webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
92 Chs

[Fusi]

TOK TOK TOK

Orion yang masih membaca buku di sadarkan oleh suara ketukan pintu kamarnya, Orion melihat ke jendela. Langit senja sudah akan menggelap, matahari terbenam dan bulan yang perlahan naik. Orion membuka pintu kamarnya.

"Orion, ayo makan malam" Kiara menarik Orion.

"Kiara, pelan-pelan" Orion mengikuti dari belakang.

Mereka sampai di meja makan, tak butuh waktu lama dan mereka mulai makan. Semuanya menikmati makanan mereka, Orion juga sudah tidak di tatap tajam oleh Ellina dan itu sedikit melegakan untuk Orion sendiri. Meski dia tahu, bahwa Ellina tidak akan mudah memaafkannya.

Setelah makan malam, tidak ada hal-hal penting yang akan di sampaikan. Jadi masing-masing punya kesibukan tersendiri, para gadis berkumpul di sofa dan yang lainnya pergi entah kemana. Orion pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya, kembali mempelajari bahasa Zephis lebih jauh.

Orion kembali membaca buku itu, dia belum menyelesaikannya sejak pertama kali membaca itu tadi sore. Orion mulai melihat kata demi kata, setelah membaca beberapa waktu yang lalu. Pemahamannya juga membaik dan semakin membaik, seiring dia membaca buku itu.

.....

Orion membuka matanya, dia merasa kedinginan. Begitu dia sepenuhnya terbangun, dia tidak menyangka bahwa dirinya akan tertidur ketika membaca. Orion melihat ke buku yang menjadi alas kepalanya, dia memasukkan buku-buku itu ke penyimpanannya.

"Astaga, sudah lama sekali aku tidak tertidur di meja sambil membaca. Itu mendatangkan nostalgia" Orion berdiri dan melihat ke jendela.

Jendelanya masih terbuka, Orion pun tahu kenapa udara di sekitarnya terasa dingin. Orion menutup jendela kamarnya, dia melihat ke jam. Orion keluar dari kamarnya dan menuju ke kamar mandi, menyegarkan dirinya dengan beberapa terpaan air dingin di wajah.

Setelah itu, Orion turun dan keluar dari asrama. Dia menuju ke lapangan dan ketika dia melihat ke kebun, tidak ada siapapun di sana. Orion pun melanjutkan perjalanannya ke lapangan, begitu dia melewati dinding penghalang.

Langkah kakinya terhenti, tatapannya menatap lurus ke arah sebuah pohon. Tidak ada perbedaan pohon itu dari pohon lainnya, kecuali ada seseorang yang sedang berdiri di sana. Itu adalah Starla, Orion terkejut.

Bukan hanya dengan kehadiran Starla di sana, tetapi dengan suara yang di ciptakan oleh Starla. Gadis itu sedang memainkan sebuah biola, terdengar lembut namun bisa membuat siapapun yang mendengarnya merinding.

Karena saking indahnya suara biola itu, Starla juga bergerak dengan indah di tengah alunan instrumen itu. Siluet angin beberapa kali menerpanya dengan lembut, membuat rambut dan pakaiannya bergerak dengan arah angin.

Sosoknya yang di dukung oleh alam itu, membuat Starla terlihat begitu indah. Daun-daun yang sedikit berguguran di sekitarnya bagaikan bintang jatuh yang padam, Starla mengakhiri permainan biolanya dengan nada yang sangat tinggi.

"Hah…." Starla menghembuskan nafas panjang, jelas terlihat bahwa dia merasa lega.

Namun perasaan itu menghilang, begitu dia mengetahui adanya seseorang yang melihatnya di depan sana. Orion mendekat dengan perlahan, dia bingung harus bagaimana.

Secara pribadi, tentu dia sangat memuji permainan Starla. Dia sendiri juga pernah bermain biola di dunianya dulu, meski tidak begitu baik dan dia cukup menyukai alat musik itu. Dia sudah banyak mendengar berbagai permainan biola, namun tidak banyak yang menarik baginya.

Tapi permainan Starla menggunakan biolanya itu, sangatlah menarik bagi Orion. Dia langsung mengagumi Starla karena itu dan selain permainannya dengan biola itu, Orion juga menyukai bagaimana Starla bergerak di iringi oleh instrumennya sendiri.

'Kenapa jadi cangung sekarang?' Orion bertanya pada dirinya sendiri dan dia juga bingung.

"Senior-Starla, sungguh permainan…." Orion melihat ke biola yang ada di tangan Starla.

"Viola yang indah sekali" Orion berkata sambil tersenyum, Starla bergeming mendengar itu.

"Su-sungguh?"

"Ya, tentu saja"

"Terima kasih, Orion…"

"Tapi, aku cukup terkejut bahwa kau mengetahui kalau ini adalah viola. Orang-orang pasti mengira ini adalah biola"

"Itu mungkin karena mereka tidak tahu perbedaannya, kebetulan aku juga menyukai biola dan viola. Jadi aku mengetahui sedikit tentang mereka"

"Sungguh? Aku tidak pernah mendengar itu dari Kiara dan Kiana"Starla tampak sedikit terkejut.

"Itu adalah kisah lama, sebelum aku bertemu mereka"

"Apa aku bisa melihat mu memainkannya?" Starla menyodorkan viola itu kepada Orion.

"Entahlah, senior. Sejak dulu aku tidak pernah bermain dengan baik" Orion sedikit ragu.

"Bukan masalah, lagi pula kau sudah melihat ku bermain. Bukankah aku pantas meminta hal yang sama?"

"Kurasa begitu, baiklah" Orion mengambil viola itu.

Dia meletakkan viola itu di bahu kirinya dan menyandarkan dagunya di bagian bawah viola itu, Orion melakukan beberapa penyesuaian, Sudah sangat lama dia tidak menyentuh biola atau viola.

Setelah merasa cukup dengan penyesuaiannya, Orion mulai memainkan viola itu. Orion langsung memulai permainannya, Starla terkejut mendengarnya.

Permainan Orion dengan instrumen itu sangat buruk dan menyedihkan, bahkan Starla secara pribadi tidak tahu harus menilai bagaimana. Orion menggunakan alat musik itu seolah dia baru pertama kali menggunakannya.

Orion berhenti dan membalik tubuhnya, dia merasa sangat bodoh dan malu. Dia mengakui bahwa dirinya berbakat, tapi bakatnya dalam bermain musik sangatlah tidak ada.

"Astaga, aku tidak pernah baik memainkan benda-benda ini" Gumam Orion.

"O-Orion, jangan khawatir. Permainan mu itu sedikit lebih baik dari akan usia 3 tahun, jangan bersedih" Ucap Starla sambil tersenyum tipis.

"Aku tidak tahu harus senang atau bagaimana, senior" Ucap Orion dengan senyum yang sedikit di paksakan.

"Masing-masing orang memiliki bakat, mungkin saja kau memang tidak berbakat dalam memainkan ini. Mungkin akan ada alat musik yang lain, yang bisa kau mainkan nanti"

"Sudahlah, senior. Itu tidak penting…" Orion menyerahkan kembali Violin Starla.

"…Tapi senior, mungkin agak aneh jika aku bertanya. Kenapa kau bermain viola di sini dan di waktu ini?"

"Sebenarnya tidak ada alasan khusus, tapi ketika aku bermain di sekitara alam. Aku merasa tenang, seolah aku bermain untuk diri ku sendiri. Siluet angin yang menerpa rambut dan wajah ku membuat ku merasa senang…."

"Dan, aku lebih suka bermain viola sendirian seperti ini. Aku merasa bebas dan lega" Starla tersenyum begitu mengatakan itu.

"….." Orion hanya diam.

"A-alasan ku aneh, ya?"

"Tidak, kok. Setiap seniman memiliki keunikan masing-masing, aku kurang lebih juga seperi mu. Terkadang berada di dalam keramaian, begitu mengganggu. Dan ketika aku sendirian, aku merasa pikiran ku lebih terbuka"

"Seniman? Aku?"

"Ya, seniman adalah seseorang yang ahli atau mahir dalam bidang seni. Dan aku pikir, permainan viola mu itu sudah termasuk mahir"

"….." Starla yang mendengar itu, menundukkan kepalanya.

"Eee…Senior, apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?"

"Tidak…" Starla menggeleng.

"Terima kasih, Orion" Starla menatap Orion dengan senyumnya.

"Untuk apa?"

"Karena menganggap ku seorang seniman, belum ada yang pernah mengatakan itu pada ku"

"Tidak perlu berterima kasih, aku hanya mengatakan isi pikiran ku saja"

"Tapi itu tetap berarti untuk ku"

Orion dan Starla melanjutkan pembicaraan mereka, bukan tentang hal yang khusus. Tapi mengenai permainan viola dan biola, mereka saling menceritakan kisah masing-masing dengan instrumen itu. Meski Starla sering tertawa mendengar cerita Orion.

Selain berbicara mengenai viola dan biola, pembicaraan mereka meluas hingga ke instrumen lainnya. Yang mengejutkan mereka masing-masing adalah instrumen yang mereka sukai sama semuanya.

"Ini sebuah kebetulan yang menyenangkan, tak ku sangka kita memiliki selera yang sama" Orion berkata.

"Aku juga tidak menyangka itu, tapi. Kalau di tanya yang paling utama, maka aku akan menjawab biola. Karena biola lebih ringan dari viola ini, kalau Orion. Apa instrumen yang paling di sukai?" Starla melirik ke Orion.

"Aku lebih menyukai piano, karena memiliki banyak tuts yang menghasilkan berbagai nada"

"Aku tidak menyangka, bahwa kau menganggap piano seperti itu. Itu membuat ku ingin melihat mu memainkan piano"

"Jangan terlalu berharap, senior. Permainan piano ku bahkan jauh lebih buruk dari permainan violin ku, kau pasti menyesal jika mendengarnya" Orion tertawa kecil.

"Mungkin kau hanya tidak sering berlatih, semuanya pasti bisa jika sering di ulangi. Apa kau pernah berlatih?"

"Kurasa, tidak. Aku tidak memiliki waktu untuk itu, lagipula. Aku hanya memainkan instrumen untuk mengeluarkan semuanya, aku menjadikan instrumen sebagai pelampiasan emosi yang terkadang berlebihan"

"Bagaimana jika kau berlatih, Orion?"

"Memangnya di asrama ada piano? Kurasa tidak"

"Mungkin hanya di asrama kita saja yang tidak ada, tapi. Aku bisa membuat mu bermain piano, apa kau mau?"

"Benarkah? Bagaimana?"

"Di dalam museum Anfield, ada sebuah piano. Piano itu bebas di gunakan oleh siapapun, karena itu adalah fasilitas dari museum. Kau bisa bermain di sana, Orion"

"Tapi aku belum terlalu hafal jalanan di kota ini, apa kau mau menemani ku? Pergi ke museum itu, senior?"

"Tentu, kapan?"

"Bagaimana jika besok?"

"Baik, besok kita bahas rencana itu lebih jauh…" Starla berdiri.

"Aku harus kembali, Orion. Berbincang dengan mu sangat nyaman dan menyenangkan, kau teman bicara yang baik" Starla pun pergi, Orion melambaikan tangan ke arahnya.

Setelah Starla pergi dari lapangan, Orion memanggil Argus. Seperti biasanya, Argus muncul dari bayangan Orion dalam keadaan berlutut.

"Argus, bisa kau keluarkan gulungan dari guru mu itu lagi?"

"Baik, tuan" Sebuah gulungan muncul di tangan Argus.

Argus menyerahkan gulungan itu kepada Orion, Orion mengambil gulungan itu dengan hati-hati dan membukanya dengan hati-hati juga. Dia tidak ingin salah satu harta berharga bawahannya itu rusak, Argus memiliki hati yang lebih rapuh daripada hati manusia.

"Ho….Ini benar-benar hebat" Orion berkata dengan spontan, dia membaca semua yang ada di gulungan itu.

Dari yang paling atas, hingga gulungan itu sepenuhnya tidak tergulung lagi. Orion kembali menutup gulungan itu dengan hati-hati dan menyerahkannya kembali kepada Argus.

'Memang benar, bahwa skill ini sangat hebat. Tapi itu sedikit rumit' Orion duduk sambil menyandarkan dagu ke tangannya.

"Apakah tuan sudah memahami isi gulungan ini?"

Argus penasaran, karena setelah memberi pujian singkat itu. Orion sama sekali tidak berbicara setelah itu, tapi dia sudah tahu. Bahwa tuannya itu sudah mengerti sepenuhnya tentang bahasa benuanya, itu membuat Argus semakin kagum pada Orion.

.

[Memahami Skill: [Fusi], skill telah di tambahkan ke slot "Skill"]

.

[Fusi]: Skill yang memungkinkan penggunanya bisa menggabungkan beberapa hal menjadi sesuatu yang baru, beberapa hal dasar akan tetap ada meski sudah tercipta bentuk yang baru. Skill yang memungkinkan penggunanya memisahkan sesuatu yang sebelumnya sempat bersatu.

Tingkat: -

.

'Sepertinya [Concept] juga berlaku meski aku tidak menerapkannya secara langsung, tapi. Apa Argus bisa menggunakan [Fusi] juga?' Orion melihat ke Argus.

"Argus, apa kau juga bisa menggunakan [Fusi]?"

"Iya, tuan. Aku bisa menggunakannya, meski hanya sekali. Karena itu sangat sulit, sangat menguras tenaga dan Mana"

"….." Orion kembali tenggelam dalam pikirannya.

"Tuan? Ada apa?"

"Aku penasaran, apakah skill [Fusi] berlaku kepada makhluk hidup"

"Aku juga tidak tahu, tuan. Guru juga tidak pernah mengatakan apapun soal makhluk hidup dan [Fusi]"

"Baiklah, tidak usah di pikirkan"

Orion mengeluarkan sebuah Core dan batangan logam, dia meletakkan batangan logam di tangan kanan dan Core di tangan kiri. Kedua benda itu di tutupi oleh cahaya emas tipis, Argus terkejut melihat itu.

'[Fusi]'

Kedua benda yang ada di tangan Orion terurai menjadi butiran-butiran cahaya emas, yang bersatu dan melayang di hadapan Orion. Cahaya emas yang menutupi benda itu pun menghilang dan menunjukkan wujud aslinya.

Sebuah batangan Core berwarna biru muda, Orion mengambil batangan itu dan melihanya. Dia tersenyum tipis karena itu, namun senyumnya sirna seketika.

'Aku bisa merasakan banyaknya Mana ku yang terbuang karena skill ini, bahkan {Creator box} tidak membuat ku rugi apapun' Orion meletakkan batangan Core itu.

'Kalau begitu, apa skill ini juga bisa menggabungkan 2 skill atau lebih? Atau dengan skill ini juga, aku bisa memisahkan Rover dari {Black rover}?'

'Tapi, aku masih harus mencoba sesuatu…' Orion kembali mengambil batangan Core itu.

'[Fusi]'

Batangan core itu kembali menjadi butiran-butiran emas dan terbagi menjadi 2 kelompok. Cahaya emas kembali lenyap dan menunjukkan 2 benda yang tergeletak di depan Orion. Sebuah batangan logam dan Core.

'Setidaknya {Creator box} tidak bisa membuat ini, aku cukup senang sekarang'

"Baiklah, Argus. Kembalilah, aku akan kembali ke asrama" Orion berdiri setelah menyimpan kedua benda itu.

"Baik, tuan" Argus mengangguk dan kembali ke bayangan Orion.

Orion kembali ke asrama, dia segera mandi dan turun untuk sarapan bersama yang lainnya. Dia sudah memiliki rencana yang akan dia dan kedua kekasihnya lakukan, Orion merasa bahwa dia harus lebih banyak menghabiskan waktu bersama mereka berdua.

"Kiara, Kiana. Bisa kita bicara sebentar?" Orion mendekat ke sofa mereka.

"Tentu saja, Orion" Kiana mengangguk dan berdiri.

"Orion tidak perlu meminta izin kami jika harus berbicara" Kiara menambahkan.

"Kalau begitu, bagaimana jika kita keluar sebentar?" Orion berjalan keluar asrama, Kiana dan Kiara mengikuti.

"Sebenarnya, aku ingin mengajak kalian keluar dari kota. Untuk melakukan perjalanan dalam mencari lawan, aku ingin mengetahui seberapa besar peningkatan kekuatan ku…."

"Aku tahu kalau apa yang ku katakan itu sangat egois, karena aku meminta kalian menemani ku untuk memenuhi keinginan ku saja. Tapi, kalau kalian tidak mau. Itu tid-"

"Kiara, mau" Kiara langsung menyela.

"Begitu juga dengan ku, Orion" Kiana menambahkan.

"Terima kasih" Orion tersenyum.

TAP

"Jangan begitu, Orion. Aku akan mengikuti mu kemana pun, bahkan jika itu ke neraka sekali pun" Kiana berkata sambil melingkarkan tangannya di leher Orion.

"Dan aku tidak akan pernah membuat kita pergi ke neraka, meski untuk 1 detik" Orion melingkarkan tangannya di pinggang Kiana.

TAP

"Kiara tidak akan membiarkan Orion menanggung semuanya sendirian, Orion bisa mengandalkan Kiara" Kiara berkata sambil memeluk Orion dari belakang dan memunculkan wajahnya di samping Orion.

"Aku bersyukur memiliki kalian di sini, terima kasih karena mau menemani ku ke Anfield"

"Itu bukan masalah, kami juga menginginkan itu" Kiana berkata.

"Kiana benar" Kiara menambahkan.

"Tapi, ada yang membuat ku bingung"

"Apa itu, Orion?" Mereka berdua melihat ke Orion dengan bingung.

"Aku tidak menyangka, bahwa hari ini. Kalian akan seagresif ini, aku benar-benar terkejut" Orion berkata, wajah kedua kekasihnya itu sangat dekat dengan wajahnya dan tentu itu membuat wajah Orion sedikit memerah.

Kedua gadis itu sadar, bahwa mereka melakukan hal yang berbeda. Mereka langsung sadar dan kembali normal, meski rona merah masih membekas di wajah mereka bertiga. Orion mencium pipi mereka berdua, mereka senang tapi juga gugup.