webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
92 Chs

[Avenge]

Orion membuka matanya, wajah Kiana yang pertama kali di lihatnya. Orion tersenyum pada wajah polos kekasihnya itu dan mengusap pipinya, Orion turun dari kasur secara perlahan. Dia tidak ingin membangunkan Kiana, dia melihat keluar jendela.

'Lagi-lagi aku bangun terlalu awal, terserahlah'

Orion pergi ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya dan membuat dirinya segar kembali, dia melakukan itu dengan cepat dan kembali ke kamarnya. Begitu dia di kamar, Kiana sudah terbangun. Dia duduk di kasur.

"Selamat pagi, Kiana" Orion duduk di samping Kiana.

"Pagi?" Kiana melihat keluar jendela, tampak jelas bahwa dia masih mengantuk.

"Ini masih fajar, tidurlah kembali" Orion membaringkan Kiana.

"Orion mau kemana?" Kiana yang di tutupi selimut itu bertanya.

"Aku akan ke lapangan, kembalilah tidur" Orion mendekat dan mencium dahi Kiana.

Orion keluar dari kamarnya, dia turun dan keluar dari asrama. Sama seperti biasanya, dia bisa melihat Elizabeth di kebun, namun kali ini ada Meliodas yang menemaninya. Orion pun memutuskan untuk menyapa mereka.

"Selamat pagi, Orion" Elizabeth membalas.

"Pagi, Orion. Bukankah terlalu awal untuk bangun?" Meliodas berkata.

"Terkadang aku memang begini, kebiasaan di desa masih terbawa oleh ku"

"Omong-omong, kau mau kemana? " Meliodas kembali bertanya.

"Ke lapangan, aku….Ingin berlatih sedikit"

Orion sendiri bingung harus berlatih apa, dia sudah mendapatkan skill-skill baru, dia juga sudah menyempurnakan teknik berpedang miliknya yang dia gabungkan dengan beberapa teknik yang dulu dia lihat selama di desa.

'Sejujurnya aku bingung harus melatih apa lagi pada diri ku, teknik berpedang ku juga sudah maksimal untuk saat ini. Aku harus menunggu beberapa hari lagi, agar bisa melihat berbagai teknik dan gerakan…'

'Agar bisa ku jadikan sebagai referensi untuk teknik ku kedepannya, aku juga tidak bisa membuat skill banyak-banyak. Itu hanya akan memunculkan banyak opsi untuk kedepannya, dengan skill yang sekarang ku rasa sudah cukup'

"Orion, bagaimana jika aku menjadi rekan latihan mu. Untuk kali ini saja, bagaimana?" Meliodas berkata di tengah lamunan Orion.

"Aku mau, selama tuan tidak merasa keberatan" Orion merasa bersemangat.

Dia sudah tidak merasa aneh di dekat Meliodas, dia sudah terbiasa dan menganggap Meliodas sebagai orang yang akan menjaganya hingga kedepannya dan terlepas dari itu semua. Meliodas adalah calon ayah mertuanya.

"Tentu saja aku akan menyesuaikan dengan kemampuan mu…." Meliodas meletakkan keranjang yang dia bawa ke dekat Elizabeth.

"Sisanya aku serahkan pada mu, sayang" Meliodas berkata sambil melihat ke Elizabeth

"Iya, selamat bersenang-senang" Elizabeth melanjutkan urusan berkebunnya.

Orion dan Meliodas keluar dari kebun sambil berjalan menuju lapangan, mereka melakukan beberapa pembicaraan ringan. Meski hanya Meliodas yang berbicara tentang Ellina, Orion hanya mendengarkan.

Dan akhirnya mereka masuk ke lapangan, selalu ada perasaan yang berbeda. Setiap kali dia melewati penghalang yang ada di lapangan itu.

"Oh, iya. Orion, apa kau tahu bahwa lapangan asrama kita memiliki sedikit kelebihan"

"Kelebihan? Aku tidak pernah mendengar itu"

"Lapangan kita, memiliki kemampuan untuk meregenerasi tanah di dalam lapangan. Yang berarti, entah separah apa kerusakan yang di alami oleh tanah itu. Tanah itu akan tetap kembali seperti sebelumnya"

"Berarti jika aku memotong pohon, itu tidak akan tumbuh lagi" Orion memastikan.

"Kalau pohon, juga begitu. Itu akan kembali seperti semula, meski pohon itu di cabut dari akarnya sekali pun"

"Oh, begitu. Sepertinya lapangan memang cocok untuk menjadi tempat berlatih habis-habisan"

"Ya, memang begitu awalnya tujuan dari lapangan itu" Meliodas mengangguk.

Meliodas menyuruh Orion untuk mempersiapkan diri, sementara dirinya hanya berdiri diam melihat ke Orion. Orion melakukan beberapa peregangan kecil dan mengeluarkan pedang besinya.

"Loh, kau tidak mau menggunakan {Black rover}?"

"Tidak, meski {Black rover} bisa membuat ku menang melawan siapapun di dunia. Itu tetaplah kekuatan eksternal, bukan kekuatan ku sendiri. Yang mungkin suatu saat akan di bawa pergi dari ku"

"Aku terkesan dengan mu, Orion. Kau mendapatkan penghormatan kecil dari ku" Meliodas tersenyum.

"Terima kasih, tuan Meliodas"

"Nah, bisa kita mulai?"

"Baik"

"Tapi sebelumnya, aku ingin mengatakan sesuatu. Jika kau terkena 1 serangan dari ku, maka pertandingan ini berakhir. Kau tidak keberatan, kan?" Meliodas mematahkan ranting pohon.

"Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak tersentuh oleh mu, tuan" Orion mengangguk.

"Bagus, kemarilah" Meliodas menghunus ranting itu ke arah Orion.

Orion maju dengan cepat, mengayunkan pedang besinya ke Meliodas. Meliodas menghindar dan mengayunkan rantingnya ke Orion, Orion melepas gagang pedangnya dan gagang itu di tangkap oleh tangan Orion yang lainnya dan dia bisa menahan tebasan ranting itu.

'Bahkan dengan sebatang ranting, aku bisa di buat bergeser sedikit'

Orion mengambil langkah mundur, namun Meliodas tidak membiarkan itu. Dia kembali mengayunkan rantingnya kepada Orion, Orion terpaksa untuk menahan itu. Dia tidak bisa menghindari serangan-serangan itu.

Selain menggunakan pedangnya, Orion juga menyerang sesekali menggunakan kaki dan pukulan dari tangan kanannya. Namun Meliodas sama sekali tidak tersentuh, Meliodas mundur sejenak.

"Wah, meski sudah pernah melihat bagaimana caranya kau bertarung. Tapi aku tetap terkesan, kau sama sekali tidak menyia-nyiakan apapun. Sungguh hebat" Meliodas bertepuk tangan.

"Pujian mu bisa membunuh ku, tuan Meliodas" Orion tersenyum.

"Jika kau mengagungkan pujian ku, mungkin itu bisa terjadi" Meliodas tersenyum juga.

Meliodas kembali maju, Orion melempar beberapa bola api ke arah Meliodas. Namun dia bisa menghindari itu dengan mudah, Orion melempar sebuah bola cahaya ke arah Meliodas dan bola itu meledak.

'Kesempatan' Orion maju.

Namun Meliodas tetap melangkah sambil menutup matanya, Orion langsung bergerak dengan cepat ke samping. Dia langsung melempar pedangnya ke Meliodas, Meliodas kembali membuka matanya dan menepis pedang itu.

'Kalau sedekat ini, pasti kena' Orion berada 1 langkah di depan Meliodas, dengan tangan kanannya yang teracungkan ke Meliodas.

Sebuah tornado keluar dari telapak tangan Orion, bersiap untuk menghantam Meliodas. Meliodas bisa bereaksi, dia mengayunkan rantingnya ke arah tornado itu.

TING

Tornado yang awalnya bergerak untuk maju, tiba-tiba tak terkendali dan menghantam Orion dengan keras. Orion terlempar ke belakang dengan keras dan kasar, tubuhnya menghantam sebuah pohon hingga banyak daun dari pohon itu yang berguguran.

"Wah, itu tadi sungguh sihir yang hebat" Meliodas berkata.

'Apa itu?' Pikir Orion.

Orion masih tersungkur di tanah lalu mencoba untuk duduk, dia bisa merasakan sakit di punggungnya dan di dadanya yang dihantam tornado itu.

"Meski cukup singkat, tapi tadi sangat menyenangkan" Meliodas mendekati Orion.

"Apa yang terjadi?" Orion masih bingung, dia yakin bahwa yang seharusnya begini adalah Meliodas.

"Singkatnya, aku mengembalikan serangan mu itu…." Meliodas berlutut di depan Orion dan menyerahkan sebuah kantung air.

"Minumlah"

"Baik" Orion pun langsung minum, setelah itu dia mengembalikan kantung air itu.

"Tuan Meliodas, tentang sihir yang sebelumnya. Apa itu?"

"Itu sebuah skill, [Avenge]. Dan yang kau rasakan itu adalah teknik turunan darinya, [Avenge: Direct]"

"Skill macam apa [Avenge] ini?"

"Skill yang bisa membuat ku membalas serangan yang di tujukan kepada ku dalam bentuk yang sama, namun kekuatannya beberapa kali lipat dari aslinya"

"….." Orion terdiam.

'Membalikkan dan meningkatkan kekuatan dari serangan itu sendiri, itu gila!!!' Orion berteriak di pikirannya.

"Tapi, skill itu tidak benar-benar membalikkan serangan yang di tujukan pada ku. Aku juga membaginya menjadi beberapa jenis, agar bisa menggunakannya lebih optimal. Contohnya saja dalam bentuk direct…"

"Itu membuat serangan yang di balikkan menjadi lebih cepat, namun kekuatannya tetap dan itu hanya berlaku jika lawannya berhadapan langsung dengan ku"

"Tapi, bukankah hanya dengan membalikkan serangan lawan saja sudah berbahaya"

"Ya, jika kau berkata begitu. Itu memang benar, tapi bukankah lebih baik jika lebih kuat"

"Kau benar, tuan"

"Meski itu cukup singkat, tapi tetap menyenangkan. Aku harus pergi, sampai jumpa lagi Orion" Meliodas membuang rantingnya.

"Tuan Meliodas, bolehkah aku meminta mu untuk mengajarkan ku skill itu?"

"Aku tidak keberatan, tapi akan ku ingatkan. Bahwa skill ini sangat sulit untuk di pelajari, Alvin dan yang lainnya juga meminta ku mengajari mereka. Tapi mereka tidak bisa, bahkan Ellina"

Orion tetap tidak keberatan untuk mempelajari skill itu, Meliodas setuju untuk mengajarinya. Namun dia memberi Orion 2 buah syarat, dia hanya perlu memenuhi 1 syarat saja.

Syarat pertama, Orion harus menunggu hingga dirinya menjadi murid tahun ke-3. Dan syarat kedua adalah jalur alternatif, jika menurut Orion syarat pertama terlalu lama. Yaitu menjadi salah satu dari 10 Takhta.

Orion menyanggupi syarat itu dan dia berniat untuk mengambil syarat kedua, baginya menunggu 2 tahun itu terlalu lama. Meliodas hanya tersenyum tipis mendengar itu dan dia pun pergi meninggalkan Orion.

.....

"Argus" Orion berkata, Argus keluar dari bayangan Orion sambil berlutut.

"Ada apa, tuan?"

"Berdirilah" Mendengar itu, Argus pun berdiri.

"Argus, kau memiliki berapa elemen sihir?"

"Saya memiliki 4 elemen sihir, kegelapan, angin, api dan khusus"

"Ho….4 elemen, aku jadi penasaran. Seberapa kuat ras iblis, jika mereka menganggap seorang iblis dengan 4 elemen hanyalah sebuah sampah"

"Saya sendiri tidak tahu, tuan"

"Lupakan saja itu, tapi terlepas dari ras mu. Kau adalah iblis yang berbakat Argus, hanya saja terhalang oleh iblis yang jauh lebih berbakat dari mu"

"Terima kasih atas pujian mu, tuan"

TAP

"Baiklah, sekarang ke topik utamanya…." Orion menepuk tangannya.

"Argus, tetaplah diam" Orion merentangkan tangannya.

TAP

Tangannya menyentuh bahu Argus, Argus bingung. Namun dia bisa melihat bahwa Orion saat ini tidak ingin mendengar pertanyaan apapun, jadi dia juga hanya diam saja.

SRING

Argus di tutupi oleh cahaya yang warnanya silih berganti, hingga akhirnya cahaya itu lenyap dan Orion menyingkirkan tangannya dari Argus.

"Sudah merasakan sesuatu?"

"Saya tid-"

Detik itu juga, Argus merasakan bahwa sesuatu telah masuk ke dalam kepalanya. Sekarang pada kepalanya terdapat beberapa pemahaman baru, yang sebelumnya tidak ada di sana.

"Tuan, ini adalah…"

"Itu adalah skill ku, aku memberikan mu skill ku yang cocok dengan elemen sihir mu. Bukankah kau hanya memiliki sedikit skill?"

"….." Argus mengangguk.

"Hei, ada apa?" Orion bingung melihat Argus yang sedikit bergetar.

"A-aku tidak tahu harus berkata apa…." Argus berlutut.

"Kata-kata tidak bisa di gunakan…." Argus mulai bersujud.

"Untuk menjelaskan bagaimana kebaikan mu kepada ku, tuan….

"TERIMA KASIH BANYAK!!!!" Argus bersujud sepenuhnya.

"Argus, tenanglah. Ini sudah keharusan bagi ku, karena aku adalah tuan mu. Dan aku jugalah orang yang akan membuat mu menjadi "Sampah terbaik", jadi kau tidak perlu merendah begitu"

"Aku akan berusaha agar bisa menjadi "Sampah terbaik", yang bisa di miliki oleh dunia" Argus masih bersujud.

"Sudah, berdirilah"

Argus kembali berdiri, Orion melihat bawahannya itu dengan senyum tipis. Argus mengelurkan sesuatu entah dari mana, Orion berasumsi bahwa itu adalah semacam tempat penyimpanan. Terdapat sebuah gulungan di tangan Argus.