webnovel

Mulai terbongkar

"Hah!" Terlihat wajah Esya yang sangat pucat. Terlihat ada beberapa orang asing sedang berdebat di dalam indera penglihatannya.

"Resya Dwijaya, anak itu benar-benar merepotkan!" Seseorang berpakaian jubah hitam besar yang menutup kepalanya itu tampak kesal. Wajahnya tak terlihat jelas. Wanita itu memberikan sebuah botol air pada pria di depannya.

Menurut pandangan Esya, tubuh pria itu begitu tinggi, kira-kira lebih tinggi dari Yagi. Kulitnya putih sedikit pucat, dianugerahi wajah yang tampan. Di atas kepalanya memakai sebuah mahkota, menandakan kalau dia adalah seseorang yang penting.

'Itu air apa?'

Esya semakin menyipitkan matanya, perlahan-lahan dia mendekat pada kedua orang itu. Dan setelah sudah benar-benar dekat, anehnya tak ada dari satupun mereka yang menyadari kalau ada seseorang yang tak dikenal masuk ke dalam ruangan ini.

Esya memandang kakinya, dia menghela napas. " Pantesan deh, orang kakiku nggak napak gini."

"Iya, nggak napak. Serem! Kayak hant—"

"Ihh! Amit-amit! Aku belum mau mati, tahu!" Esya menatap seseorang yang terasa familiar. Matanya membelak ketika melihat orang yang sekarang ada di hadapannya adalah Yagi.

"Yagi?! Kamu ngapain disini?" Esya menarik tangan lelaki itu, mereka mengumpat di samping lemari buku. Sepertinya wanita itu melupakan sesuatu.

"Hey! Jawab! Jangan memancing emosi!"

Mereka bersitatap. Esya menatap Yagi penuh tanda tanya. Namun, lelaki itu tak menghiraukannya. Dia malah tersenyum miring.

"Ngapain? Saya jagain kamu, lah!"

Dahi Esya mengerut. Dia sama sekali tak mengerti dengan perubahan cara bicara Yagi.

"Bicara Lo berubah."

Pelan-pelan lelaki itu menarik napas dalam, menatap Esya penuh maksud. "Gimana kalau saya ajak kamu ke suatu tempat yang "enak" ?" Dia memegang tangan Esya.

Seperti di sihir, sekarang mereka sudah berada di tempat yang dimaksud Yagi. Pemandangan di tempat itu sangat indah. Ketika sampai disana, suasana hati wanita itu langsung membaik.

Pelan-pelan dia mendekati Esya, menyentuh bagian sensitifnya. "Berubahlah jadi wanitaku."

Esya yang tengah memperhatikan air terjun itu mendadak menatap Yagi yang wajahnya sudah sangat dekat dengannya. Seketika lehernya terasa merinding.

"Seram …." Lirihnya sembari menjauhkan diri dari pria itu. Tapi, Yagi semakin mendekatinya. Esya dapat merasa kalau sorot matanya bukanlah Yagi yang dia kenal.

"Kamu siapa?" Pelan-pelan dia semakin mundur.

"Jangan pura-pura melupakanku …." Suara itu sangat berbeda dari suara Yagi. Entah kenapa, orang dihadapannya itu bisa merubah suaranya.

"De-devan?" Hati Esya bergemuruh, wanita itu takut kalau memang benar itu adalah Devano. Lelaki yang sudah dia lupakan selama ini. Sebuah aib besar yang membuat Esya mati ketakutan waktu itu.

'Yagi? Dimana kamu? Tolong …'

"Hey! Hey! Ca! Aku didepanmu! Kenapa rasanya seperti tak mengenaliku?" Lelaki itu tiba-tiba memeluk Esya. Itu memang bukanlah hal yang aneh. Itu merupakan kebiasaan Yagi yang Esya sudah kenal. Tapi, ada yang berbeda dari biasanya ….

"Nggak! Kamu bukan Yagi yang aku kenal! Nggak! Menjauh!" Esya setengah berlari. Matanya melihat ke bawah karena bajunya terasa berat, dan ternyata pakaiannya sudah berganti menjadi gaun putih yang sangat cantik. Gaun itu terpasang tiba-tiba saja.

"Ck! Argh! Menjauh!!!" Tiba-tiba saja saat Yagi palsu itu ingin memeluknya lagi, Esya menempis badan lelaki itu dengan kedua tangannya. Tapi, ada sesuatu yang aneh.

Tiba-tiba saja ada kilatan putih yang keluar dari tangannya, dan benda aneh itu menerobos pada dada Yagi palsu.

"Argh!!! Sakit!!!" Lelaki itu terpental jauh menabrak bongkahan batu besar. Karena sekarang mereka sudah ada di sungai asri sekitaran taman itu.

Mata Esya membelak ketika wujud Yagi palsu terbongkar. "Hah! Tuhkan! Kamu bohong! Kamu bukan Yagi!" Esya menunjuk-nunjuk tubuh lelaki besar yang tengah memakai pakaian penting. Dia sepertinya seorang pangeran dari sebuah kerajaan. Tapi, Esya tak paham mengapa lelaki penting seperti dirinya tertarik pada wanita bodoh macam Esya.

"Apa mau kamu?! Lancang! Seorang pria tak mungkin berlaku seperti itu kalau dia memang benar-benar pria sejati! Kamu Hampir melecehkanku! Brengsek! Lelaki biadab!" Tepat pada kalimat terakhir, dia melemparkan sebuah batu kecil ke arah Si Yagi palsu itu.

Tapi … ada yang aneh ….

Lagi-lagi lelaki itu merintih. Karena ternyata batu kecil yang dilempar Esya telah berubah jadi batu yang sangat besar. Kira-kira sebesar lemari kamar.

"Argh!! Jalang! Sialan! Dasar tak tahu diuntung! Ah … padahal kamu sudah sangat beruntung sudah kupilih dari ribuan gadis bumi!" Lelaki itu berdiri, sesaat membenarkan kerahnya, dan perlahan-lahan langkahnya mendekati Esya. Dengan sigap setengah waspada wanita itu menjauh dari jangkauannya.

"Hah … jangan ge-er! Akan kuperlihatkan bagaimana kelakuan Yagi saat kamu tak ada! Lihat ini!" Tiba-tiba saja muncul seperti layar ghaib yang memperlihatkan Yagi bersama seorang wanita yang sangat cantik. Mereka tampak dekat. Dan, Yagi terlihat begitu senang dengannya.

Lelaki itu mendekat lalu berbisik pada Esya yang tengah diam membeku. "Kau sangat cantik malam ini. Kenapa tidak bersamaku saja? Yagi sialan itu, asal kau tahu saja, dia lelaki manipulatif! Licik!" Orang itu berlalu pergi meninggalkan Esya.

"Tapi aku tak menyukai Yagi! Hiks …." Lirih Esya, wanita itu berusaha menyangkal kalau hatinya yang sebenarnya merasa sangat cemburu pada wanita itu. Dia diperlakukan begitu ramah olehnya.

Sesaat langkah Yagi palsu itu terhenti. "Hah! Jangan menyangkal! Aku bukan orang bodoh! Asal kau tahu, aku memperebutkanmu dengan Yagi sialan itu!" Kemudian dia melanjutkan langkahnya.

Hati Esya masih sakit, entah karena apa. Yang jelas wanita itu merasa telah "dibohongi" oleh Yagi yang dia kenal.

"Kamu sungguh menyukaiku?" Napasnya terdengar sesenggukan, dan suaranya begitu parau. Yagi palsu menyangka Esya telah luluh padanya. Lelaki itu kembali mendekati Esya.

Perlahan-lahan membelai telinga wanita itu, yang membuatnya mulai kegelian. Tapi, air matanya tak berhenti mengalir. Dia masih sangat berharap kalau Yagi yang asli akan membantunya. Mengeluarkannya dari kurungan orang jahat ini.

"Sudah dari sebelum kau lahir, aku mencintaimu. Seluruh bagian tubuhmu. Apakah kau tahu, kaulah yang paling menarik diantara ribuan wanita yang ditawarkan?"

Lelaki itu mengusel-usel bagian pundak Esya. Jujur saja–wanita itu bukannya merasa nyaman, melainkan merining setengah mati karena dia merasa tubuhnya telah disentuh oleh lelaki yang tak jelas asal usulnya. Tapi, Esya bisa apa?

Kecemburuan telah membutakan akal sehatnya.

'Yagi …. Kamu dimana? Bukankah sudah janji, akan menjagaku?'

Wanita itu begitu tekanan batin dalam hatinya. Dia sangat jijik diperlakukan seperti jalang sungguhan. Tapi sudah terlambat, sekarang entah kenapa, dia lebih mengikuti alur permainan yang dipimpin oleh si Yagi palsu.

Seperti hatinya tak mau. Tapi tubuhnya diam tak bisa menolak.

"A-aku tidak suka caramu memperlakukanku seperti ini," Esya mulai berani membuka suara. Walaupun dia gemetaran, tapi tak ada pilihan lain selain mengutarakan isi hatinya.

Alih-alih menjawab, Yagi palsu malah tertawa sinis. "Kau pikir kau siapa? Berani sekali menyuruhku! Ikuti saja permainannya! Nikmati, jalang!"