webnovel

Tasks Bring Disaster

Awalnya Doni dan keempat kawannya memang tidak tahu kalau KKN kali ini membawa mereka pada sebuah petualangan maut yang menyisakan trauma berkepanjangan. Mereka berangkat dengan embel-embel tugas. Namun harus bertarung dengan sejuta tanda tanya yang akhirnya terkuak, menyisakan sedikit demi sedikit jawaban. Hanya saja, semua itu tidak gratis, nyawa jadi taruhannya. Doni dan keempat kawannya datang ke kota itu dengan niat sebagai Mahasiswa biasa. Tasik adalah tempat penentu kisah mereka antara hidup atau mati. Lalu Galunggung yang kokoh serta tegak itu menjadi saksi, bagaimana nyawa manusia tak lebih dari sekedar mainan kematian. Tugas yang membawa mereka pada petaka itu akhirnya datang juga. Siapakah yang akan lolos dari maut ini? Atau bahkan tak ada sama sekali?

Castortwelvy · Kinh dị ma quái
Không đủ số lượng người đọc
1 Chs

Prolog

Matanya membulat seketika setelah ia meratapi potongan mayat di hadapannya. Tangannya refleks menutup mulut mungilnya itu rapat-rapat. Genangan air di pelupuk matanya tiba-tiba mulai penuh dan mengalir deras hingga pipi dan jatuh di bajunya yang sudah dekil.

Tubuhnya bergetar hebat, mentalnya terguncang. Bagaimana tidak, seorang gadis yang tengah dihadapkan dengan sebuah kejadian tragis yang dialami oleh teman-temannya. Ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, jelas dan sangat nyata.

Satu per satu mereka hilang, kemudian ditemukan dengan keadaan tak utuh, banyak sayatan serta bagian tubuh yang hilang.

Belum sempat ia merangkul jasad di hadapannya, sebuah suara dari dalam hutan jelas terdengar lagi. Lolongan, raungan serta teriakan yang menakutkan itu semakin dekat. Kali ini ia menutup kedua telinganya dengan tangan, berusaha tak mendengar suara menyeramkan itu.

Selama dua hari, suara menyeramkan itu terus saja didengarnya. Suara yang sama seperti ketika satu persatu temannya hilang.

"Kh...." Gadis itu merunduk dengan masih menutup rapat telinganya.

"Hentikan," teriaknya memohon. Gadis itu bangkit, lantas mencoba berlari menjauhi suara yang tengah mendekat padanya.

Langkahnya sempoyongan. Bukan lagi lelah yang dia rasakan, tapi, rasa takut akan kematian dan sosok misterius yang sedang mendekatinya, menjadikan kokok kakinya goyah.

"Hiks.... Teman-teman."

Ia menyeka air mata di pelupuk matanya kemudian bersembunyi di balik batu besar yang ditemuinya setelah berlari cukup jauh dari asal suara yang didengarnya beberapa menit lalu.

"Kalian," serunya sambil terus mencoba menahan air matanya yang mengalir di pipi.

Kilasan kejadian itu terbayang di ingatannya. Cara sadis yang dilakukan makhluk itu, teriakan itu ... terngiang di telinga.

Gadis itu bangkit, kemudian bersandar di batu besar yang temui beberapa waktu lalu. Pandangannya ia arahkan pada sesuatu di balik batur besar itu. Ia mengintip, mencari tahu jika makhluk itu sudah tidak ada, lebih tepatnya tidak lagi mengikutinya.

Untuk beberapa saat ia merasa lega karena makhluk yang sedari tadi mengikutinya tak lagi ia lihat. Pikirnya, ini sudah aman, kali ini ia terbebas dari hal mengerikan itu.

Setelah merasa yakin dengan semua keadaan yang ada, ia mulai mencoba menenangkan diri dan pikiran. Saat semuanya sudah terkendali, gadis itu membalikan tubuhnya untuk bersandar pada batu besar yang menjadi tempatnya bersembunyi. Tapi, baru saja ia akan bernapas lega, dan berbalik, kemudian ....

"Aaaaa!"