang putra dan memiliki penerus dari perusahaan peninggalan ayahnya. Tetapi hati pria itu juga merasa bahagia dan juga bangga dengan demikian dia menuntut banyak hal dari putra semata wayang nya.

"Apakah kamu yang akan menjadi pengasuh putra aku?" pertanyaan pria baru baya itu beralih kepada seorang wanita berhijab yang berdiri di hadapannya. Afifah mengangguk kan kepala.

"Ya Tuan!" jawabnya dengan sopan.

"Putraku ini berbeda dengan anak se usianya. Mungkin kamu akan sedikit kerepotan dan mungkin kamu akan menyerah. Tetapi jika aku boleh berpesan tolong jangan menyerah. Tolong bimbinglah anakku dan jagalah dia. Dari penampilanmu aku sangat yakin bahwa kamu memiliki hati yang tulus. Apakah kamu mau membantuku? Ini bukanlah permintaan dari seorang pengusaha tetapi ini adalah permintaan dari seorang ayah." pria paruh baya itu meminta bantuan dari Afifah.

"Maafkan saya tuan. Mungkin saya masih memiliki banyak kekurangan. Tetapi saya berjanji akan melakukan yang terbaik semampu saya," ucap Afifah. Kata-kata itu keluar dari lisan Afifah tetapi kata-kata itu membuat pemuda tampan tersebut terus memandangi wanita yang ada di sampingnya.

"Baiklah, baiklah... aku berharap banyak kepada kalian semua. Anakku ini memang memiliki banyak kekurangan tetapi tolong diperhatikan. Dan kepada kamu tolong buat agar gedung biru tetap berkembang dan juga berjaya. Aku yakin pekerjaan ini tidak akan mudah bagi kamu karena semua keamanan perusahaan dan keamanan gedung hijau berada di tangan kamu!" pria paruh baya berkata kepada mereka semua.

"Pak, kita harus berangkat sekarang. Beliau sudah menunggu!" seorang pria paruh baya memasuki ruangan itu dan berkata kepada Dimas Ibrahim.

"Baiklah, ayo kita berangkat!" ucap Dimas. Mereka pun pergi meninggalkan ruangan tersebut. Tidak ada yang mengetahui kemana mereka akan pergi. Tidak ada yang mengetahui kemana mereka akan melangkahkan kaki. Pertemuan itu pun dibubarkan. Tetapi tidak ada yang mengetahui jika Ibra terus aja memperhatikan Afifah. Dia melihat wanita berhijab itu tanpa henti. Afifah melirik anak kecil tersebut kemudian mengedipkan sebelah matanya. Beberapa saat kemudian wanita berhijab itu tersenyum ketika mengingat bahwa sikap yang ditunjukkan nya sama dengan sikap yang ditunjukkan oleh pria sombong itu.