Agatha Gianina menjadi bahan buah bibir di sekolah. Minimnya prestasi yang biasanya tidak pernah dia dapatkan dan banyaknya masalah yang dia buat. Itu merupakan hal yang biasa. Tapi siapa sangka, jika Agatha Gianina akan menjadi buah bibir dengan nilai ujian akhir nasional dengan nilai yang nyaris sempurna. Bahkan, mengalahkan sahabatnya sendiri. Arbelia Dealova, pemilik gelar juara umum nilai terbaik di SMA Green Garden.
Rei yang kini masuk ke dalam raga Agatha, memberikan kejutan ke pada teman-teman satu angkatannya dengan menjadi juara umum dengan nilai tertinggi dan nyaris sempurna.
"Ada apa Bel?" tanya Agatha alias Rei,
"Please, bilang sama gue. Apa yang buat lo jadi tiba-tiba pintar? Lo gak nyogok guru kan? Jangan bikin gue nethink sama elo. Lo tu sahabat gue, dan gue tau kalau lo tu----"
"Bodoh" lanjut Rei yang kini tampak menatap Abel. Jujur saja, Abel tak enak hati dengan apa yang seharusnya tidak dia katakana. Tapi, Abel penasaran. Kenapa Agatha bisa berubah menjadi jenius dalam waktu sekejap.
"Bukan gitu maksud gue" ralat Abel tak enak hati.
"Aku hanya berusaha agar Luo tidak memandangku sebelah mata. Aku belajar lebih giat" dusta Rei, membuat Abel menganggukkan kepala.
"Gue kira lo bakar buku-buku pelajaran, terus lo minum sari airnya" celoteh Stevi yang kini muncul entah dari mana.
"Aku tidak se-ekstrem itu" tandas Rei.
Semua siswa berkerumun di depan kelas Agatha.
Sibuk dengan rasa penasaran mengenai hasil nilai ujian yang keluar hari ini. Agatha dan teman-temannya kompak mengangkat bahu. Merasa miris dengan rasa keingin tahuan teman-teman mereka yang bisa dibilang, terlalu berlebihan.
Tiba-tiba gerombolan itu menghilang, ntah kemana segerombolan orang-orang kepo itu pergi. Membuat Agatha alias Rei beserta teman-temannya bernafas legah. Mereka tidak perlu berdesakan untuk ke luar pergi ke kantin.
"Kepo amat!" maki Stevi,
"Biarin aja. Mungkin mereka penasaran. Apa rahasia di balik nilai ku" ungkap Rei,
"Lo sih toa!" tunjuk Stevi kepada Abel, yang kini menggaruk lehernya yang tidak gatal.
"Ya map. Kan gue kaget. Baiasanya nama gue paling atas. Lah, tiba-tiba turun jadi nomer dua. Ya paniklah gue" curhat Abel.
"Selamat ya Gatha" kata Rion tiba-tiba, membuat Abel terjungkal. Pasalnya hanya ada mereka bertiga di kelas. Kehadiran Rion yang tiba-tiba membuat Abel kaget.
"Njir! Ni orang gak ada permisi-nya ya? Heran deh!" maki Abel.
"Aku sudah menyapa kalian bertiga tadi. Tapi kalian bertiga malah asyik ngobrol sendiri" ungkap Rion.
Abel dan Stevi kompak mengangkat bahu mereka. Menandakan mereka tidak tahu dengan kehadiran Rion di tengah-tengah mereka.
"Aku ikut senang. Kamu sudah mendapatkan nilai terbaik" sambung Rion, "bagaimana kalau kita rayakan?"tawar Rion, membuat Stevi dan Abel berbinar-binar mendengar kata perayaan yang keluar dari mulut Rion.
"Setuju gue!" sahut Abel,"mau makan di mana kita?" tanya Abel dengan wajah penuh gembira,
"Em-, aku hari ini ada janji sama Luo. Bagaimana kalau aku tanya dia dulu."usul Rei membuat Rion tidak suka.
"Tentu saja boleh. Lebih banyak orang, lebih baik" sambung Stevi,
"Baiklah. Aku segera kembali" kata Rei sembari bangkit dari tempat duduknya dan pergi menghubungi Luo, kekasihnya.
*.*.*
Sementara itu, di tempat Luo bekerja. Luo bergegas untuk segera menghampiri Agatha, karena Agatha ingin mengajak Luo makan siang bersama teman-temannya. Sejujurnya, Luo tidak ingin ikut mereka pergi makan siang. Luo ingin melanjutkan meetingnya terlebih dahulu setelah itu dia kaan meluangkan banyak waktu untuk Agatha.
Sayangnya, semua rencana itu sirna. Ketika Agatha mengatakanbahwa Rion juga bergabung dengan mereka untuk ikut makan siang. Luo segera bergegas mengakhiri pekerjaannya hari ini dan menyerahkan beberapa pekerjaannya yang tertunda ke pada Aheng dan Naraka, sahabatnya.
"Mau ke mana? Buru-buru amat!!" tegur Aheng kepada Luo yang tak henti-hentinya menatap jam dinding di ruangannya.
"Aku mau pergi makan siang dengan Agatha"
"Tumben?" sindir Aheng,
"Jangan buat perkara" kata Luo memperingatkan sahabatnya,
"Serius. Biasanya kamu gak pernah makan siang" kata Naraka mengingatkan Luo tentang kebiasaan pola hidupnya yang tidak teratur.
"Aku hanya tidak ingin, Gatha bersama dengan Rion" aku Luo jujur.
"Rion?"
"Hmm, dia semakin gencar mendekati Gatha akhir-akhir ini. Bahkan, kemaren dia sempat ke apartemen dan mengganggu kami berdua." Curhat Luo membuat Aheng dan Naraka terkekeh.
"Jadi, sekarang kamu mulai jatuh cinta dengan Agatha?" tanya Aheng memastikan perasaan sahabatnya dengan indera pendengarannya sendiri.
"Sepertinya begitu" jawab Luo membuat Aheng dan Naraka kompak menatap ke arahnya.
"Serius? Lalu bagaimana dengan Rei?" tanya Naraka penasaran dengan jawaban Luo,
" Aku juga bingung dengan diri ku sendiri." aku Luo membuat Aheng dan Naraka kompak menghempaskan tubuh mereka berdua ke atas sofa empuk yang berhadapan dengan Luo, bos sekaligus sahabatnya.
"Bukankah itu sangat egois? Kamu mempermainkan perasaan dua orang?" tanya Aheng, memberikan komentar pedas ke pada Luo.
"Rei belum tentu mengingat keberadaan ku" jawab Luo,"aku juga tau. Aku lah yang membuatnya selama ini menderita. Membawanya ke dalam masalah yang seharusnya dia tidak ikut campur dan tau keberadaan ku. Aku akan menyelesaikannya nanti saat dia bangun" lanjut Luo.
"Lalu bagaimana jika dia ingin kamu bertanggung jawab untuk hidup nya?" desak Naraka, membuat Luo mau tidak mau menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Luo yakin, apa yang dilakukan sahabatnya demi dirinya. Mereka tidak ingin Luo memilih hal yang salah dan bahkan merugikan Luo seperti yang selama ini Luo lakukan. Kepada Bara dan keluarga besar Fernandez.
"Akan aku lakukan" tandas Luo.
"Termasuk meninggalkan Agatha?" tanya Aheng yang kini ikut meyakinkan Luo dengan keputusannya.
"Aku tidak tahu" sahut Luo dengan tatapan kosong.
Tidak ada yang mengenal Luo sebaik Aheng dan Naraka.
Aheng dan Naraka dapat mengetahui dengan jelas jika sahabatnya saat ini sedang dilema.
*.*.*
Luo segera memarkirkan mobilnya di sebuah pelataran café dekat sekolah Agatha. Luo terlambat untuk ikut pergi makan siang bersama Agatha dan teman-temannya karena drama Aheng dan Naraka. Sungguh , Luo sangat kesal saat ini.
"Maaf, aku terlambat" kata Luo dingin.
Bagaimana Luo bisa bersikap ramah jika Rion secara terang-terangan menggoda gadisnya.
"Eh, Kak Luo datang! Aku kira Agatha bercanda tadi" kata Abel dengan senyuman khasnya.
Luo menganggukan kepalanya. Menyapa sahabat-sahabat Agath, termasuk Rio.
Luo segera mengambil tempat duduk di samping kanan Agatha.terlihat gadisnya itu, telah mengosongkan satu kursi untuknya. Luo tersenyum dalam hati, mendapatkan perhatian sekecil itu dari Agatha sudah membuatnya senang.
"Apakah kalian sudah memesan makanannya?" tanya Luo basa-basi.
"Sudah. Bisa mati kelaparan kalau kita menunggu kedatangan mu yang terlambat satu jam" jawab Rion dengan nada yang mencemooh.