Seoul
Gadis itu begitu cantik, dengan gaun pengantin yang melekat di tubuhnya, tanganya menggenggam sebuket bunga baby breath, rambutnya tergerai indah dengan flower crown di kepalanya, gadis itu tersenyum melihat Chanyeol yang sudah berdiri di depan Altar.
"Yeppeune"
Gumam Chanyeol setelah gadis itu sudah berada di hadapanya, tanpa ragu tanganya menggandeng tangan gadis itu.
Sesekali Chanyeol mencuri pandang, kemudian keduanya kembali tersipu, mereka berdua tampak manis.
Chanyeol merasakan perasaan menyenangkan yang masih asing baginya, perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya yaitu 'Bahagia', karena hanya kata itu yang dapat dia pikirkan untuk menggambarkan perasaanya saat ini.
"Ini sungguh bukan mimpi?" Chanyeol menatap lekat wajah cantik gadis itu, "... jika iya aku memilih tidak terbangun demi bisa terus bersamamu"
Tanganya mengusap lembut pipi gadis itu yang kini bersemu merah, gadis itu sedang tersipu.
Setelah mengucapkan janji pernikahan mereka, Chanyeol menyematkan cincin di jari manis gadis yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya, begitupun gadis itu
"Gomawo, aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu" Chanyeol mengecup dahi gadis cantik itu.
"Ne, gomawo Chanyeol-ie, terimakasih sudah memperlakukan gadis sepertiku dengan baik"
Chanyeol mengecup kening gadis itu sekali lagi, keduanya terpejam menikmati saat-saat bahagia mereka.
Perlahan Chanyeol membuka matanya, kepalanya terasa nyeri, air matanya mengalir dari kedua sudut matanya, dia merasa bahagia saat ini, entah kenapa semua yang dia rasakan saat ini sangat bertentangan.
Dia merasakan nyeri di kepalanya, tapi apa yang dia rasakan saat ini sangat menyenangkan, dia merasa bahagia tapi saat ini dia menangis, dan ada perasaan bersalah yang entah berasal dari mana.
"Yeol, kau sudah sadar" Sehun melihat Chanyeol membuka matanya "...Aku akan memanggil dokter dan keluargamu"
'grep' Chanyeol menahan tangan Sehun.
"Sehun-ah, apa yang terjadi padaku?" Chanyeol bertanya, suaranya sangat lemah.
Sehun menautkan kedua alisnya 'apa dia tidak mengingatnya?, dia benar-benar amnesia?'
"Yeol, apa kau lupa?, kau mengalami kecelakaan" Chanyeol hanya terdiam mendengar penjelasan Sehun. "...kau tunggu sebentar, aku akan memanggil ibumu, dia mencemaskanmu"
"Hun, berapa lama aku tidak sadarkan diri?" Chanyeol masih dengan suara lemah.
"Hmm...aku rasa kau sudah 2minggu tidak sadarkan diri"
Sehun meninggalkan Chanyeol yang masih terlihat lemah, dia tidak mengingat apa-apa sebelum kecelakaan terjadi, bahkan dia melupakan gadis yang bersamanya saat kejadian.
"Yeol, kau sudah bangun nak?, syukurlah...eomma hampir putus asa saat dokter mengatakan jika kemungkinan kau akan mengalami amnesia" Ibu Chanyeol sembari memeluk anaknya.
Chanyeol masih terdiam matanya dia layangkan ke seluruh penjuru kamar, dia merasa ada yang kurang, tapi dia tidak bisa memastikan itu apa.
"Yeol, dokter belum bisa memastikan kau mengalami amnesia partial atau tidak, mereka sudah lama menunggumu membuka mata untuk memastikanya" Sehun berdiri di samping tempat tidur Chanyeol.
Seorang laki-laki menggunakan jas putih menghampiri Chanyeol dan Ibunya dengan senyum nya.
"Oh, sungguh mengejutkan...kau terbangun setelah tidurmu selama hampir 2 minggu"
"Dokter kepalaku sakit sekali"Chanyeol mengeluhkan sakitnya pada dokter laki-laki yang bernama Yoo jae seok itu.
"Apa kau mengingat saat kejadian, kau bersama siapa atau kau melakukan apa sebelum kejadian kecelakaan itu?" Tanya dokter Yoo, sembari melihat status perkembangan Chanyeol.
"Aku tidak mengingat apa-apa, jika aku mencoba mengingatnya kepalaku terasa sangat sakit, seperti saat ini" Chanyeol dengan suara parau.
"Baiklah, kau tidak usah memaksakan diri, ini bertahap harus perlahan, jika tidak...itu akan menyakiti dirimu sendiri, baiklah sebaiknya kau beristirahat kembali" Dokter Yoo menepuk bahu Chanyeol kemudian laki-laki berusia 40an itu undur diri dari kamar perawatan Chanyeol.
keadaan Chanyeol yang mengalami amnesia adalah kesempatan bagi keluarga laki-laki itu untuk menutupi kejadian sebenarnya dan menutupi kehadiran seorang gadis bernama Byun Baekhyun yang telah di hamili Oleh Chanyeol dengan alasan jika itu tersebar akan menjadi aib begi keluarga Park.
Sehun tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya menuruti apa yang Ibu Chanyeol minta, wanita itu hampir berlutut padanya memohon agar dirinya tidak pernah mengungkit masalah yang menimpa anaknya yaitu Park Chanyeol.
Sesaat setelah kejadian kecelakaan, petugas Rumah sakit memberitahu jika Chanyeol mengalami kecelakaan bersama seorang gadis, dan gadis itu tengah mengandung janin berusia 4 minggu yang sayangnya tidak bisa di selamatkan karena kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa Chanyeol dan gadis itu.
Orang tua Chanyeol berdalih jika mereka tidak mengenal gadis itu, dan mungkin saja gadis itu hanya seorang pejalan kaki yang kebetulan menjadi korban, tapi semua orang tahu jika tubuh gadis itu di temukan di dalam mobil bersama Chanyeol dan tengah berpegangan tangan dengan laki-laki keturunan Park itu, tapi semua pihak hanya diam dan menutupi kejadian itu
Hingga kedua orang tua gadis itu datang pun, mereka hanya mengatakan jika gadis itu mengalami kecelakaan berbeda dengan laki-laki keturunan keluarga Park itu.
"Gadis yang malang" Gumam salah seorang perawat perempuan dengan nama Min seok saat menyeka tubuh gadis itu di waktu sore hari "...jika kelak kau terbangun, jadilah gadis yang lebih kuat, laki-laki itu mencintaimu, tapi keluarganya tidak menginginkan itu" Min seok kembali melanjutkan pekerjaanya "...jika kau terbangun dan mengingat semuanya, perjuangkanlah hak mu, kau bukan aib, kau gadis cantik bahkan sangat cantik, dan kau masih sangat muda, bangunlah"
Min Seok membereskan peralatannya, dan bersiap meninggalkan ruangan Baekhyun di rawat.
"Cepatlah bangun, masa depanmu masih panjang, dan berbahagialah" Min seok mengusap rambut Baekhyun layaknya seorang kakak.
.
.
.
Osaka, Jepang
Gadis Cantik itu tidak juga membuka matanya setelah kecelakaanya bersama Chanyeol, bahkan ini sudah hampir satu bulan gadis itu tertidur. keadaan baekhyun yang tidak juga mengalami kemajuan setelah kecelakaan itu, membuat Kedua Orang tua gadis itu memutuskan membawanya ke Jepang untuk penanganan lebih lanjut.
"Bangunlah nak, ibu berjanji tidak akan memarahimu lagi, ibu juga berjanji akan membiarkanmu kuliah di kampus manapun yang kau inginkan" wanita itu menangis sambil manggenggam tangan putri sulungnya yang belum juga membuka matanya.
"Sayang, istirahatlah" Junmyeon menepuk pundak istrinya yg setiap harinya hanya duduk di samping Baekhyun, wanita itu tidak cukup tidur dan makan, dia tidak bernafsu untuk makan jika mengingat perjuangan putrinya yang mendapatkan nutrisi berupa cairan melalui selang makan yang terpasang dari hidung bangir gadis itu.
"Aku akan menggantikanmu, kau belum tidur semalaman" Jun myeon memeluk pundak istrinya.
Wanita itu hanya mengangguk patuh pada Jun myeon.
"Irene-ah" Wanita itu menoleh pada Jun Myeon "...Jangan sakit" Irene hanya tersenyum lembut pada suaminya yang tak kalah berantakan saat melihat putri nya hanya terbaring tanpa mau membuka matanya.
"Ya, kau juga" Irene memeluk JunMyeon dan menyandarkan kepala pria itu di perutnya.
Jun Myeon tidak menyangka jika keputusanya membiarkan putrinya tinggal jauh darinya akan berakibat seperti ini, sepasang suami istri itu hampir putus asa.
Dua hari lagi, JunMyeon dan Irene akan menunggu anak gadisnya terbangun dari tidur nya, tapi jika dua hari mendatang Baekhyun tidak juga membuka matanya, mereka sudah memutuskan akan melepas semua alat penopang hidup untuk Baekhyun.
Dokter yang merawat gadis itu tidak mengerti dengan kondisi pasienya, secara teori penanganan pada gadis itu sudah tepat, dan seharusnya gadis itu bisa terbangun setelah evakuasi perdarahan di kepalanya, kondisinya cukup stabil tapi entah kenapa gadis itu tidak juga membuka matanya.
"Apa kau bermimpi indah sayang?" Jun Myeon mengusap kepala Baekhyun yang tertutup verban "...lihatlah kau begitu cantik nak" Jun myeon tak kuasa menahan tangisnya "... putri cantik Appa cepatlah bangun, hmm"
Baekhyun terbangun di sebuah kamar yang di dominasi dengan warna putih dengan jendela kamar yang sudah terbuka lebar membuat tirai tipis berwarna putih itu melambai terkena sapuan angin pagi yang masuk ke dalam kamarnya.
Dalam kerjapan pertama nya, mata Baekhyun menangkap sosok laki-laki sedang tersenyum lembut padanya, senyum yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya akan ikut menyunggingkan senyumnya, manis...bahkan terlalu manis.
"Selamat pagi sayang"
Suara berat laki-laki itu membuat hatinya menghangat di pagi yang cukup dingin saat musim gugur ini.
Baekhyun masih tidak percaya dengan suasana pagi ini yang begitu indah, dia merasa ini terlalu indah, bahkan ini seperti mimpi, tapi sosok laki-laki yg berbaring di sampingnya itu begitu nyata.
Tanganya perlahan bergerak menyentuh pahatan wajah pria yang masih tersenyum menatapnya itu, Wajahnya tampan dan begitu lembut, bibirya ranum seperti buah plum, dan matanya yang lebar menambah kesan tampan dan seksi, "dia sempurna" Batinnya.
"Gomawo" Baekhyun tiba-tiba, membuat kedua alis pria itu bertaut.
"Terimakasih sudah memperlakukan gadis sepertiku dengan baik" kemudian Baekhyun memeluk erat tubuh laki-laki itu dan membenamkan wajahnya pada dada bidang nya, tubuhnya begitu kekar dan tinggi, dan itu membuat Baehyun merasa nyaman berada disana.
Laki-laki itu membalas pelukan Baekhyun dan menepuk-nepuk pelan punggung gadis itu.
"Baekhyun-ah, gwenchana...buka matamu sayang" laki-laki itu masih menepuk-punggung gadis itu, kemudian memegang pundak gadis itu dan sedikit menjauhkan wajah Baekhyun dari dadanya.
"Buka matamu sayang, bangunlah aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu"
Baekhyun membuka matanya perlahan, pada kerjapan pertamanya dia melihat langit-langit kamarnya saat ini, tangan nya mulai bergerak pelan dan tak sengaja menyentuh pundak seseorang.
"Baekh?, Baekhyun, kau kembali nak??"
Junmyeon merasakan tangan Baekhyun menyentuh pundaknya, dan pria itu terlihat senang saat melihat anak gadisnya membuka mata untuk pertama kali setelah satu bulan.
Setelah dirinya dan Irene hampir putus asa, di sisi lain Tuhan memberikan mukjizatnya.
.
.
.
Tbc.