webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
92 Chs

Berbelanja

Orion sedang mengganti pakaiannya, dia dan para gadis akan pergi ke kota untuk membeli beberapa perlengkapan akademi. Sebelumnya dia sudah mengajak para laki-laki untuk bergabung, namun para seniornya juga memiliki urusan tersendiri.

Hanya Ellina yang tidak ikut dari para gadis, dia berkata bahwa juga punya urusan tentang 10 Takhta. Dia juga tampak tak nyaman begitu Starla menyebutkan bahwa Orion akan ikut bersama mereka, akhirnya hanya Orion dan para gadis yang tersisa.

Orion yang sudah selesai berpakaian pun turun, hanya ada Elizabeth dan Olivia di bawah. Orion pun memutuskan untuk menunggu, sambil bermain-main dengan Olivia.

"Kakak Orion, memangnya kakak mau kemana?" Tanya Olivia yang sedang duduk di pangkuan Orion.

"Kakak dan yang lainnya, ingin pergi ke kota untuk membeli beberapa perlengkapan akademi. Apa Olive ingin ikut?" Orion melihat ke Olivia dengan senyum di wajahnya.

"Benarkah?!" Olivia tampak bersemangat.

"Ya, tapi. Tanya dulu kepada ibu mu"

"Ibu, apa boleh?" Olivia melihat ke Elizabeth.

"Olive, kamu tidak boleh merepotkan kak Orion seperti itu"

"Tapi bu, Olive juga ingin ke kota untuk melihat-lihat" Olivia turun dari pangkuan Orion dan mendekati Elizabeth.

"Olive, kamu ti-"

Perkataan Elizabeth terhenti, begitu dia melihat bagaimana putrinya bertindak. Olivia berlutut di depan Elizabeth, sambil meletakkan kepalanya di pangkuan Elizabeth dan menatap Elizabeth dengan mata hijau dan birunya yang besar itu.

"Ka-Kamu tidak boleh be-begitu" Elizabeth berkata dengan tersendat-sendat, melihat wajah lucu dan polos penuh harap dari putrinya itu.

"Nona Elizabeth, aku tidak merasa keberatan dengan adanya Olivia. Jika kau tanya pendapat ku" Orion berkata.

"Hah…Baiklah, kamu boleh pergi" Elizabeth menghela nafas panjang.

"Yes, terima kasih ibu" Olivia memeluk ibunya.

"Iya, sayang…Tapi ingat, jangan merepotkan kak Orion dan yang lainnya" Elizabeth mengangkat 1 jarinya.

"Baik, ibu" Olivia memberikan hormat kepada Elizabeth.

"Semuanya sudah siap" Orion berkata sambil berdiri dan melihat ke tangga.

Gabriella, Kiana, Kiara dan Starla berada di sana. Mereka tampak berbeda, dengan penampilan yang lebih menawan dari biasanya. Orion sedikit kesulitan memalingkan tatapannya, terlebih lagi dari kedua kekasihnya.

"Ka-Kalian tampak menawan, lebih menawan dari biasanya" Ucap Orion, setelah dia bisa kembali tenang karena mendadak wajahnya merona.

"Wah, wah, wah. 4 gadis cantik dan seorang laki-laki, apa kata orang nantinya. Melihat kalian berjalan bersama?" Ucap Elizabeth sambil mengusap pipinya sendiri.

"Kau salah, nona Elzaibeth. Bukan 4 tapi 5 gadis cantik, benarkan? Olive" Orion melihat ke Olivia sambil mengusap kepala gadis itu.

"Iya, Olive tidak kalah cantik dari kakak lainnya" Olivia berkata, dia tampak kesal dengan ibunya yang tidak memuji dirinya.

"Iya, iya. Gadis kecil ibu tidak kalah cantik dari kakak-kakaknya" Elizabeth berkata sambil mengusap kepala Olivia.

Mereka pun mulai berangkat, Orion dan Olivia berjalan di depan dengan para gadis di belakang mereka. Olivia tidak ingin bersama para gadis, dia menempel pada Orion. Orion memaklumi itu, karena dia bertanggung jawab atas Olivia saat ini.

Jika dia lalai dan terjadi sesuatu kepada Olivia, apalagi sampai mengacam nyawa gadis itu. Orion sangat yakin bahwa bukan hanya Ellina yang membencinya, Elizabeth dan Meliodas juga akan begitu. Bahkan dia juga memperkirakan bahwa Ellina akan mulai mengucapkan umpatan-umpatan kepada dirinya.

"Baiklah, kita sudah keluar dari area akademi" Orion berkata sambil melangkahkan kakinya keluar dari gerbang akademi bersama Olivia.

Seperti biasa, pada siang hari seperti sebelum-sebelumnya. Orang-orang dan kereta-kereta kuda berpapasan di jalanan, membuat suasana sangat hidup untuk kota besar itu.

Olivia berdecak kagum melihat bagaimana kota itu, dia belum pernah sekalipun pergi keluar dari asrama. Mata hijau dan birunya memancarkan binar tanda kagum dan takjub, dia melihat ke sekitar dengan liar.

"…"Olivia terdiam.

"Umm?" Orion melihat ke Olivia.

Gadis yang tadi tampak bersemangat dan gembira itu, mendadak tampak lesuh dan kosong. Orion berlutut untuk melihat wajah gadis itu, para gadis juga bingung dan melihat ke Olivia.

"Ada apa, Olive? Apa kau tidak merasa sehat?" Orion meletakkan tangannya di dahi Olivia, namun tidak ada yang aneh.

'Apa Olive memang sedang sakit? Atau dia baru saja melihat hal yang tidak seharusnya dia lihat?' Orion langsung melihat ke sekitar mereka, namun tidak ada yang aneh.

'Apa dia merasakan sesuatu, seperti kehadiran yang mengerikan atau hawa membunuh?'

Orion memasang seluruh indranya, namun dia juga tidak menemukan apapun. Bahkan setelah dia juga menggunakan [Radar].

"Olive tidak apa-apa, kak Orion" Olivia berkata.

"Apa benar, Olive? Kau terlihat sakit, apa yang kau mau? Mungkin kami bisa mencarikannya untuk mu" Gabriella berkata.

"Olive tidak apa-apa, hanya sedikit pusing" Olivia mengusap kepalanya.

"Apa Olive ingin pulang saja?" Kiara bertanya sambil mengusap kepala gadis itu.

"Tidak, Olive tetap ingin ikut" Olivia memeluk Kiara.

"Baik, Olive bisa tetap ikut" Kiara juga memeluk gadis itu.

Setelah memastikan bahwa Olivia baik-baik saja, mereka pun memulai perjalanan. Kali ini Olivia bersama dengan para gadis, Orion dan Starla berjalan di depan.

"Jadi Orion, apa yang ingin kau cari?"

"Bagaimana dengan Gabriella, apa yang ingin dia cari?" Orion melirik ke belakang.

"Kenapa tiba-tiba bertanya soal Gabriella? Ja-jangan-jangan…" Starla tampak terkejut.

"Bukan, aku bukan orang yang seperti itu. Aku bertanya karena aku tidak tahu, apa saja yang di butuhkan seseorang untuk belajar di akademi"

"Ah, begitu…"

"…Kalau Gabriella, dia berkata ingin membeli peralatan tulis dan beberapa buku tulis"

"Baiklah, kita akan ke sana"

'Ternyata beberapa peralatan yang di butuhkan masih seperti sekolah normal' Pikir Orion.

Starla memandu jalan mereka, mereka melewati beberapa persimpangan. Orion membelikan mereka beberapa makanan kecil, ketika mereka menemukan stand makanan di perjalanan.

"Tempat inilah yang biasanya di datangi oleh murid-murid akademi, ketika mereka membutuhkan sesuatu" Starla berkata sambil menunjuk ke toko yang ada di depan mereka.

Sebuah toko yang sedikit lebih besar dari toko-toko di sekitarnya, berfondasikan kayu yang tua namun tampak kokoh hingga ke akar-akarnya. Toko itu tampak sepi, tanpa pengunjung.

"Apa benar, tempat ini terkenal?" Ucap Kiana.

"Benar, tempat ini biasanya tidak pernah sepi. Apalagi di hari-hari sebelum akademi di mulai, mungkin ini hanya kebetulan saja" Starla berkata.

"Terserah, apapun itu. Ayo masuk" Orion berjalan menuju pintu toko itu.

KRING

Lonceng yang berada di atas pintu berdering, membuat siapapun yang ada di dalam mendengarnya dan melihat siapa yang membunyikan itu. Orion dan yang lainnya sudah berada di dalam, melihat ke sekitaran mereka yang di penuhi oleh rak-rak buku.

"Tak kusangka, masih akan ke datangan pelanggan yang masih muda. Selamat datang di toko ku" Ucap seorang gadis.

Gadis itu memiliki rambut berwarna ungu, matanya berwarna ungu sama dengan rambutnya. Dia memiliki tinggi yang sama dengan Orion dan yang lainnya, layaknya anak seumuran mereka.

'Apa maksud gadis ini?' Pikir Orion.

"Nona Iren, apa kabar" Starla mendekat ke gadis itu.

"Starla, aku sehat. Bagaimana dengan mu? Kau tampak sedikit lebih kurus" Iren tersenyum kepada Starla.

"Ah, nona. Palingan hanya perasaan mu saja" Starla terkekeh dan di ikuti oleh Iren.

"Ada wajah-wajah baru di sini, keberatan jika aku mengetahui mereka?" Iren melihat ke Orion dan yang lainnya.

"Ah, benar…" Starla kembali mendekat ke Orion dan yang lainnya.

"…Mereka adalah junior ku di asrama, Orion, Gabriella, Kiara, Kiana dan yang kecil ini adalah anak dari nona Elizabeth" Starla memperkenalkan mereka.

"Ah, anak nona Elizabeth. Pantas aku merasa sedikit familiar dengan wajahnya, terutama mata biru itu" Iren menatap Olivia, Olivia langsung bersembunyi di belakang Kiana.

"Orion, kenapa gadis ini terlihat sok bijak begitu?" Kiana berbisik kepada Orion.

"Entahlah, tapi. Ku pikir kau harus mengganti panggilan "Gadis" itu, Kiana" Orion berbisik.

"Maksudnya?"

"Dia itu Elf, kita tidak tahu entah sudah berapa puluh tahun usianya. Penampilannya saja yang sama seperti kita, tapi dia jauh lebih tua dari kelihatannya. Jauh lebih tua"

"Hei, aku bisa mendengar kalian" Iren berkata, dia melihat ke Orion dan Kiana.

"Ma-maaf" Kiana membungkuk sedikit.

"Hah…Tidak masalah, tapi. Kau cukup teliti, bagaimana kau tahu kalau aku adalah Elf?" Iren menatap Orion.

"Pada nama toko ini, huruf terakhirnya menggunakan bahasa Elf. Cara bicara mu yang tidak seperti anak seusia kami, kau mengatakan bahwa kami adalah "Pelanggan yang masih muda" dan rambut di sekitar telinga mu sedikit melebar" Orion berkata.

"Ho…Mata mu jeli juga, tapi kau benar. Aku sudah jauh lebih tua dari kalian"

"Memangnya, berapa usia mu?" Tanya Orion.

"Tidak sopan jika kau bertanya tentang usia seorang gadis" Iren menjawab.

"Tapi kau sendiri yang bilang kalau kau bukan lagi seorang gadis"

"Tetap saja, bertanya usia seorang wanita sama dengan nyawa mu" Balas Iren.

"Hah…Terserah, aku juga tidak peduli" Orion mengusap kepalanya.

"Hmph, laki-laki seperti mu tidak akan pernah punya pasangan" Iren berkata sambil menjulurkan lidahnya.

"Ya, terserah apa kata mu. Nenek" Orion menyeringai.

"…" Iren terdiam, tampak jelas bahwa dia kesal dan wajahnya berusaha menahan itu.

"Hah…Jadi, apa yang kalian butuhkan?" Iren kembali ke topik utama.

Starla mewakili mereka untuk berbicara, Iren mendengarkan selagi Orion dan yang lainnya melihat-lihat. Orion merasa sedikit bingung dengan keadaan toko itu, toko itu bersih, rapi, terlihat nyaman dan menyenangkan untuk di masuki.

Tapi tidak ada pelanggan, bahkan orang-orang yang lewat bahkan tidak melirik sedikit pun. Orion yakin bahwa toko itu tetap menarik jika di lihat dari luar dan pasti akan menarik perhatian, meski hanya sekilas.

Setelah mendengar semua yang dibutuhkan oleh Starla dan yang lainnya, Iren pergi mengambil itu semua. Selagi Iren melakukan itu, Orion memutuskan untuk mencari beberapa buku yang menarik perhatiannya.

"Dasar-dasar Alkimia?" Orion mengambil buku yang di lihatnya.

'Jika di ingat kembali…'

'…Membuat potion dan sejenisnya itu, termasuk alkimia. Aku mungkin juga harus mulai mempelajari ini' Orion membawa buku itu untuk melihat buku lainnya.

...

Setelah Iren mengumpulkan barang-barang yang mereka butuhkan dari tokonya, Orion dan yang lainnya kembali berkumpul di bagian kasir untuk membayar belanjaan mereka sendiri. Mereka sendiri kembali dengan beberapa buku dan benda lainnya di tangan.

"Aku sudah memisahkan barang-barang kalian, semua jumlahnya sama. Masukkan saja tambahannya ke bagian kalian sendiri, nanti akan ku hitung lagi" Iren berkata, dia menyiapkan 5 keranjang.

Para gadis memasukkan barang-barang yang mereka bawa ke dalam keranjang itu, Iren mulai menghitung total masing-masing dari mereka. Orion melihat ke keranjangnya sendiri, Iren yang sudah menghitung semuanya juga melihat ke Orion.

"Ada apa, Orion? Apa kau masih mau menambah barang mu?"

"Tidak, ini sudah cukup. Olive, masukkan saja buku yang kau ambil tadi ke sini. Kakak akan membayarkannya"

"Baik" Olivia memasukkan beberapa buku kedalam keranjang Orion.

"Kalau begitu masukkan saja, biar ku hitung totalnya"

"…" Orion diam, dia melihat ke keranjang para gadis.

"Kalau begitu…" Orion mengambil 2 keranjang dari sana.

"…Gabungkan 2 keranjang ini dengan milik ku" Orion mendekatkan 2 keranjang itu dengan miliknya.

"Orion, apa yang Orion lakukan?" Kiara tampak bingung.

"Apa yang ku lakukan? Bukankah sudah jelas, aku yang akan membayar belanjaan kalian"

"I-Itu tidak perlu, kami bisa membayar itu" Kiana berkata.

"Sudah, jangan bicara apapun lagi. Aku yang akan membayarnya, kalian cukup simpan uang kalian kembali…"

"…Jadi, nek. Berapa semuanya?" Orion melihat ke Iren.

"Itu tidak baik, Orion dan jangan memanggil ku nenek. Aku bukan nenek mu!!"

"Apa yang tidak baik, nek?" Orion melihat Iren dengan bingung.

"Sudah ku bilang jangan panggil aku nenek, aku bukan nenek mu sialan!!!…" Iren tampak kesal.

"…Hah…Maksud ku, kenapa kau hanya mambayarkan 2 keranjang teman mu ini? Bagaimana dengan punya 2 teman mu lainnya, Starla dan Gabriella?"

"Mereka memang teman ku, tapi. Itu bukan jadi alasan aku agar aku harus membayar belanjaan mereka, sedangkan kedua gadis ini…" Orion mendekat ke Kiara dan Kiana.

"…Mereka adalah kekasih ku, jadi ku pikir tidak ada salahnya membelikan mereka sesuatu. Apalagi sesuatu itu berguna untuk mereka" Orion merangkul mereka berdua.

"Eh?" Iren terdiam.

"Hah!!...Me-Mereka adalah kekasih mu?" Iren menunjuk ke Kiana dan Kiara.

"Iya, haruskah aku mengulanginya?"

"…" Iren terdiam, beberapa saat yang lalu dia mengatakan bahwa Orion tidak akan memiliki pasangan.

Namun, sekarang bukan hanya menjadi pasangan 1 orang. Bahkan dia menjadi pasangan dari 2 orang dan mereka berdua adalah saudara kembar, itu jelas mengejutkan untuk Iren.

"Sudah, jangan terkejut begitu. Cepat hitung total milik ku" Orion menepuk tangannya.

"Ba-Baik…" Iren pun mulai menghitung total belanjaan Orion.

Orion saat ini tidak mengkhawatirkan apapun soal uang, karena dia baru saja mendapat bayaran dari Qin. Karena dia sudah menyelesaikan puluhan senjata dari {Batangan Core} yang baru dia kirimkan sebelum mereka pergi.

Dia menerima upah dalam jumlah yang besar dan itu membuatnya percaya diri untuk membayarkan belanjaan dari kedua kekasihnya, dia bahkan berniat untuk membeli beberapa barang lainnya nanti.

Setelah Iren menghitung belanjaan milik Orion, dia langsung membungkusnya dan menyerahkan tagihannya kepada Orion. Orion melihat tagihan itu sebentar dan dia mengeluarkan kantung dari penyimpanan system, lalu membayarnya.

"Ini, kembaliannya" Iren menyodorkan tangannya yang terdapat beberapa koin perak dan tembaga.

"Tidak apa,ambil saja kembaliannya"

"Dengar, Orion. Aku memang mencari uang, tapi aku tidak butuh uang dari belas kasihan"

"Siapa bilang kalau aku memberikan itu secara gratis? Aku ingin kau mengambil kembalian itu dan sebagai gantinya, aku ingin kau mencarikan sesuatu untuk ku"

"Sesuatu? Katakan apa itu?"