webnovel

Surrounded By Powerful Men

Bermula dengan seorang gadis yang bernama Selena Rosellea Parker yang sering di buli di sekolahnya oleh rakan sekelasnya yang merupakan Gangster kawasan itu.Oleh disebabkan pengaruh pembuli yang besar,Selena terpaksa berdiam diri bagi melindungi keluarga dari menjadi mangsa. . . . Dalam perjalanan dari sekolah, Selena berjalan menuju ke tandas awam di kawasan itu sambil membawa buku sekolah dan satu buku berwarna biru yang merupakan tempat luahan perasaannya dengan pakaian yang kotor. Selena menangis teresak-esak di sudut tandas awam itu sambil tangannya sibuk menulis sesuatu di dalam diari birunya. . . . Selena Rosellea Parker,seorang gadis yang berwajah jelita namun terhalang dengan kaca mata besarnya.Walaupun begitu dia sering dibuli kerana kesenyapan dan kelembutannya. Setelah pertemuan dengan seorang Mafia King,hidupnya berubah 360 darjah.Musuh mula mencari dan mengincar dirinya kerana menjadi dambaan sang raja. Bahkan benteng hati sepupu dan bawahan sang raja turut tergugat dengan kelembutan si gadis.Musuh juga mula terjatuh ke dalamnya. . . . Siapakah yang bakal mendapat hati gadis ini?Apakah ada rahsia yang tak dijangka bakal muncul?

Sam_Azwa · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
20 Chs

Berita gembira

.

.

.

Serena Thalia Parker mengenakan gaun ringkas berwarna putih di tubuh nya dengan veil menutupi wajah. Dia berjalan di sepanjang aula dengan bunga ditangan sambil tersenyum ke arah Daniel Benjamin yang sedang menunggunya.

'Pada akhirnya, kau satu- satunya yang menjadi yang pertama dan terakhir aku, Thalia...' ujar batin Daniel Benjamin. Dirinya berasa bersyukur kerana penantian yang ditunggu akhirnya tiba.

' Pada tika ini, saat ini, kau lah yang menjadi penghuni dalam jiwa ini, Danny...' ujar batin Serena Thalia.

Akhirnnya Serena sampai kepada Daniel Benjamin yang sedang menunggunya. Mereka saling berpandangan antara satu sama lain.

Daniel Benjamin memegang pipi Serena lalu menciumnya dengan lembut di dahi gadis itu.

" Saya akan pastikan saya akan jaga awak dengan sebaiknya, bagaikan nyawa saya, kita hidup bahagia bersama, ada anak bersama," Kata janji yang diucapkan kepada Serena itu menyebabkan air mata kegembiraan jatuh.

" Ya," Balas Serena Thalia dengan terharu. Dia kemudiannya memeluk Daniel Benjamin dengan erat.

.

.

.

Serena Thalia memakai baju lingerie berwarna merah.

" Seksi lah baju ni," ujar Serena Thalia yang sedang bersendirian saat dia melihat pantulan tubuhnya di hadapan cermin setelah selesai majlis perkahwinan mereka. Sesungguhnya hari ini dia sungguh lelah namun dia telah dengan jayanya menjadi milik lelaki yang dicintainya.

Tiba-tiba seorang lelaki memeluk pinggang ramping itu dari belakang.

" You looks so sweet,dear..." Ujar Daniel Benjamin yang telah sah menjadi suami Serena Thalia dengan nada yang menggoda.

" Can i eat you?" Tanya Daniel yang menggodanya itu. Dagu Daniel diletakkan di leher sang gadis itu. Hembusan hangat nafas lelaki itu menyentuh lembut leher telanjang gadis itu.

"Ah," aduh kecil Serena saat Daniel Benjamin menggigit lembut leher telanjang itu sehingga meninggalkan tompokkan merah.

" I will make you unable to walk tomorrow," Kata Daniel Benjamin dengan nada yang menggoda sang isteri.

" Huh? Err," Serena Thalia tidak dapat berkata- kata. Dia bagaikan hilang kosa kata dan tatabahasa saat ini. Kata- kata sang suami membuatkan dirinya tidak keruan. Wajahnya bahkan merona merah saat itu.

Daniel dengan tangkas menggendong Serena lalu berjalan ke arah ranjang mereka yang dihiasi oleh taburan bunga ros merah.

Daniel yang memakai baju t shirt putih melepaskan bajunya itu lalu menonjolkan six packs yang menggiurkan.

Serena menutup wajah manis yang merona merah itu menggunakan kedua- dua tangan. Ini adalah kali pertamanya, jadi dia agak segan dan malu.

Daniel mencapai tangan Serena yang menutupi muka itu. Dia melihat wajah cantik itu merona merah. Malu.

Daniel ketawa kecil saat melihat telatah sang isteri terhadapnya.

Lelaki itu mengusap lembut bahu sang isteri dan melepaskan lingerie yang berada di tubuh mulus itu.

Lampu di bilik itu dipadamkan.

.

.

.

Beberapa minggu berlalu setelah perkahwinan Serena Thalia dan Daniel Benjamin.

Serena bangun mendadak dari tidur pada pagi itu. Tekaknya berasa loya secara tiba-tiba. Dia berasa ingin muntah saat itu. Dia berlari ke sinki tandas di bilik mereka. Daniel yang saat itu tertidur lena bangun serta- merta saat isterinya terbangun sambil muntah- muntah itu.

Dia menggosok belakang badan sang isteri untuk mengurangkan loya.

" Kenapa ni? " Tanya Daniel dengan cemas lalu menghulurkan tisu kering yang berada di pinggir sinki kepada Serena yang masih muntah.

Serena membalas dengan gelengan kepala tanda tidak tahu. Dirinya masih berasa loya.

" Ke saya..." Serena menoleh ke arah Daniel Benjamin sambil tangan memegang perut kempis nya itu.

"Mengandung?" Tanya Daniel Benjamin sambil mata berwarna coklat itu membulat tidak percaya.

Daniel dengan pantas memakai baju t shirt dan mencapai dompet untuk keluar ke farmasi.

Serena Thalia bingung melihat Daniel berlari keluar dengan tergesa- gesa. Dia perlahan- lahan keluar dari tandas lalu melabuhkan punggung di katil mereka.

Beberapa saat Daniel Benjamin sampai dengan plastik putih di tangan kanan dan dihulurkan kepada Serena Thalia.

Serena mengambil plastik tersebut dan mengambil pregnancy test di dalamnya dan berjalan ke tandas semula untuk melakukan tes.

Serena Thalia menunggu dengan debar. Dia menutup mata. Perlahan-lahan dua garis biru muncul di tes itu.

Serena menangis kegembiraan bahkan suaranya juga kedengaran hingga keluar tandas tersebut. Dia menyentuh perut yang berisi bayinya bersama Daniel Benjamin.

Daniel Benjamin bergegas masuk ke dalam tandas tersebut. Dia melihat isterinya menangis teresak- esak.

" Kenapa,Lia?!" Tanya Daniel dengan cemas saat melihat Serena menangis.

"Saya mengandung, saya mengandung, awak! Kita akam ada anak," Ujar Serena Thalia. Air mata mengalir keluar.

"Ye? An, Anak saya?," Daniel mendekati Serena Thalia lalu menyeka air mata gadis itu. Dia sungguh gembira ketika ini.

"Anak ayah, ni ayah ni, cepat cepat lahir tau," Daniel Benjamin merundukkan diri. Dia memeluk pinggang Serena Thalia sambil mendekatkan telinga nya ke perut sang isteri. Serena yang melihat adegan itu mengusap lembut rambut Daniel.

"Esok kita pergi check up," ujar Daniel Benjamin kepada Serena Thalia. Sang isteri hanya mengangguk.

.

.

.

" Tahniah,puan Serena. Puan mendapat anak kembar," Ujar doktor wanita yang bertanggungjawab terhadap Serena Thalia.

Daniel Benjamin dan Serena Thalia berpandangan antara satu sama lain. Mereka tidak menyangka bahawa mereka mendapat anak kembar.

"Awak kena kerja keras lah kali ni, sebab dua ni nak keluar ni," Bidas Serena Thalia sambil menyiku si suami yang berada di samping nya.

"Aduh, yelah awak, kerja keras lah saya kali ini nak sara kita berempat ni," Balas Daniel Benjamin sambil mengusap perut Serena Thalia.

Doktor wanita yang ada di sana tersenyum melihat kemesraan pasangan itu.

Namun, Serena menyedari si suami sering sibuk tetapi dia hanya menganggap bahawa suami nya itu sibuk menghasilkan wang untuk sara mereka dan bayi yang bakal lahir ini.

Handphone Daniel Benjamin berdering. Satu panggilan yang tidak dikenali masuk.

Daniel Benjamin meminta izin untuk keluar dari ruangan itu. Dia bergegas keluar untuk menjawab panggilan misteri itu.

Serena melirik samg suami. Dia perasan bahawa suaminya itu sangat sibuk akhir-akhir ini. Serena pun kembali membincangkan tentang langkah yang seterusnya. Tiba-tiba Daniel Benjamin masuk semula ke ruangan itu. Dia juga turut mendengarkan penjelasan doktor wanita tadi. Wajah lelaki itu berkerut saat mendengarkan penjelasan yang panjang lebar. Serena tersenyum mengekek melihat suaminya itu yang sedang fokus mendengar dengan wajah yang serius.

.

.

.

Perut Serena semakin membesar sehingga menimbulkan baby bump bahkan dia mulai susah untuk bergerak dan kerap ke tandas.

Serena Thalia mengemas meja dan menyapu ruang tamu setelah bangkit dari tidur. Daniel Benjamin yang melihat kelakuan rajin terlebih Serena itu segera mendekati.

"Awak, kan saya dah kata, jangan buat benda - benda berat, kemas pun tak boleh tau," Ucap Daniel lalu mencapai kain dan penyapu yang berada di tangan Serena Thalia.

"Alah, awak ni, tak apa. Awak je risau lebih -lebih ni, saya boleh buat lah," Balas Serena Thalia. Tangan juga ingin mencapai penyapu dan kain tadi yang berada di tangan Daniel Benjamin namun dicegah si suami.

"Tengok perut tu dah besar, awk pun susah nak gerak," Ujar Daniel yang berkeras tidak ingin isterinya itu melakukan perkerjaan rumah. Perutnya yang membesar itu menyukarkan Serena Thalia untuk melakukan pekerjaan rumah. Daniel Benjamin pula risau akan Serena Thalia kerana kandungan Serena Thalia merupakan kandungan pertama mereka berdua sejak berkahwin.

"Aih, awak ni, saya cuma buat kerja rumah, saya bosan lah asyik duduk je memanjang," Keluh Serena Thalia lalu melabuhkan punggung dengan bersusah payah. Daniel Benjamin yang melihat itu segera membantu sang isteri untuk duduk. Dipegangnya tangan sang isteri tersayangnya itu.

.

.

.