webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
92 Chs

Kenapa Hanya Aku?

Orion sedang duduk di bawah sebuah pohon, menyaksikan bagaimana Argus dan Rover bertarung. Langit sudah tampak sedikit terang, Orion menghabiskan waktunya di lapangan asrama.

Awalnya dia memanggil Rover dan meminta Rover untuk menunjukkan teknik miliknya dalam menggunakan pedang, tapi Rover berkata bahwa dirinya bukanlah mengguna senjata pedang.

Rover bertarung menggunakan tangannya sendiri, dia hanya sesekali menggunakan senjata. Dia juga hanya memiliki teknik biasa dalam menggunakan beberapa senjata, tidak ada yang khusus atau spesial.

Orion pun hanya bisa menerima itu, dia sebenarnya ingin belajar dari teknik milik Rover. Agar dia bisa menambah variasi dalam serangannya, dia juga sudah belajar teknik milik Argus.

Meski Argus berkata bahwa itu bukanlah teknik yang sebenarnya, karena Argus sendiri juga tidak mengerti maksud gurunya ketika dia berkata itu.

Jadi, karena itu. Orion pun memutuskan untuk melihat kemampuan Argus dan Rover, namun tujuannya bukan untuk melihat siapa yang lebih baik. Dia hanya ingin mengukur kemampuan Argus, karena kemampuan dari Rover tidak perlu di pertanyakan.

'Aku tidak perlu meragukan kemampuan dari pahlawan perang, dia terlihat tidak begitu kuat karena sedang di dalam tubuh clone ku. Jika dia dalam wujud aslinya, aku ragu jika akan ada yang melihatnya'

Orion juga menyuruh Rover untuk menggunakan kemampuannya dalam menggunakan tangan kosong, karena Rover sendiri yang berkata bahwa itulah kelebihannya.

Pertarungan di mulai, Argus dari awal sudah menyerang dengan sekuat tenaganya. Rover bisa menghindarinya, bahkan memberikan pukulan balas kepada Argus.

Orion cukup terkejut melihat itu, karena perbandingan tingkat kekuatan mereka cukup jauh. Apalagi Rover yang sedang tidak memegang {Black rover} yang seharusnya bisa memberikan sedikit tunjangan kekuatan.

Namun Rover bisa menghindari serangan langsung, bahkan bisa memberikan serangan balasan. Rover juga sesekali hampir membuat Argus terjatuh, karena serangannya yang datang dari titik buta.

Argus yang merasa serangan langsung tidak akan bisa mengenai Rover, memutuskan untuk menyerang dengan sihir juga. Argus menyerang dengan menggunakan beberapa bilah angin yang melesat ke Rover, tapi Rover juga menggunakan sihir dan menciptakan sebuah dinding tanah.

Pertarungan itu terus berlanjut, hingga langit mulai sedikit terang dan Orion sudah dari tadi menyaksikan di bawah sebuah pohon.

'Sepertinya ini akan segera berakhir'

Rover melesatkan beberapa pedang air menuju Argus, Argus mengepakkan sayapnya dan melesat ke udara. Pedang-pedang air itu mengikutinya, Argus yang ada di udara. Langsung menukik ke bawah sambil berputar, bersiap dengan pedangnya.

TENG

Pedang hijau Argus bertemu dengan {Black Rover}, Rover bisa menahan tebasan itu. Meski dirinya saat ini sudah terbaring di tanah, Argus tidak percaya dengan itu. Dia sangat yakin bahwa dirinya pasti akan mengenai Rover.

"Se-senior, bukankah menggunakan senjata itu curang?" Argus berkata, sambil terus menekankan pedangnya kepada Rover.

"Jangan bercanda, kau ingin aku menahan serangan tadi? Aku bisa mati" Rover masih mencoba bertahan.

"Kau memang sudah mati"

"Secara fisik, tapi jiwa ku masih di sini"

TAP

"Oke, itu sudah cukup" Orion berkata sambil menepuk tangannya.

Mereka berhenti, Argus membantu Rover untuk berdiri. Mereka berdua melihat ke bawah, ke arah kawah kecil yang retak karena perbuatan mereka.

"Kerja bagus, kalian berdua. Aku terkesan karena kalian bisa bertarung dalam jangka waktu yang cukup panjang, aku tidak perlu mengkhawatirkan stamina kalian"

"Terima kasih, tuan" Mereka berdua membungkuk kepada Orion.

"Bagaimana, Argus. Sudah terbiasa dengan pertarungan itu? Kau belum pernah berhadapan dengan seorang pengguna tangan kosong, kan?" Orion melihat ke Argus.

"Belum, tuan dan saya belum bisa terbiasa. Ternyata melawan seseorang dengan tangan mereka yang bebas itu sangat menyulitkan, aku selalu berwaspada terhadap kedua tangannya"

"Kau beruntung, karena Rover belum menggunakan kakinya. Bagi seorang petarung tangan kosong, seluruh tubuh mereka adalah senjata itu sendiri, lebih baik kau berhati-hati lain kali"

"Baik, tuan. Akan saya ingat" Argus mengangguk.

"Rover, bagaimana? Apa menurut mu, Argus sudah baik?"

"Aku tidak tahu, tuan. Aku bukan orang yang bisa menilai seseorang, aku tidak ahli dalam hal itu, tapi menurut ku Argus sudah cukup baik"

"Begitu, ya…"

"Ada apa, tuan?" Rover melihat ke Orion dengan bingung.

"Argus, selain pedang. Apa kau bisa menggunakan senjata lain?"

"Tidak, tuan. Saya hanya bisa menggunakan pedang saja, karena hanya itu yang saya punya"

"Baiklah, kalau begitu…" Orion melihat ke Rover.

"…Rover, ajari Argus teknik-teknik dalam pertarungan tangan kosong"

"Baik, tuan" Rover mengangguk.

"Dan Argus, ajari Rover teknik-teknik berpedang milik mu. Semakin banyak variasi dalam bertarung yang kau miliki, maka akan semakin baik untuk ke depannya…"

"…Untuk sekarang, beristirahat sebentar. Setelah itu, mulailah berlatih" Orion berjalan keluar, Argus dan Rover pun memutuskan untuk saling berbicara.

Orion mendatangi Meliodas yang sedang berada di kebun sendirian, dia ingin membantu Meliodas karena dia sendiri juga mengerti tentang berkebun. Baik di masa lalu ataupun ketika dia hidup di desa Hillos.

"Tuan Meliodas, keberatan jika ku bantu?"

"Oh, Orion. Tentu tidak, kemarilah. Bantu aku mencabut beberapa sayuran ini dan menyirami semuanya dengan air"

"Baik" Orion mengangguk dan mendekati sayuran-sayuran yang di maksud oleh Meliodas.

"Sedang berlatih lagi?" Meliodas bertanya.

"Sebenarnya bukan aku yang berlatih, tapi Argus" Orion mencabut satu sayuran.

"Oh, dia berlatih apa?"

"Cara bertarung dengan tangan kosong, dia bilang bahwa dirinya hanya mengerti cara menggunakan pedang"

"Oh, begitu. Tapi, dengan siapa dia berlatih?"

"Dengan clone ku yang di dalamnya ada kesadaran Rover"

"Aku tidak tahu bahwa dia bisa menggunakan tangan kosong" Meliodas berkata.

"Memangnya menurut tuan, dia seperti apa?"

"Dulu, saat sejarah tentang dirinya masih ada. Dia di gambarkan dengan sebuah pedang di tangannya"

"Tapi dia sendiri yang bilang, kalau itu hanya di gunakan sesekali"

"Mungkin saja, soalnya tidak ada iblis yang mau berbicara apapun tentang bagaimana dia di masa lalu. Karena mereka memang tidak tahu, iblis-iblis yang memiliki umur panjang juga tidak terlalu banyak"

"Begitu, ya…Tuan, apa aku boleh menggunakan sihir air kepada tanaman-tanaman ini?"

"Ya, tidak masalah"

Orion pun menyemburkan air dari telapak tangannya, dia bertanya begitu karena ada cukup banyak tanaman yang tidak bisa terkena air biasa. Jika mereka terkena air biasa, maka khasiat yang di milikinya juga akan hilang.

Orion terus membantu Meliodas dan begitu sudah selesai, dia memutuskan untuk kembali ke lapangan. Argus dan Rover sudah memulai latihan mereka, tampak jelas bahwa Argus sangat mengerti dengan apa yang Rover ajarkan kepada dia.

'Beberapa dari teknik itu, seperti bela diri di dunia ku'

Teknik yang sedang di ajarkan saat ini oleh Rover kepada Argus, adalah teknik yang membuat tendangan seseorang bisa melengkung dan mengenai titik buta lawan.

Rover menggunakan Argus sebagai sasaran, dia menyuruh Argus untuk menahan tendangannya yang akan datang itu. Argus bersiap, Rover pun memulainya. Rover mengatakan bahwa dia akan menendang ke arah kepala Argus dan datang dari kanan.

Argus hendak menepis tendangan itu dengan lengannya, namun sebelum tendangan itu mengenai lengannya. Kaki Rover terlebih mengenai paha Argus, Argus terkejut. Karena itu tidak seperti yang Rover katakan sebelumnya.

"Senior, bukankah harusnya tendangan itu mengarah ke kepala belakang ku?"

"Mau bagaimana lagi, coba kau pikir. Memangnya dengan tinggi ku yang segini, aku bisa menendang mu yang setinggi itu?" Rover berkata.

"Ah, aku mengerti…" Argus mengangguk.

"…Tapi aku masih belum bisa mendapatkan gambaran yang jelas dari tendangan itu" Argus berkata.

"Baiklah, kalau memang begitu. Maka aku akan membantu mu" Orion mendekat.

"Begitu, ya. Tinggi tuan dan senior, kan. Sama-sama kecil" Argus berkata dengan semangat.

BUK

"Argus…Siapa yang kau bilang, kecil?" Orion tersenyum kepada Argus, dia mendaratkan pukulan ke perut Argus.

"Ma-maaf, tuan…" Argus berkata sambil memegangi perutnya yang terasa nyeri itu.

"Baiklah, Argus. Lihat dan pelajari" Orion berkata.

"Tuan, apa kau sudah mengetahui tentang teknik ini?" Rover bertanya.

"Ya, aku pernah menggunakannya" Orion mengangguk.

"O-oh, tuan memang hebat" Tampak jelas bahwa Rover terkejut.

"Aku tidak ingin jadi sasaran mu dan aku juga tidak ingin kau mengalah, membiarkan ku menendang kepala mu. Jadi, kita akan melakukannya bersama-sama"

"Baik, tuan" Rover mengangguk.

Orion dan Rover bersiap, Argus sedikit bingung melihat mereka berdua. Kuda-kuda yang Orion dan Rover gunakan, berbeda. Padahal Orion berkata bahwa dia mengetahui teknik yang Rover ajarkan kepada dirinya.

"Argus, dalam hitungan mu" Orion berkata.

"Ba-baik, kalau begitu. 3…2…"

"…1"

BUK

Orion dan Rover sama-sama bergeming, melihat bagaimana lawan mereka bereaksi terhadap tendangan mereka. Mereka berdua sama-sama bisa menahan tendangan satu sama lain, cara mereka menahannya juga hampir sama.

Orion menjauhkan lengannya dari kepalanya, agar tendangan itu bisa di tahan sebelum mencapai kepalanya. Sedangkan Rover, memanjangkan pertahanannya hingga ke bagian belakang kepalanya.

"…" Argus terdiam melihat itu.

"Petarung yang berpengalaman memang hebat, padahal aku sudah merombak ulang tendangan ini" Orion berkata sambil menurunkan kakinya.

"Tuan juga hebat, di usia semuda ini. Bisa melakukan itu dan tendangan yang ku berikan itu, bukanlah main-main…" Kata Rover, sambil menurunkan kakinya.

"…Kira-kira seperti itu, apa kau punya pertanyaan?" Rover berkata sambil melihat ke Argus.

"Pertanyaan apanya, aku justru tambah bingung. Kenapa tendangan itu bisa di tahan?! Bukankah kau sendiri yang bilang kalau tendangan itu mustahil bisa di tahan, senior?" Argus berkata.

"Eh, benarkah? Aku bilang begitu?" Rover mengusap kepalanya.

"Padahal kau sendiri yang bilang, tapi kenapa kau lupa. Apa kau sudah pikun, sen-"

BUK

"Baiklah, ku pikir kau tidak punya pertanyaan" Rover berkata sambil menepuk kedua tangannya beberapa kali.

"Ke-kenapa hanya aku?" Ucap Argus sambil meringkuk merasakan sakit di perutnya.

"Hah…Mungkin di lanjutkan lain kali saja, sekarang kembalilah" Orion berkata.

"Baik" Rover pun lenyap.

"Argus?" Orion melihat ke Argus.

"Ba-baik, tuan" Argus berkata, dia pun masuk ke bayangan Orion.

Orion mengambil {Black Rover} dan berjalan kembali ke asrama, dia mengusap perutnya yang terasa lapar. Setengah dari roti lapis itu, belum cukup untuknya. Apalagi roti itu sudah dia makan beberapa jam yang lalu.