webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
92 Chs

Oligar

Orion, Kiara dan Kiana sedang berjalan menuju ke akademi. Kiara dan Kiana selalu melihat ke Orion dengan khawatir, namun Orion selalu berkata bahwa dia baik-baik saja.

"Orion, itu tidak bisa di bilang baik-baik saja" Kiara berkata.

"Ya, mungkin masih terasa sakit. Tapi karena kalian sudah membalut tubuh ku dengan perban, rasa sakitnya tidak sebanyak sebelumnya. Aku baik-baik saja"

"Aku akan membuatkan ramuan percepatan pemulihan nanti dan untuk beberapa hari ini, ku pikir Orion tidak perlu banyak bergerak" Kiana berkata.

"Aku akan beristirahat dengan baik"

Mereka sampai di gerbang akademi dan tanpa berlama-lama, langsung menuju ke asrama. Orion tetap berjalan sendiri, meski langkah kakinya tampak goyah. Setiap kali dia melangkah, maka rasa nyeri muncul di kakinya itu.

Mereka langsung ke kamar Orion, Kiara dan Kiana bergegas ke kamar masing-masing untuk membawa persediaan obat mereka untuk Orion. Mereka melepas perban Orion, lalu mengolesi obat pada luka yang Orion terima.

"Apa masih terasa sakit, Orion?" Kiara bertanya, dia dan Kiana kembali memasang perban baru untuk Orion.

"Masih terasa menggigit, tapi ini lebih baik" Orion berkata, selagi kedua kekasihnya melilitkan perban di beberapa bagian tubuhnya.

Setelah itu selesai, mereka menyuruh Orion untuk tetap di kamar dan beristirahat. Orion menuruti itu, dia berbaring. Kiana dan Kiara melihat sebentar, lalu keluar dari kamar dan menutup pintu.

Kiara dan Kiana merasa sedikit kelelahan, namun mereka belum ingin beristirahat dan memutuskan untuk turun. Mereka melihat adanya Ellina dan Starla di sofa, mereka berdua memutuskan untuk bergabung.

"Oh, Kiana dan Kiara. Aku baru melihat kalian hari ini, dari mana saja?" Ellina bertanya.

"Hai, Ellina. Aku dan Kiara baru saja kembali dari hutan Loper, bersama dengan Orion" Kiana menjawab.

"O-oh…" Ellina yang tadi tampak antusias, tiba-tiba terlihat aneh.

"Ada apa, Ellina?" Starla bertanya.

"Bukan apa-apa, memangnya kenapa?"

"Ya, kau terlihat aneh"

"Aneh? memangnya aku kenapa?" Ellina kembali bertanya.

"Ellina terlihat kehilangan semangat begitu Kiana menyebut nama "Orion", Kiara pikir Ellina memiliki masalah dengan Orion. Masalah apa?" Kiara berkata.

"Benarkah? Masalah apa?" Starla tampak penasaran, begitu juga dengan Kiana dan Kiara.

"Bukan…Masalah besar…" Ellina menjawab, dia tentu tidak mungkin mengatakan apa yang terjadi di antara dia dan Orion. Itu bisa melukai harga dirinya.

"Aku harus ke kamar ku, nanti kita bicara lagi" Ellina berdiri dan pergi ke atas.

"….." Kiara melihat ke Ellina yang menaiki tangga.

"Lalu, di mana Orion?" Starla bertanya.

"Orion sedang beristirahat di kamarnya, dia terluka cukup parah…." Kiana berkata.

"Apa aku boleh tahu, apa yang terjadi?" Starla kembali bertanya.

Kiana dan Kiana saling menatap, Kiara mengangguk. Kiana pun menceritakan apa yang terjadi, tentang bagaimana mereka bertemu dengan para goblin, tentang kesalahan yang dia lakukan hingga membuat mereka harus berurusan dengan para goblin dan akhirnya bagaimana Orion terluka.

"I-itu berbahaya sekali….Bagaimana kondisi Orion saat ini?" Starla tampak khawatir.

"Orion tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia kesakitan, tapi kami tahu. Bahwa dia pasti kesakitan, Orion cukup hebat untuk menyembunyikan ekspresinya. Apa lagi kalau dia mengalami hal-hal buruk" Kiana berkata.

"Kami sudah memberikan pengobatan terbaik yang bisa kami lakukan, Kiara harap itu cukup" Kiara menambahkan.

"…." Starla diam sejenak.

"Boleh, aku melihatnya?"

Kiana dan Kiara sejenak terdiam, mereka kemudian mengajak Starla untuk ke kamar Orion. Kiana dan Kiara berkata bahwa mereka tidak akan masuk, karena takut mengganggu Orion yang beristirahat. Starla pun masuk ke kamar dan menutup pintu.

"Ah….Orion…" Starla mendekat ke Orion yang tertidur dan melihat ke tubuhnya yang di tutupi oleh perban.

"Tadi pagi kita masih berbicara dengan tenang dan nyaman, tapi sekarang. Kau terbaring di sini dalam keadaan terluka, kenapa kau begitu ceroboh?" Starla mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke kepala Orion dengan perlahan.

TAP

Starla mengusap kepala Orion dengan perlahan, dia bisa merasakan rambut hitam Orion yang halus dan lembut. Dia sendiri terkejut karena sensasi rambut Orion, berbeda dari beberapa laki-laki yang dia kenal.

'Kenapa rambutnya bisa terasa lembut dan halus begini? Bahkan rambutnya hampir sehalus milik ku, apa dia menggunakan shampo khusus?' Starla mendekatkan wajahnya ke kepala Orion.

SNIFF

'Bahkan rambutnya sangat wangi…'

'Aku merasa sedikit iri' Starla tersenyum pahit, tapi dia segera tersadar.

Wajahnya dan wajah Orion cukup dekat, Starla mendadak gugup dan wajahnya juga merona. Dia langsung menjauhkan wajahnya dari wajah Orion, Starla membutuhkan beberapa waktu untuk kembali tenang.

'Wajahnya ketika tertidur tetap terlihat manis dan lucu' Starla tersenyum.

Starla mengeluarkan sesuatu dari cincin penyimpanannya, sebuah botol kecil transparan yang berisi cairan berwarna merah. Dia melihat ke Orion, lalu berdiri dan keluar dari kamar itu.

SRET

"Senior, ada apa?" Kiana berkata.

"Bukan apa-apa, aku sudah selesai melihat Orion…."

"Berikan ini kepada Orion, ini akan membantunya" Starla menyerahkan botol kecil berisi cairan merah itu.

"Apa ini, senior?" Kiara mengambil botol itu dan melihatnya dengan seksama.

"Itu adalah low potion, meskipun hanya low saja. Tapi pasti tetap bisa membantu" Starla tersenyum tipis.

"Potion? Ka-kami tidak bisa menerima ini begitu saja, senior. Ini cukup mahal, berapa harus kami ganti" Kiana berkata, mereka tentu tahu betapa berharganya itu.

Potion adalah cairan yang bisa langsung menyembuhkan seseorang dari luka yang di terimanya, meski tingkat penyembuhannya di tentukan oleh tingkatan potion. Ada 3 tingkatan potion yang di ketahui oleh dunia, low, middle dan high potion.

Meski itu adalah potion kelas low, tapi tetap bisa menyembuhkan seseorang dengan luka yang minim di terimanya. Dan meski hanya low potion, itu tetap harus membuat seseorang mengambil uang yang banyak dari kantung mereka.

"Tidak perlu menggantinya, Orion adalah teman yang baik" Starla menggeleng.

"..." Kiana dan Kiara menjadi diam, mereka tidak tahu harus berkata apa.

"Sudah, tidak perlu di pikirkan. Berikan saja itu kepada Orion, oke" Starla mengacungkan jempolnya kepada mereka berdua.

"Baik, senior" Mereka berdua menjawab bersamaan.

Starla pergi dan mereka berdua masuk ke kamar Orion, untuk melihat bagaimana keadaan Orion. Orion masih sama seperti sebelumnya, tertidur. Mereka berdua mendekat ke Orion dan melihat ke satu sama lain.

Kiara membuka tutup botol itu, Kiana membuka sedikit mulut Orion. Kiara pun mengarahkan moncong dari botol itu ke mulut Orion, namun dia berhenti begitu itu sudah menyentuh bibir Orion.

"Kiara, ada apa?"

"Bagaimana jika Orion tersedak karena ini?"

"….." Kiana terdiam, apa yang di katakan oleh Kiara ada benarnya.

"Tapi, kau mau bagaimana lagi? Kita juga tidak mungkin membangunkan Orion, Orion sedang tertidur dengan pulas" Kiana berkata.

"Bagaimana jika begini, Kiara akan memberikan potion melalui ciuman. Dengan begitu, potion pasti bisa langsung mencapai Orion" Kiara tersenyum.

BUK

"Kau mencari kesempatan, ya" Kiana berkata sambil memukul kepala Kiara.

"Aw, tapi apa salahnya?" Kiara berkata sambil memegang kepalanya.

"Tentu saja salah, kenapa aku harus menjadi pihak yang menonton kau mencium Orion. Bagaimana jika kau saja yang melihat, aku yang akan menjalankan tugas mu" Kiana tersenyum.

"Tidak, Kiana tidak perlu mengambil tugas Kiara. Diam dan lihat saja…" Kiara hendak meminum potion itu.

TAP

"Tidak bisa…Aku yang akan memberikannya kepada Orion" Kiana berkata sambil menahan pergelangan tangan Kiara.

"Tidak perlu….Repot-repot, Kiara bisa sendiri" Kiara berkata sambil tetap hendak meminum potion itu.

Karena mereka yang terus berdebat dengan suara yang tidak bisa di toleransi, Orion dengan paksa membuka matanya. Kiara dan Kiana terkejut, mereka menyesal karena membuat Orion yang sedang istirahat terganggu.

"Aku tidak marah, tapi apa yang kalian perdebatkan?" Orion berkata.

"Kami…." Kiara merasa malu.

'Kiara tidak mungkin bilang kalau kami berdebat tentang siapa yang harus memberikan potion melalui ciuman kepada Orion, itu terlalu memalukan' Kiara merona.

TAP

Kiana mengambil botol itu, dia meminum potion itu dan langsung mencium Orion. Orion terkejut dengan apa yang di lakukan Kiana, dia bisa merasakan cairan yang melalui tenggorokannya.

Tapi yang paling terkejut adalah Kiara, dia tidak menyangka bahwa Kiana akan seberani itu. Dan terlebih lagi, dia harus menjadi pihak yang menonton saudarinya mencium kekasihnya.

"Kiana, apa itu tadi?" Orion berkata, dia sempat kehilangan ketenangannya.

"Maaf Orion, karena aku mencium mu tanpa peringatan"

"Tidak, aku bukan bertanya soal ciuman itu. Aku tidak masalah tentang itu, tapi cairan apa yang ada di botol itu?"

"Itu low potion, senior-Starla yang memberikannya"

"Low potion!!" Orion tampak terkejut.

"Senior-Starla memberikan itu begitu saja, dia bilang bahwa Orion adalah teman yang baik" Kiara berkata.

"Aku akan menyampaikan rasa terima kasih ku, nanti" Orion melihat ke langit-langit kamarnya.

"Orion, apa sudah terasa lebih baik?" Kiara berkata sambil menyentuh tubuh Orion yang di perban.

"Ya, aku merasa lebih baik. Tapi masih ada beberapa luka yang belum sembuh, potion itu menyembuhkan lebih dari setengah kerusakan yang ku terima"

"Kalau begitu, kembalilah beristirahat. Kami akan membawakan makan malam nanti" Kiana berdiri.

"Jangan lupa, Orion. Beristirahat" Kiara kembali mengingatkan sambil menatap Orion.

"I-iya, aku akan beristirahat. Tidak perlu menatap ku begitu" Orion tersenyum kaku.

"Kiara sangat percaya kepada Orion, selalu. Tapi Kiara sulit percaya kepada Orion yang sedang sakit, Orion sering memaksakan diri ketika sakit"

"Tenang saja, aku sudah berubah"

"Kiara percaya itu…" Kiara mendekat ke Orion.

CUP

Kiara mencium pipi Orion dan pergi keluar, Kiana yang melihat itu hanya diam. Dia merasa iri namun di sisi lain merasa menang dari Kiara, dia sudah mencium bibir Orion dan Kiara hanya sebatas pipi saja.

"Kalau begitu, aku juga pergi" Kiana pun keluar dari kamar Orion.

"Hah, terkadang mereka begitu berani dan terkadang tidak" Orion berkata sambil menutup matanya.

.....

TOK TOK TOK

Kiana dan Kiara yang ada di luar mengetuk pintu kamar Orion, namun tidak ada jawaban. Mereka pun masuk kedalam dengan sebuah mangkuk di tangan masing-masing, Kiana menutup pintu.

"Orion…Ayo bangun, waktunya makan malam…" Kiara mengusap kepala Orion.

"Umm…" Orion membuka matanya, dia pun duduk dan bersandar di dinding.

"Apa makan malam hari ini?" Orion berkata saat melihat ke 2 mangkuk yang ada di meja belajarnya.

"Nona Elizabeth membuatkan makanan khusus untuk Orion" Kiana mengambil sebuah mangkuk.

"Makanan khusus?"

"Oligar" Kiana menjawab.

"Hik…." Orion mendadak menjadi tegang.

"O-orion?" Kiana dan Kiara melihat Orion dengan bingung, mereka belum pernah melihat Orion seperti itu.

"Ti-tidak, bukan apa-apa" Orion menggeleng.

Oligar adalah ramuan penyembuh yang bisa di konsumsi, berbentuk seperti bubur kental yang berwarna biru dan memiliki aroma yang jauh lebih menyengat dari aroma obat biasa. Orion sangat membenci makanan itu.

Ketika dia mendapat luka yang cukup banyak, maka May akan membuat itu. Karena Oligar memiliki khasiat yang jauh lebih baik dari ramuan penyembuh biasa, namun belum bisa di bandingkan dengan low potion sekalipun.

"Ah, benar juga…." Kiana berkata, dia mengingat sesuatu.

"Oh, Kiara baru ingat…." Kiara juga terlihat mengingat sesuatu.

"Orion sangat membenci Oligar" Mereka berkata dengan serentak.

"Tu-tunggu, dari mana kalian tahu itu?" Orion berkata dengan gugup, wajahnya tampak merona.

"Kiara di beritahu oleh bibi May, ketika kami sedang memetik tanaman di pinggir sungai" Kiara berkata.

"Kalau aku tahu itu dari kak Anna, ketika para gadis sedang berkumpul"

"Be-berarti, para gadis tahu itu?"

"Tidak, kak Anna hanya mengatakan itu kepada ku" Kiana menggeleng dan Orion menghembuskan nafas lega, setidaknya wajahnya masih aman di depan yang lainnya.

"Ah, aku sangat membenci makanan itu. Dari pada di panggil makanan, mungkin orang-orang harus memanggilnya dengan sebutan "Obat" saja…..

"Siapa yang memasukkan bubur biru itu ke kategori makanan?" Orion berkata, dia masih mengingat dengan jelas bagaimana bubur itu mengacaukan lidahnya.

"Jadi, bagaimana dengan Oligar ini?" Kiana melihat ke bubur biru yang ada di mangkuknya.

"….." Orion diam sejenak.

"Kemarikan saja, Kiana. Aku akan memakannya" Orion berkata sambil mengulurkan tangannya.

"Apa kau akan baik-baik saja, Orion?" Kiana melihat Orion dengan khawatir.

Mereka memang tidak mengenal Orion secara khusus, tapi mereka tahu bahwa Orion bukanlah orang yang suka pilih-pilih makanan. Tapi, jika orang seperti Orion saja menghindari Oligar. Maka itu bukanlah candaan belaka bagi dirinya.

"Aku juga tidak bisa bilang kalau aku akan baik-baik saja, tapi…." Orion melihat ke mangkuk itu.

"Nona Elizabeth sudah membuat ini dengan susah payah, kita tentu tahu betul betapa rumit dan menyulitkannya membuat Oligar…."

"Setidaknya aku akan memakannya sebagai bentuk penghargaan dan terima kasih ku, karena nona Elizabeth mau merepotkan dirinya untuk ku"

"Baiklah, aku tidak bisa menghentikan Orion. Tapi jangan memaksakan diri, ya" Kiana menyerahkan mangkuk itu.

Orion mengambil mangkuk itu dan menatap ke arah bubur biru yang kental itu, aroma menyengat langsung memasuki hidung Orion. Orion mencoba menahan perasaannya yang ingin muntah itu, dia harus bisa menjaga perasaan orang lain.