webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
92 Chs

Pergi Bersama

Orion sedang duduk di tempat tidurnya, dia baru saja menghabiskan semangkuk penuh Oligar. Kiara dan Kiana ada di sampingnya untuk mengusap punggungnya, tampak jelas ekspresi aneh di wajah Orion dan wajahnya tampak sedikit pucat.

"Orion, aku sudah bilang jangan memaksakan diri. Tapi kenapa malah di habiskan semuanya?"

"….." Orion hanya diam, tidak bersemangat untuk membalas berkataan Kiana. Lidahnya sudah tidak bisa merasakan apapun.

"Nah, Orion. Ayo makan malam, yang sungguhan" Kiara mengambil sebuah mangkuk.

"Apa itu?" Orion melihat ke Kiara, wajahnya masih tampak pucat.

"Ini…Ayam dengan kari" Kiara berkata.

"Bisa aku makan sekarang?" Orion berkata.

"….." Kiara diam sesaat, membuat Orion dan Kiana bingung.

"Orion, Kiara ingin menyuapi Orion" Kiara berkata sambil menatap Orion.

"Tentu, ayo suapi aku" Orion tersenyum dan kembali duduk sambil bersandar di dinding.

Kiara tersenyum dengan wajahnya yang merona, lalu menatap Kiana. Kiana bergedik, karena tatapan yang Kiara berikan adalah tatapan yang meremehkan dirinya.

Dia merasa kesal, namun tidak bisa berbuat apapun. Kiara sudah mengambil haluan itu. Kiana yang melihat itu hanya tersenyum tipis, dia pun pergi keluar dari kamar Orion.

Kiara menyendok makanan itu dan menyodorkannya ke mulut Orion, Orion membuka mulutnya dan memakan itu. Perasaan buruk yang mengisi lidahnya tadi mulai lenyap dengan perlahan dan sendirinya, di isi oleh melimpahnya bumbu kari itu.

....

Orion sedang duduk di sofa, dia sudah kenyang dan lidahnya sudah kembali normal. Namun karena sudah beristirahat sebelumnya, dia tidak bisa tidur.

Orion yang duduk di sofa itu sendiri, merasa bosan. Orang-orang sudah tidur dan dia belum merasa mengantuk sama sekali.

'Ah….Tanpa ku sadari, aku membuat Kiana sedih….' Orion kembali mengingat ekspresi Kiana yang hanya tersenyum kaku, tapi dia tahu bahwa ada kesedihan di sana.

'Aku harus minta maaf nanti kepada Kiana, mungkin membawanya jalan-jalan besok adalah pilihan yang baik…'

'Tapi, aku ada janji dengan senior-Starla. Apa ku batalkan saja? Kiana lebih penting…'

"Orion?" Orion yang sedang berpikir, dikejutkan oleh suara seseorang.

"Senior, ada apa?" Orion berkata, setelah melihat Starla yang berjalan mendekatinya.

"Bu-bukan apa-apa" Starla berkata, dia terlihat aneh.

"Umm…." Orion melihat ke Starla, dia bisa melihat Starla menyembunyikan sesuatu.

"Apa aku boleh tahu, apa yang ada di belakang mu?"

"A-apa yang kau katakan, Orion? Aku tidak menyembunyikan apapun" Starla terkekeh.

"Aku tidak bilang kalau kau menyembunyikan sesuatu, kan? Jadi, apa yang kau sembunyikan?" Orion tersenyum.

"…." Starla diam sejenak dan memperlihatkan apa yang ada di belakangnnya.

"Kotak biola…Kenapa kau membawa kotak biola malam-malam begini, senior?"

"A…Aku…A-aku harus bertemu dengan teman ku…."

"Ya, untuk meminjamkan kotak biola ini!!"

"O-oh, begitu" Orion berkata, dengan senyum tipis.

"Kalau begitu, aku harus segera pergi. Aku tidak ingin dia menunggu begitu lama" Starla melangkah ke pintu keluar.

"Senior, tentang rencana kita nanti…." Orion ingin membatalkan, karena Kiana lebih prioritas daripada keinginannya untuk memainkan piano.

"Ah, ya. Aku sangat bersemangat untuk besok, aku tidak sabar" Starla berkata sambil tersenyum, senyum yang tidak pernah Orion lihat dari Starla sebelumnya.

"A-ah, iya" Orion tersenyum kaku.

"Kalau begitu, sampai jumpa besok" Starla pergi keluar.

'Ah, sial. Dia tampak jelas mengharapkan itu….'

'Kiana memang lebih penting, tapi. Aku juga tidak bisa membuat orang lain merasakan imbasnya karena keinginan ku untuk menyenangkan kekasihku, aku bukan orang yang seperti itu'

"Ah, mungkin aku akan kembali ke kamar saja. Mungkin saja aku bisa kembali tertidur jika terus berbaring" Orion pun naik ke atas.

.....

Di bawah cahaya bulan yang indah dan di kelilingi oleh pohon-pohon yang besar dan menyeramkan, seekor goblin berjalan melewati hamparan pohon itu.

Dengan tubuh yang terlihat terluka, berjalan dalam keadaan pincang. Goblin itu berhenti di depan sebuah gua yang memiliki ukuran cukup kecil dan dia masuk ke sana.

Semakin dia berjalan ke dalam, semakin besar rongga mulut gua. Goblin itu bertemu dengan 3 jalan, dia mengambil jalan tengah dan terus berjalan.

TAP

Langkah goblin itu terhenti, karena ada sebuah pintu besi dengan 2 penjaga di sana. 2 makhluk yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dari goblin, hobgoblin. Dengan sebuah tombak di tangannya, mereke menyilangkan tombak itu di depan pintu.

Goblin itu berkomunikasi dengan kedua hobgoblin dan setelah beberapa saat, mereka membuka pintu itu untuknya. Goblin itu langsung masuk tanpa berkata apapun dan begitu goblin itu sudah masuk, pintu kembali di tutup.

Sekarang goblin itu berada di dalam ruangan yang cukup besar, dengan obor yang di jadikan sebagai penerangan di sana. Pada ruangan itu, terdapat gundukan tanah di ujung sana. Dengan sebuah takhta yang berdiri di atas gundukan tanah itu dan seekor hobgoblin duduk di sana.

Berbeda dari hobgoblin pada umumnya, hobgoblin itu berukuran lebih besar dan memiliki kulit abu-abu yang tidak pernah ada didalam warna kulit hobgoblin.

Goblin itu dengan segera mendekat dan berlutut dalam-dalam, setelah beberapa saat. Dia mengangkat kepalanya dan berkomunikasi dengan hobgoblin itu , meski masih tetap berlutut.

"Tunjukkan pada ku" Kata hobgoblin itu.

Goblin yang mendengar perintah itu, langsung mengeluarkan sebuah bola transparan dan melemparnya ke atas. Bola itu melayang dan menampilkan sebuah layar hologram yang sedikit besar, di dalam layar itu menampilkan bagaimana Orion dan yang lainnya menghabisi para goblin.

BUK

Hobgoblin itu memukul takhtanya sendiri, itu membuat goblin yang ada di depan sana terkejut dan ketakutan. Hobgoblin itu berdiri dan mendekat ke goblin yang berlutut itu, dia berhenti tepat di depan goblin itu.

"Lalu, bagaimana kau bisa selamat?" Mendengar itu, goblin tersebut pun menjelaskannya.

"Kau terlempar oleh pukulan salah satu dari mereka hingga ke dalam hutan, lalu kau merekam semuanya dan kembali kemari…." Hobgoblin itu menatap ke bawahnya, goblin tersebut hanya mengangguk.

BUM

Tanah di sekitar hobgoblin itu hancur, begitu kakinya yang menginjak kepala goblin itu menghantam tanah.

"Membiarkan bawahan ku hidup, sama seperti penghinaan untuk ku….Tidak akan ku maafkan" Hobgoblin itu menatap ke layar, wajah Orion terpampang di sana bersama dengan Kiara dan Kiana.

Hobgoblin itu kembali ke takhtanya, dia mengaum dan setelah beberapa saat. Beberapa goblin dan hobgoblin masuk ke ruangan itu, hobgoblin itu menatap mereka satu persatu dan memulai pembicaraannya.

....

Orion dan Argus sedang berlatih di lapangan asrama, Orion melatih Argus dengan teknik berpedang yang dia miliki dan Orion menganalisis teknik berpedang milik Argus.

Orion melakukan itu agar dia memiliki teknik baru dan agar teknik yang baru dia dapatkan itu, bisa di gabungkan dengan teknik miliknya yang lain sehingga menciptakan teknik serangan yang lebih sulit di tebak dan mematikan.

"Argus, kau memiliki 1 bakat yang sangat jarang dimiliki oleh siapapun"

"Bakat?" Argus tampak bingung.

"Ya, kau sama seperti ku. Atau hampir sama"

"Maksud tuan? Aku tampan!!" Argus terdengar antusias.

"….." Orion terdiam.

"Sungguh? Kau pikir tampan itu adalah bakat?" Orion melihat Argus dengan aneh.

"….." Argus hanya diam, dia merasa malu.

"Hah….Sudahlah, kembali ke topik sebelumnya. Seperti yang ku katakan, kau memiliki bakat yang hampir sama dengan ku…"

"Dari beberapa bakat yang ku miliki, ini termasuk yang paling aku suka. Yaitu meniru" Orion berkata sambil tersenyum.

"Me-meniru?" Argus tampak bingung.

"Oh, kau belum tahu itu?" Orion sedikit terkejut.

"….."

"Mungkin kau tidak sadar, tapi…" Orion kembali mengingat bagaimana Argus meniru 2 gerakannya.

"Kau bisa meniru [Aeriel slash] dan lemparan tombok hanya dalam sekali lihat, meski sedikit berbeda dari meniru milik ku. Tapi itu tetap hebat, Argus"

"Tuan, kalau aku boleh tahu. Bakat meniru milik mu itu, seperti apa?"

"Hmm….Bagaimana cara ku menjelaskannya, ya?"

"Ah, begini…."

"Aku bisa meniru apa yang ku lihat hanya dalam sekali tangkap, memprosesnya dalam pikiran ku hingga agar aku bisa menciptakan versi yang lebih sempurnanya…"

"Aku juga bisa menggabungkan teknik-teknik yang ku tiru menjadi 1 teknik yang memiliki semua keunggulan dari teknik-teknik sebelumnya….."

"Tapi menutup kekurangannya dengan sangat baik, sehingga jika aku bertemu dengan orang yang menggunakan teknik yang sama. Aku bisa menebak gerakannya dengan mudah, karena itu sudah ada di kepala ku…."

"Kira-kira seperti itu, apa kau mengerti?" Orion menatap Argus.

"…." Argus yang mendengar itu, terdiam.

"Dan milik mu itu, Argus. Adalah bakat meniru yang menggunakan perspektif, namun kau masih belum bisa menganalisisnya dengan benar"

"Meniru dengan perspektif?" Argus bingung, itu adalah kata yang baru bagi dirinya.

"Kau bingung dengan maksud dari "Perspektif" itu, ya?"

"Iya, tuan. Aku tidak tahu apa itu" Argus mengangguk.

"Baiklah, tapi aku akan menjelaskan secara singkat saja. Apa itu perspektif…"

"Itu adalah sudut pandang bagaimana sesuatu terlihat dari mata, seperti saat ini. Bagaimana kau melihat ku, perspektif terbagi 3…."

"Yaitu bagaimana caranya kau melihat kebawah, bagaimana cara kau melihat secara sejajar dan bagaimana cara ku melihat ke atas. Singkatnya ini adalah penglihatan dari sisi 3 dimensi, kau tahukan apa itu 3 dimensi?"

"….." Argus hanya mengangguk.

"Nah, itu dia yang membuat bakat meniru mu sangat spesial. Sebenarnya bakat meniru itu bukan untuk orang-orang pilihan, siapapun yang memiliki kemauan maka dia pasti bisa meniru sesuatu…."

"Tapi itu berbeda, jika dari awal. Bakat meniru kita memang berbeda dari yang lainnya, seperti milik ku dan milik mu"

"Milik ku memungkinkan ku untuk menciptakan gerakan yang lebih sempurna dari gerakan awal, itulah inti dari bakat meniru ku….."

"Dan milik mu itu, memungkin mu untuk mengaplikasikan gerakan yang kau tiru dari mana pun itu. Dengan kata lain, kau bisa melakukan itu dimana pun dan kapan pun" Orion tersenyum.

"…." Argus masih terdiam.

"Kau tidak percaya perkataan ku, terserah kau saja. Karena nantinya, kau pasti akan menggunakan teknik-teknik yang sudah kau lihat tanpa sadar" Orion berdiri.

"Tuan…Aku punya pertanyaan"

"Hmm? Apa?"

"Tentang bakat tuan sebelumnya, bagaimana dengan menggabungkan teknik-teknik itu menjadi 1 sehingga menciptakan teknik yang memiliki kelebihan dari teknik-teknik sebelumnya namun menutup kelemahannya?"

"Ah, itu. Aku salah, itu sudah bukan bagian meniru lagi. Kita hanya membahas meniru saja, kan"

"….." Argus hanya diam, dia tahu kalau Orion tidak ingin melanjutkan pembicaraan lebih lanjut.

"Kau sudah mengingat setiap gerakan yang ku ajarkan, kan?"

"Iya, tuan" Argus mengangguk.

"Bagus, kalau begitu kembalilah. Aku akan kembali ke asrama"

Argus langsung menyatu dengan bayangan Orion, Orion menyimpan pedang besinya dan keluar dari lapangan.

...

Pada saat makan siang, semuanya makan dengan tertib dan berbincang-bincang kecil. Tidak ada kejadian khusus bagi Orion pada saat itu. Setelah selesai makan siang, Meliodas dan Elizabeth menyuruh semua anak asrama berkumpul di sofa. Meliodas dan Elizabeth membawa beberapa keranjang ukuran besar.

"Apa itu ibu?" Ellina menunjuk ke keranjang tersebut.

"Ini adalah keranjang" Elizabeth menjawab dengan cepat.

"Ya, aku juga tahu itu keranjang bu tapi untuk apa?" Ellina menepuk pelan dahinya.

"Oh, ini adalah keranjang untuk pakaian kalian masing-masing dan sudah ada nama masing-masing pada keranjang itu, jadi pakaian kalian tidak akan tercampur lagi…." Meliodas dan Elizabeth membagikan keranjang tersebut.

"Mulai sekarang, kalian tidak perlu mencuci pakaian masing-masing. Saya yang akan mencucinya, kalian hanya perlu mencuci pakaian dalam sendiri" Elizabeth berkata.

"Apa itu benar, nona Elizabeth. Kami merasa merepotkan mu" Glen berkata dan yang lain mengangguk tanda setuju.

"Tidak masalah, lagi pula aku mencuci menggunakan sihir. Bukannya tangan"

"Bagi laki-laki, keranjangnya di letakkan di luar kamar dan untuk perempuan di dalam kamar" Meliodas menjelaskan.

Mereka kembali ke kamar masing-masing, untuk meletakkan keranjang itu. Orion yang masih di lorong kamar, melihat ke arah kamar yang lainnya. Dia berjalan dan akhirnya berdiri di depan pintu kamar nomor 7 dan mengetuknya.

SRET

Pintu terbuka dan menunjukkan Starla yang hanya menunjukkan kepalanya saja, Orion sedikit bingung dengan tindakan Starla itu.

"Eee…Senior, apa kita pergi sekarang?"

"Ya, tapi aku sedang ganti baju sekarang….Jadi, maukah kau menunggu?" Starla menatap Orion dengan merona.

"Y-ya, aku akan menunggu di bawah. Maaf karena datang di waktu yang kurang tepat" Orion pun pergi ke bawah.

Orion duduk di sofa, tidak ada siapapun di sana. Semuanya sedang sibuk di kamar masing-masing, Kiara dan Kiana tidak mengetahui bahwa Orion akan pergi bersama Starla. Orion tidak ingin memberitahu mereka, karena itu akan membuat Kiana kesal.

"Maaf membuat mu menunggu lama, Orion" Suara Starla terdengar di dekat tangga.

"Ah, tidak masalah…." Orion berkata sambil menatap ke arah Starla, dari atas hingga ke bawah.

'Wah, senior-Starla tampak manis dengan pakaian itu. Meski setiap hari dia memang manis dan can-, tidak. Penampilan bisa menipu, gadis ini tidak begitu baik. Aku bisa merasakannya' Orion langsung menggeleng.

"Apa ada sesuatu, Orion?" Starla berkata.

"Ah, tidak…" Orion menggeleng pelan.

"Kalau begitu, ayo" Orion pun berdiri.

'Dia bahkan tidak memuji penampilan ku, ternyata wajahnya saja yang baik. Sikapnya tidak sebagus wajahnya, menyebalkan' Pikir Starla, merasa sedikit kesal dan kecewa.

Orion dan Starla pun pergi keluar, dan selagi mereka berjalan menuju ke museum yang di maksud. Starla mengatakan bahwa dia akan menunjukkan kepada Orion beberapa bagian dari kota Anfield yang besar itu, mereka berdua berjalan dan sama sekali tidak mengetahui bahwa mereka di ikuti.