webnovel

Kita Harus Berteman

Afi sedikit kecewa dengan kebohongan Fai, Afi merasa dirinya tidak sepenuhnya salah. Toh nyatanya Fai juga membuat kebohongan yang sama dengannya.

Seusai Rapat Rutin PMII...

"Afi kamu kenapa? Bengong terus tadi pas rapat? Putus dari pacar ya? "Tanya Kak Ferdi mendekat ke tempat duduk Afi kemudian duduk di sampingnya

"Bukan kak. Hanya sedang memikirkan sesuatu, Kakak ini selalu tahu keadaanku? Jangan-jangan?" Wajah tengil Afi menggoda Kak Ferdi

"Heh, sembarangan aku masih normal. Aku masih suka perempuan" Jawab Kak Ferdi dengan badan menjauh dari Afi dan mengernyitkan dahi

"Hahaa....Abis Kakak terlalu bayak tahu masalahku. Nanti Kakak bisa memuat gosip panas "Kumpulan Berita Afi", aku perlu waspada nih" Tawa Afi melihat ekspresi kaget Kating kesayangannya itu

"Bukan begitu Afi. Aku hanya niat membantu dan aku bukan tipe penyebar gosip. Kamu pikir aku apaan? Ibu-ibu komplek tukang gosip gitu? Hahahaa..." Tawa balasan Kak Ferdi atas pertanyaan Afi

"Iya kak canda kok. Cuman bingung mengahadapi tingkah cewek kak. Dia marah aku bohong tapi dia juga bohong" Jawab Afi serius

"Mungkin kebohogannya beralasan seperti kamu?" Jawab Kak Ferdi santai

"Iya mungkin benar, tapi tetap aku agak kesal. Seharusnya kami tidak ada masalah dan tetap bisa jadi teman dekat seperti dulu" Protes Afi dengan argumennya yang tidak mau kalah

"Iya iya. Ini pasti Fai lagi, kamu ini sudah lakukan belum rencanamu? Lebih baik berteman seperti biasa lagi, jika jarak kamu dan dia bikin kamu sedih Afi" Jawab Kak Ferdi dengan wajah yakinnya

"Emm maunya gitu Kak. Tapi kemarin aku urungkan karena dia sedang dapat masalah, kebohongannya terungkap. Jadi harus menjawab banyak pertanyaan" Ucap Afi dengan senyuman tapi menyimpan beban

"Keputusan bagus. Kamu memang harus lihat kondisi dia dulu, baru nanti rencanamu bisa berhasil. Semangat Afi" Dukungan Kak Ferdi dengan tangan menggenggam simbol semangat

Afi tidak tahan terus memikirkan kegelisahannya untuk berteman dengan Fai lagi, jadi dia memulai rencananya kembali. Jurus sama yang dia lakukan dulu saat berjauhan dengan Fai. Dia yang sudah lama tidak aktif bertanya, pada kesempatan hampir penutupan sesi diskusi yang merupakan rangkaian presentasi yang dibawakan Fai. Afi berdiri dan bertanya

"Baiklah Jika sudah tidak ada lagi yang bertanya maka kami akan menutup sesi diskusi ini de..." Ucap Septi teman sekelompok Fai, yang bertugas sebagai Moderator

"Tunggu, saya ingin bertanya" Ucap Afi degan mengangkat tangan dan kemudian berdiri

Fai kaget sekali melihat Afi bertanya, sudah cukup lama mereka perang dingin. Apa maksud Afi melakukan ini, Fai hanya bisa pasrah karena itu untuk kebutuhan pembelajaran

"Oh baik. Silakan" Jawab Septi yang tidak menyelesaikan ucapannya yang terpotong oleh Afi

"Saya Afiq Adnan Chairi, Izin bertanya kepada pemakalah. Menurut pendapat pribadi Anda apa pentingnya mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam di kehidupan kita?" Pertanyaan Afi yang berbobot dan perlu dipikirkan, sebab tidak terdapat dalam Makalah

"Baik, kami meminta waktu sejenak untuk berdiskusi mencari jawabannya" Pinta Septi untuk meminta waktu memikirkan jawaban dan kemudian berdiskusi dengan Fai

Setelah 5 menit, Fai sudah menemukan jawaban, dan dia yang haru menyampaikan karena berperan sebagai pemateri

"Baik saya akan mencoba menjawab pertanyaan Saudara Afi. Menurut kami mempelajari SKI memiliki banyak manfaat. Salah satunya menjadi penambah pengetahuan tentang sejarah umat Islam, kemudian untuk kita para mahasiswa yang mempelajarinya pasti sudah mengerti bahwa kita akan menjadi guru mata pelajaran SKI. Jadi sangat penting mempelajarinya karena itu bibit kita sebagai guru menunjukkan kemampuan kita dan yang terakhir sebagai Ibrah (pembelajaran) dari peristiwa dan pengalaman yang kita pelajari di dalam SKI itu sendiri" Jawab Fai tenang dan jelas

"Bagaimana Saudara Afi cukup jelas atau ada sanggahan dan tanggapan?" Tanya Septi pada Afi

"Sudah jelas, Terima Kasih atas jawabnya" Ucap Afi menutup pertanyaannya

Afi menjalankan banyak upaya dan rencana untuk Fai, sesuai saran kak Ferdi. Dengan begitu Fai akhirnya menyerah dan kembali berteman baik. Afi selalu punya kata untuk menggambarkan usahanya yakni "Sekeras apa pun batu, jika usaha dari pemecahnya tidak pernah menyerah pasti akan membuahkan hasil meski perlu waktu lama". Seperti hati Fai yang akhirnya luluh dan menerima pertemanan Afi kembali. Rasa canggung juga sudah berangsur hilang.

Di kamar Afi....

Afi memandang langit malam itu lewat jendela kamar, terlihat indah bertabur bintang kemudian mata turun menatap pemandangan di halaman rumah. Terlihat santri berbondong bubar dari Majelis Ilmu(Musholla) dan menuju kamar masing-masing.

Afi merasa memang perasaan dia untuk Fai itu tidak bisa, seperti hilang kendali tiap melihat kesedihannya. Merasa terbebani dengan jarak renggang yang akan mungkin terjadi. Tetapi logikanya selalu menghentikan dan mengalahkan hatinya.

"Ah hanya keinginan biasa diriku. Aku memang suka berambisi, pasti tahun berikutnya aku akan bosan sendiri. Lebih baik tidak memulai jika tidak yakin membawa bahagia atau justru bencana. Mencoba sesuatu yang belum bertekat hanya akan menyakiti baik aku maupun Fai nantinya" Suara Hati Afi yang ditepis oleh logikanya dan hanya disimpan dalam hati

Bagi Afi juga hidup itu harus dinikmati, apalagi di usia yang masih muda. Bersenang senang hanya bisa dilakukan saat muda, jika sudah tua maka akan telat. Karena masa muda tidak akan bisa diulang kembali, itu prinsip Afi.

Afi keluar ruah lagi kali ini dan sudah dapat izin sebab kemarin menepati janji tidak terlewat jam 10 malam

"Afi pergi ya Bu. Assalamualaikum" Ucap Afi pamit ibunya dan cium tangan

"Wa'alaikumussalam. Iya Afu jangan langgar peraturan Ibu ya" Ucap Ibu Afi mengingatkan dan menahan tagan anaknya sebelum akhirnya dilepaskan

"Iya Ibuku sayang" Ucap Afi dengan pelukan sejenak pada Ibunya

Angkringan Kopi Pak Mukidi depan alun-alun Jogja...

"Wah Gus Afi, akhirnya muncul. Aku pikri tidak bisa keluar kali ini" Ledek Bayu menyapa Afi dengan uluran tangan

"Tenang, hidup harus dinikmati. Masa muda kita tidak terulang, jadi selagi bisa, ayo bersenang-senang dan bertualang" Menjawab uluran tangan kemudian bersalaman gaya Bayu dan Afi membentuk gaya tanding engkol

"Prinsip Pangeran Afi Penakluk Wanita" Celetuk Davit di samping Bayu sindiran kaum wanita untuk Afi terwakili oleh Davit

"Bisa ae Vit. Aku juga punya sisi baik masak julukannya jelek begitu" Ujar Afi melirik Davit setlah duduk dan mencomot gorengan risol

"Ya mau di kasih julukan apa? Afi si manis baik hati? Gak cocok Gus, hahaha..." Ucap Davit menertawakan

"Terserah kamu deh" Jawab Afi berwajah cuek

Afi memahami perilakunya banyak mendapat sindiran dan kritik. Tapi bagi dia itu bukan sesuatu yang perlu dipusingkan, sebab setiap orang punya pilihannya. Inilah pilihan Afi, menjalani hidup dengan santai dan menerima semua yang ditujukan padanya. Seperti para cewek yang datang dan meminta menjalin hubungan dengannya, maka Afi tidak tega menolak, merasa sulit menyakiti cewek yang memohon kepadanya.

Afi juga merasa perjodohan pasti akan diatur Abah dan Ibunya. Jadi sebelum itu terjadi lebih baik menikmati masa bebas ini.

Usai acar Rapat Akbar Organisasi HMPS SKI...

"Gus aku mau tanya boleh?" Tanya Dery sambil membereskan kursi untuk dipindah kebagian pojok ruangan

"Iya Der, kenapa?" Jawab Afi juga menyeret kursi di tangannya

"Gus berapa mantan pacarnya sekarang?" Tanya Dery dengan senyuman tulus

"Kenapa tiba-tiba tanya ini?" Afi balik bertanya

"Cuma penasaran perasaan punya bayak mantan pacar. Apa tidak bosan gus pacaran saja? Tidak ada gitu yang mencantol buat jadikan istri?" Berturut pertanyaan Dery pada Afi

"Hehehe... Belum ke pikiran menikah Der. Menikah itu untuk yang mampu. Aku belum mampu karena masih ingin bermain dan petualangan bukan gendong anak" Jawab Afi santai dan berjalan ke pojok ruangan menyusun kursi yang sudah dilipat

"Terus kenapa harus punya mantan banyak? Toh juga tidak ada untungnya buat petualangan Gus?" Dery memandang Afi serius dan berhenti menata kursi

"Iya sih betul. Aku juga bingung, selalu sulit menyakiti dan mematahkan hati mereka yang mengajak berpacaran" Senyum ragu Afi

"Lagi pula menikmati keadaanku sekarang lebih penting. Aku bakal menghadapi fase tidak bisa mengelak permintaan Orang tuaku, terutama Ibuku nantinya. Sebelum itu aku ingin mengembara dan menjalani hidup yang aku mau. Jodohku sepertinya akan diatur Orang tuaku" Jawab Afi dengan nada ceria tapi menyimpan kekhawatiran masa depan

"Baiklah Gus. Semoga segera usai petualangannya dan bisa menemukan kehidupan tepat" Jawab Dery menutup pembicaraan dan melanjutkan aktivitas

Malam itu setelah 3 hari menyiapkan Rapat Akbar Organisasi HMPS SKI dengan tema "Bangun Organisasi Kuat". Afi memilih menghilangkan kejenuhan pikiran dengan berkendara ke Jawa Timur untuk bertemu teman satu pondok pesantren dulu. Izin diberikan Abah karena Afi mengatakan akan sowan dan menginap di Ponpes. Jauh hari Afi dan teman-tamannya berbalas pesan dan sudah janjian untuk bertemu dan ngopi bersama.

Mobil Afi parkir di depan Kedai Kopi kekinian bernama "Ngopi Facation" setelah keluar dari mobil langsung masuk dan bertegur sapa

"Waduh bosnya ini, Gus Afi gimana kabar perkuliahan? Anak kuliah emang beda gayanya. Sekarang bukan sarung tapi celana jeans dan kaos oblong" Tanya Mamat santri senior di kamar Afi saat jadi santri di Ponpes Nurul Mukmin Mojokerto Jawa Timur

"Ah biasa saja. Kalian sudah pesan kopi?" Tanya Afi pada dua temanya yang amat akrab denganya selama di Kamar Asyafi'iyah

"Sudah Gus. Monggo Gus Afi suka apa? Masih sama tidak nih seleranya?" Tanya Hasan menyindir minuman favorit sahabatnya

"Masih sama kok. Mbak..." Afi menjawab kemudian memanggil pelayan kedai

Pelayan datang dan mencatat pesanan Kopi Hitam dengan susu sedikit tanpa gula.

"Gus gimana kuliah, apa sudah bisa bernafas bebas setelah mencapai keinginn kuliah?" Tanya Mamat memulai pembicaraan

"Ya begitulah. Aku senang bisa kembali ke kehidupan lama, tapi hampir 2 semester kemarin aku menutup rapat kelakuanku. Tapi kini aau bisa membuka kembali jati diriku" Senyum Afi menjawab pertanyaan 2 temannya

"Ya penyesuaian Gus nanti jadi menginap di pesantren kan? Ini sudah hampir jam 9 malam kami juga harus kembali Gus" Kompak dua sahabat Afi berbicara soal aturan Ponpes

"Iya. Aku menginap sini. Habiskan dulu kopinya baru nanti balik" Jawab Afi santai

Setelah selesai mereka kembali ke Ponpes dengn menggunakan mobil Afi. Sebelumnya Afi sowan dahulu kemudian meminta izin pak Kyai untuk menginap.

Kamar Asyafi'iyah...

"Assalamualaikum" Ucap Afi bersamaan memasuki kamar yang dihuni sekitar 35 orang

"Wa'alaikumussalam, MasyaAllah Gus Afi datang" Jawab bersamaan penghuni kamar dengan wajah semringah dan riuh

Kemudian semuanya bergantian mendekati Afi dengan merangkul Afi.

Afi melepas rindu dan membagikan oleh-oleh dari rumah, di dominasi semuanya itu makanan Jogja, terutama Bakpia Patok.

"Gus terakhir kita ke Sown Rumah. Sekarang kok bisa bertemu di sini? Kejutan sekali. Nanti sebentar lagi libur pondok, kitagiliran yang ke Ponpes Al-Ikhalas boleh kn Gus" Tanya Sahil dengan kedua mata polos dan tangan mencomot Bakpia Patok dari Afi

"Libur kali ini bisa. Tapi mungkin Cuma sebentar, kalian juga harus kembali cepatkan? Kyai Zaini tadi pesan, kalian akan dapat tambahan pembelajaran kitab meski libur kan? " Jawab Afi dengan wajah bangga sebab dia yang bisa lulus ujian kitab degan mudah dulu

"Ah tidak seru. Padahal sudah lama tidak jalan-jalan, sekarang harus dibatasi karena harus persiapan ujian kitab" Protes Fadil yang berbadan paling gemuk di kamar dan menggeser semua otak Bakpia ke dekatnya untuk di nikmati

"Sudahlah nanti kita atur waktu lain, nanti juga bisa main lama di Jogja. Tenang pintu Rumahku terbuka lebar untuk kalian" Jawab Afi dengan wajah meyakinkan

Setlah berbincang cukup lama, waktu jam tidur dimulai banyak pengurus berkeliling untuk mengecek. Jadi semua santri harus tidur sekrang.

Ditengahi tidurnya Afi sempat terbangun dan melihat semua temannya menikmati kehidupan Ponpes yang penuh kesederhanaan, tidur dilantai, makan bersama yang kadang harus mendapat sedikit makanan karena dibagi dengan banyak orang. Dibalik itu ada filosofi dan tujuan menggembleng agar kuat fisik maupun mental dalam menghadapi kehidupan masyarakat nantinya. Juga wujud tirakat (mendekat kepada Allah) dengan semua rangkaian ibadah dan kegiatan keagamaan di sana.

Sekilas bayangan wajah Fai melintas di benak Afi, mengapa setiap saat selalu ada saja hal yang mengingatkannya pada Fai. Seakan Afi mendapat pemikiran bahwa Fai itu gambaran sempurna perilaku Santriwati sejati yang sering dilihat di rumah maupun Ponpes dia menuntut ilmu.

Seakan Fai tercipta hanya untuk dimiliki sah, bukan hanya dipermainkan oleh orang tidak bertanggung jawab. Termasuk dirinya sendiri yang memang suak bermain cewek.

Meski Afi sudah mencoba sibuk berjalan keliling Ponpes, melakukan aktivitas santri lain yang sedang Muroja'ah hafalan Al-qur'an di Musholla, tetap bayangan Fai masih muncul saat sela-sela kegiatan berakhir.

Afi memutuskan tidur di Musholla agar perhatiannya teralihkah dengan keramaian santri yang mengaji.

Hingga esok jam 3 pagi Afi pamit pulang karena harus mengejar masuk perkuliahan pagi hari...

Afi masuk kelas meski terlambat 10 menit. Untung Dosen belum masuk ke kelas.

"Gus kok bisa telat?" Tanya Bayu pada Afi

"Iya aku baru pulang dari berkunjung ke Pondok Pesantrenku dulu. Di daerah Jawa Timur" Jawab Afi degan nafas ngos-ngosan karena berlari dari lantai bawah

Perkuliahan berakhir jam 1 siang, barulah Afi pulang ke rumahnya. Dia belum sempat ke pulang, karena dari Jawa Timur langsung ke kampus dan ikut perkuliahan.

Afi keluar kelas dan melihat Fei diganggu oleh Kating...

"Fai anak kelas A1 Prodi (Program Studi) SKI. Wah ternyata aslinya ebih cantik ya?" Tanya Wardi Kating Prodi PBI (Program Bahasa Inggris) dengan tangan hampir menyentuh tangan Fai

"Maaf saya harus pulang, permisi" Jawab Fai menghindar dari sentuhan Kating yang tidak dikenalnya dan mulai berjalan

Langkah Fai dihalangi oleh Wardi dan dua temanya

Afi melihat itu langsung bertindak dan mendekati tiga orang itu

"Maaf Kak Wardi ada keperluan apa?" Tanya Afi masih sopan

"Wah Afi si jagoan yang bikin geger karena hampir memukul Arbani? Kamu ini mahasiswa apa? Berani sekali sama Kating?" Bentak Wardi pada Afi

"Maaf Kak saya tidak ingin cari masalah, cuma lebih baik Kakak bicara sama saya kalau ada keperluan. Biarkan teman saya lewat" Dengan menatap tajam Wardi dan memberi kode Fai untuk pergi

Fai berhasil menuruni tangga dan keluar ke arah gerbang. Afi yang menangani Kak Wardi akhirnya bernegosiasi, Afi yang mempunyai bukti rekaman kelakuan Wardi mengaanggu Fai. Jadi Afi setuju untuk tidak memperpanjang masalah, asalkan Wardi tidak mengganggu Fai lagi.

Masalah selesai dengan damai, Afi menuju ke gerbang mencari Fai. Afi mengatakan sesuatu

"Mbak, meskipun kamu masih marah padaku setidaknya kita harus berteman. Kita harus berteman, supaya aku bisa membantumu Mbak" Ucap Afi dengan Nafas terengah karena berlari mencari Fai sampai ke gerbang

"Saya tidak paham maksud dari Gus Afi. Bukankah kita memang teman? dan Terima Kasih banyak atas bantuannya tadi" Jawab Fai degan senyuman manis persis pertama kali Afi meliahatnya dulu.