webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
92 Chs

Pulang

Orion sedang duduk di antara mayat-mayat gobgoblin itu, efek yang dia terima sudah mulai memudar. Sehingga itu memungkinkan dirinya untuk membuat gerakan kecil tanpa merasakan sakit yang begitu besar, Orion melihat ke sekitar.

'Untung saja tidak ada bahaya yang begitu berarti, Argus bisa menyingkirkan itu dengan mudah' Orion melihat ke Argus yang sedang melayang di atas sana.

"Argus, kemarilah" Orion berkata, Argus langsung melesat turun dan mendarat di hadapan Orion.

"Apa ada sesuatu, tuan?"

"Tidak, hanya saja aku sudah bisa bergerak. Jadi, kembalilah ke bayangan ku" Orion mencoba untuk berdiri.

Namun tubuhnya terlihat sedikit goyah dan Argus dengan refleks hendak menangkap Orion, Orion mengangkat tangannya sedikit. Memberikan tanda bahwa Argus tidak perlu begitu, Argus langsung berhenti dan kembali berdiri tegap.

"Tapi, tuan. Bolehkah saya menemani anda, setidaknya hingga kita keluar dari hutan ini" Argus berkata, sambil berlutut.

"…" Orion diam sejenak.

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Ayo, kita harus kembali sebelum senja" Orion mulai berjalan dan Argus mengikuti dari belakang.

Orion dan Argus berjalan menyusuri pepohonan hutan, Argus selalu bersiap dengan pedangnya dan Orion di kelilingi oleh 3 pedang air berputar di sekitarnya. Orion melihat ke samping dan begitu juga dengan Argus, Argus langsung maju untuk memeriksa apa itu.

"Tunggu, Argus" Orion berkata, Argus langsung berhenti dan melihat ke Orion.

"Ada apa, tuan?"

"…" Orion diam sambil menatap ke semak-semak di sana.

"Keluarlah, kami tidak akan menyakiti mu" Orion melihat ke kakinya, dia sedang sesuatu.

SRET

Sesuatu keluar dari semak-semak itu dengan perlahan, tampak ragu dan takut untuk percaya kepada apa yang Orion katakan. Seekor kelinci keluar dari sana, Argus tampak terkejut dan mundur dari sana.

Kelinci itu memiliki bulu berwarna biru muda, berbadan kecil dan memiliki mata ungu. Kelinci itu melompat-lompat ke arah Orion, Orion berlutut sambil mengambil wortel yang tadi tidak sengaja dia injak.

"Maaf, ya. Karena aku tidak sengaja menginjak makanan mu, ini" Orion menyerahkan wortel itu ke kelinci tersebut.

HAP

Kelinci itu menggigit wortel tersebut lalu menatap Orion dengan mata ungu miliknya, Orion tersenyum dan mengusap kelinci itu sebentar. Setelah itu, kelinci tersebut menundukkan kepalanya dan pergi dengan cepat.

'Kelinci itu mengerti apa yang ku ucapkan, apa dia adalah makhluk pra-cerdas?' Orion melihat ke jejak kelinci itu.

"Ayo, Argus" Orion berkata sambil kembali berjalan.

"Baik, tuan" Argus mengikuti dari belakang.

"Tuan, apa aku boleh bertanya?" Ucap Argus di sela-sela perjalanan mereka.

"Tentang apa?"

"Tentang kelinci yang sebelumnya"

"Memangnya, apa yang ingin kau tanyakan tentang itu?"

"Begini, kenapa tuan membiarkan kelinci itu pergi?"

"Maksud mu? Orion berhenti dan melihat ke Argus dengan aneh.

"Ma-maksud ku, bukankah biasanya tuan langsung membunuh makhluk yang bertemu dengan mu?"

"…" Orion terdiam.

'Apa Argus menganggap ku sebagai seorang pembunuh gila berdarah dingin? Sampai-sampai dia berpikir begitu, apa orang lain juga berpikir begitu? Jika memang begitu, maka…'

'…Aku sama sekali belum berubah dalam hal ini, itu cukup mengecewakan. Mengingat aku sudah berusaha selama 5 tahun terakhir, apa aku masih belum bisa berubah sedikit pun?'

"Ma-maaf tuan, aku tahu itu sangat tidak sopan. Aku mohon, maafkan aku" Argus membungkuk kepada Orion.

"Tidak, kau tidak perlu minta maaf. Kau hanya mengatakan apa yang kau lihat dan pikirkan, meski itu tidak sepenuhnya salah. Kau ada benarnya, Mungkin..."

"…Aku sudah sedikit kejam kepada musuh-musuh ku, lain kali aku akan mencoba untuk mengurangi itu. Tergantung dari seberapa kuatnya musuh itu" Orion berkata sambil kembali melihat ke depan.

'Meskipun begitu, aku tidak bisa pura-pura tidak tahu. Bahwa aku butuh membunuh, agar bisa menjadi lebih kuat' Orion kembali berjalan.

….

Orion dan Argus sudah berada di luar hutan Tri, Argus kembali ke bayangan Orion. Setelah dia yakin bahwa Orion sudah baik-baik saja dan area sekitarnya aman, Orion pun melanjutkan perjalanannya ke kota yang cukup jauh.

Orion terus berjalan sambil memikirkan hal-hal yang dia alami di hutan Tri, dari awal dia masuk hingga akhirnya dia baru saja keluar dari hutan itu. Namun yang selalu menjadi pusat dari ingatan Orion adalah Latifa, dia merasa kasihan kepada gadis itu.

'Dia harus menanggung beban dari keegoisan rakyatnya, sungguh kehidupan yang menyedihkan. Latifa terlalu baik, dia menyimpan rasa pedihnya sendiri dan tidak membiarkan siapapun tahu tentang itu. Gadis yang menyedihkan'

Tanpa Orion sadari, dia sudah sampai di kota. Orion masuk ke kota setelah melalui sebuah pemeriksaan singkat, dia langsung menuju ke toko Qin. Karena ada urusan bisnis yang harus dia selesaikan di sana, tak butuh waktu lama bagi Orion untuk sampai di sana.

KRING

Qin yang mendengar suara lonceng di pintunya berbunyi, langsung pergi untuk melihat. Begitu dia mengetahui siapa yang datang, Qin langsung menyambut Orion.

"Selamat siang juga, guru" Orion berkata.

"Sudahlah, aku bukan lagi guru mu. Tidak perlu memanggilku begitu, panggil saja Qin"

"Itu tidak mungkin, setidaknya pada usia ku saat ini. Dan juga, aku akan terus memanggil mu dengan sebutan "Guru" karena kau adalah guru ku"

"Lakukan sesuka mu, lalu…Ada apa kau kemari? Apa semua senjata itu sudah selesai? Dan apa-apaan dengan pakaian mu itu?" Qin menunjuk ke jubah yang Orion pakai.

"Ini pemberian seorang teman dan senjata itu sama sekali belum ku buat, karena aku baru saja kembali dari hutan Tri setelah menjelajah kemarin" Orion melepaskan jubah itu dan menyimpannya.

"Oh, itu tidak masalah. Tapi, apa tadi kau bilang hutan Tri?" Qin menatap ke Orion dengan bingung.

"Ya, aku kemarin pergi menjelajah ke sana dan baru saja kembali" Orion mengangguk.

"Berarti, kau bermalam di hutan itu?"

"Ya" Orion mengangguk.

"De-dengan siapa kau pergi ke sana?"

"Hanya sendiri, hutan itu terlalu berbahaya. Makanya aku tidak membawa siapapun"

"Da-dasar bodoh, apa yang kau pikirkan?!" Qin berkata, terdengar jelas bahwa dia marah.

"Eh?" Orion menjadi bingung.

"Kau tahu jika hutan itu berbahaya, tapi malah masuk ke sana dan sendirian. Apa yang kau pikirkan?"

"Tenang saja, guru. Aku tidak masuk terlalu dalam dan aku juga aman bersama teman ku di sana"

"…" Qin diam.

"Hah…Yang penting kau terlihat baik-baik saja, aku benar?"

"Ya, sangat benar" Orion mengangguk.

"Lain kali, kau harus membawa seseorang. Setidaknya agar ada yang bisa mengetahui mayat mu, nanti"

"Tenang saja, aku tidak akan mati semudah itu" Orion tersenyum kepada Qin.

"Hati-hati, bisa-bisa kau terkena karma"

"Ya, aku mengerti. Aku hanya ingin mengatakan itu saja, mungkin senjatanya akan jadi besok. Kalau begitu, aku permisi" Orion keluar dari toko Qin.

Orion langsung bergerak menuju asramanya, dia ingin segera sampai di asrama dan mandi. Dia tidak melakukan itu di rumah Latifa tadi, jadi dia merasa sedikit kepanasan karena itu.

Orion berlari melewati gerbang akademi, dia langsung menuju ke jalan yang membawanya ke arah asrama. Orion mulai melambat, begitu dia bisa dengan jelas melihat gerbang asrama dan asrama itu sendiri.

Orion melewati gerbang dan masuk, dia melihat ke lapangan dan kebun. Tidak ada siapapun di sana, dia pun berpikir bahwa orang-orang sedang ada di dalam.

Orion membuka pintu dengan perlahan, dia melihat ke sekelilingnya. Begitu matanya bisa melihat ke dalam asrama, ruang tengah kosong, di sana hanya ada Olivia yang sedang tertidur di atas sofa dengan beberapa kertas yang di penuhi oleh coretan.

Orion melihat ke Olivia, dia menyingkirkan kertas-kertas yang hampir menutupi wajahnya itu dengan perlahan. Dia tidak ingin membangunkan gadis kecil itu dari tidurnya, apalagi dia bisa melihat kepuasan dalam tidur gadis itu.

Begitu selesai, Orion langsung melangkah naik ke tangga. Orion sampai di lantai atas, suasana terasa sepi dan hening. Orion berjalan ke kamarnya dan masuk ke sana, dia melihat ke sekeliling kamarnya.

'Aku merindukan aroma ini, sedikit' Orion berkata, setelah menghirup udara di kamarnya.

Orion langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi, itulah yang dia ingin lakukan dari tadi. Orion langsung masuk ke kamar mandi dan melihat bahwa kamar mandi tidak di isi oleh siapapun, Orion membuka pintu.

SRET

Dia memasang tanda "Sedang digunakan" dan menutup pintu, Orion pun memulai mandinya yang dari tadi di tunggu-tunggu oleh dirinya.