webnovel

Awal Yang Buruk

Daisy mengedarkan pandangan dengan heran saat dirasa koridor lantai dua cukup sepi.

berbeda dengan suasana saat di bawah tadi, di tambah keberadaan para murid baru yang sibuk mengobrol mencari teman sefrekuensi di awal masuk sekolah.

Disini, jangan pun mengobrol, keberadaan satu siswa pun tak Daisy lihat sama sekali.

Hanya ada ruang kosong yang Daisy tebak tak ada seorang pun di dalam nya.

tak mungkin jika semua ruangan di lantai dua ini tak terpakai kan? padahal kalau di lihat lihat, jam sudah menunjuk kan pukul 7 lebih dua puluh menit.

yang berarti, jadwal masuk kelas hampir sepuluh menit lagi.

memilih abai, Daisy dengan pasti mengayun langkah.

dari sepengetahuan nya Ruang Guru bersebelahan dengan Ruang TU, Daisy sempat melihat Panting yang berada di dekat tangga tadi, Ruangan nya berada tepat di ujung nanti.

Aaakkhhh... Sakit.

Teriakan nyaring yang ia dengar sukses membuat Daisy menghentikan langkah.

bulu kuduknya berdiri seiring dengan udara yang tiba tiba terasa dingin. spontan ia meneguk ludah nya susah, insting nya memberi perintah untuk kabur sekarang.

tapi tak mungkin kan sekolah se-elit ini berhantu? batin nya bertanya semakin memperburuk suasana, apalagi kenyataan jika di sana hanya ada ia seorang.

Daisy berputar, celingak celinguk di antara jendela jendela ruangan, berharap ada seseorang yang ia lihat berada di salah satu ruangan.

Nyatanya memang nasib buruk sedang menimpa Daisy sekarang, tak ada orang ataupun tas yang ia lihat berjejer rapi di atas meja.

Akhhh.. Sakit, Tolong...

Jeritan itu kembali terdengar, Daisy meringis saat kaki nya tiba tiba bergetar.

ingin pura pura tuli pun percuma, jeritan itu menyayat hati siapapun yang mendengar.

Daisy tebak jika memang itu adalah ulah hantu penunggu sekolah ini, pasti dia meninggal karna disiksa atau di mutilasi.

Hiii.. tubuh nya langsung bergidik merespon.

selang beberapa detik sesenggukan juga terdengar, Daisy benar benar yakin jika itu berasal dari arah tikungan--yang sialnya, jalan yang sama menuju ruang TU.

tentu Daisy tak seberani itu untuk meneruskan berjalan dan lebih memilih berbalik badan.

"Aaaa--mppp"

namun keberadaan seseorang yang berada tepat di belakang nya membuat Daisy tak mampu menahan jeritan, beruntung suara nya tak terlalu kencang, karna ia langsung mundur dan berjongkok, membekap mulut nya dengan kedua tangan.

kaki nya lemas karna terlalu terkejut dengan lelaki yang tiba tiba ada disana.

Daisy mendongak, memejamkan mata kemudian sembari memegangi dada nya yang terasa berdentam.

"Astaga.. jantung aku hampir copot"

sedang lelaki di depan nya malah terlihat menahan kekehan geli, Daisy mengerucutkan bibir kesal, ingin memaki namun tertahan mengingat kenyataan, jika lelaki itu juga sudah menyelamatkan nya dari hantu korban mutilasi tadi.

"Jantung lo masih di tempat?" Pertanyaan penuh ejekan terdengar seiring dengan kekehan lelaki itu yang keluar.

tampan sih, tapi Daisy terlanjur kesal dengan lelaki itu, apa salah nya coba datang baik baik dan tak mengejutkan nya, Daisy sadar jika lelaki itu sengaja.

"kalau udah copot gak mungkin aku bisa berdiri" serunya sinis, sembari menegak kan badan karna posisi nya yang di rasa tak pantas terlihat.

Daisy kembali Celingak celinguk, hal yang membuat lelaki yang di temuinya tadi turut memindai sekitar dengan manik memicing heran.

"Ayo ikut, aku mau mastiin sesuatu" setakut takut nya Daisy gadis itu memiliki tingkat ke kepoan tinggi, apalagi ada yang menemani nya sekarang, Daisy jadi merasa tak takut sama sekali.

tangan nya tanpa permisi menarik lengan lelaki yang masih tak di kenal nya itu, ia melupakan jika beberapa detik lalu ia sempat menyerapahi lelaki yang kini memutar bola mata.

langkah nya memelan seiring dengan tubuh nya yang ia pepetkan ke arah tembok saat posisi nya sudah mendekati tikungan. cerita nya gadis itu tengah berjalan mengendap sekarang.

Lelaki yang di geret pasrah saja dengan apa yang gadis cantik itu lakukan, Sampai sebuah ide jail terlintas dengan tangan nya yang tanpa aba aba mendorong tubuh di depan nya.

Sontak saja Daisy terpekik saat tubuhnya terhuyung kedepan, manik nya menatap lelaki itu tajam, ingin memaki namun urung saat pemandangan di koridor itu membuat Daisy menahan nafas.

Jumlah orang yang berkerumun disana tak cukup menghalangi pandangan Daisy pada apa yang mereka tonton.

Nafas Daisy tercekat, ia terpekur dengan gigi gigi yang saling menekan kuat.

Gambaran penyiksaan yang entah mengapa tiba tiba terekam di otak nya membuat nafas Daisy tak beraturan.

lalu tanpa jeda, Daisy melebarkan langkah, nafas nya memburu seiring dengan keberadaan nya yang semakin dekat dengan kejadian itu.

Plak..

dan tangan nya tak bisa ia tahan untuk melayangkan tamparan menuju salah satu pipi seorang lelaki yang jelas tengah melakukan perundungan, mungkin lebih tepat disebut penyiksaan setelah sebelum nya ia sempat memberikan dorongan kuat.

"Kakak keterlaluan" Tudingnya penuh penekanan, manik nya menatap marah pada sepasang manik hitam pekat yang terlihat tak percaya pada yang ia lakukan.

juga.. jangan lupakan pekikan terkejut semua orang atas tindakan nya barusan.

Daisy heran.. di antara puluhan orang disana, kenapa mereka hanya menjadikan hal tadi sebagai tontonan, padahal jelas, ada lebih dari sepuluh laki laki yang menonton, seharusnya.. itu cukup membuat mereka menghentikan aksi lelaki di hadapan nya itu.

"Kakak gak punya otak ya ngelakuin bulliying gini di depan orang orang, Yang kakak lakuin itu bukan sekedar penyiksaan psikis tapi juga fisik, kalau terjadi sesuatu sama korban kakak, apa kakak fikir orang tua dia bakal terima, jangan kakak fikir karna dia perempuan kakak bisa berbuat seenak nya, kakak punya mama kan, gimana perasaan kakak kalau mama kakak yang di perlakuin kayak dia, kakak--"

"Shut up bitch" geraman tertahan itu otomatis membuat Daisy menutup bibir, ia bahkan merasa lidah nya kelu hanya karna meihat sorot tajam dan rahang lelaki itu yang mengeras.

Daisy memeguk ludah susah, ia tau sebentar lagi ia akan ada dalam masalah besar, namun kejadian tadi membuat sisi manusiawinya berontak dan tanpa fikir apapun melakukan tindakan.

Daisy tak menyesal, ia sadar jika tindakan nya tadi adalah hal yang benar, coba kalau tidak, Daisy tak yakin gadis yang kini tak sadar kan diri itu masih bisa melihat dunia esok.

"gak peduli kakak sebut aku apa, tapi apa kakak gak sadar kalau perbuat kakak tadi malah nunjukin kalau kakak itu banci--"

Brak..

"Akk.. Shhh" Daisy meringis saat tubuh nya terdorong kasar hingga membuat nya jatuh dengan keras, punggung dan bagian badan belakang nya terasa nyeri, namun bukan Daisy nama nya jika hanya karna hal itu ia akan mengalah.

Yang bersalah yang harus mengalah disini.

Daisy menatap benci lelaki yang sialnya harus ia akui jika teramat tampan itu, jika wanita lain memandang lelaki itu dengan sorot kagum, maka Daisy pastikan jika dari saat ini, hal itu akan menjadi pengecualian bagi nya.

"Lancang banget tangan kotor lo itu nampar gue huh?" lelaki itu berjongkok, mencondongkan badan mengintimidasi Daisy yang terlihat tak terpengaruh sama sekali.

"dan... Hell, lo bilang apa tadi? gue banci?" Arshaka menyeringai sinis sebelum tangan lelaki itu bergerak cepat menekan pipi nya dengan keras, Daisy bahkan merasa pipinya akan remuk saat itu juga.

"Lo salah milih lawan Cantik"

"Ka, ada Daddy di bawah" Sampai sebuah suara yang menyela ancaman Arshaka itu membuat umpatannya keluar begitu saja, ia menatap mengintimidasi sekali lagi pada manik Daisy yang kali ini mulai memburam.

Rahang nya mengeras, melepas pipi Daisy dengan hempasan kuat yang membuat kepala gadis itu terbentur ubin cukup keras.

"Inget, Lo.. Peliharaan gue selanjut nya" tepat setelah mengumumkan itu Arshaka berlalu, miris nya semua orang juga turut pergi tanpa ada niatan sedikit pun untuk membantu nya, yang ada hanya memandangnya mengejek juga beberapa menatap nya kasihan.

tau apa yang paling membuat Daisy tak habis fikir, gadis yang di bantunya tadi bahkan turut pergi begitu saja dengan langkah tertatih tanpa menengok padanya sedikit pun.

jadi.. gadis itu hanya pura pura pingsan? rasanya Daisy ingin tertawa keras sekarang.

ternyata.. begini kondisi Dunia saat ini.

Miris..

"Lo gak papa?" Suara itu kembali terdengar, Suara yang sama yang tadi juga mengatakan hal yang membuat Arshaka pergi dari sana.

Daisy mengangguk kecil dengan ringisan yang pelan terdengar, Dia.. lelaki yang ia temui di koridor tadi.

"harus nya lo gak ngelakuin hal nekat kayak tadi" Daisy menatap lelaki di hadapan nya bingung, ia bahkan langsung beranjak berdiri sembari mengerutkan kening heran.

"aku gak tau mana yang salah dari sikap ku tadi, Look.. kakak tadi ngelakuin perundungan--ralat penyiksaan, aku gak tau kalau di sekolah sebagus ini hal kayak gitu gak di tindak lanjutin"

Lelaki itu berdecak, menyugar rambutnya yang terlihat menghalangi mata.

"Lo gak ngerti, oke? lo murid baru disini, sekarang terima atau nggak, Lo bakal jadi korban Arshaka setelah ini, Tunggu aja"

dan lagi lagi Daisy di tinggalkan sendiri, kekehan miris keluar dari bibir nya, ia fikir lelaki tadi cukup berbeda, namun yang ada, semua orang di Dunia ini sama.

Egois.