webnovel

Di Dalam Kantor Dewan Pengawas

Biên tập viên: Wave Literature

Fan Xian menghampiri seorang pegawai disana. Saat dia memperhatikan wajah pegawai itu yang pucat pasi, dia jadi merasa gugup. Tapi pria itu terlihat ramah; sepertinya ia kolega Fei Jie. Fan Xian tersenyum manis dan menyapa, "Halo!"

Pria berwajah pucat pasi itu menatap Fan Xian dengan raut wajah yang aneh, sama seperti orang lain yang ada di dalam gedung itu. Setelah beberapa saat, di membalas. "Halo."

Nada bicaranya terdengar agak kaku.

Fan Xian menelan ludah. "Jika aku boleh bertanya... Kenapa semua orang di sini menatapku?" dia bertanya sambil tersenyum.

Pegawai itu tersenyum, memperlihatkan giginya yang pucat. Dia tertarik dengan senyuman Fan Xian yang terlihat malu-malu. "Jika ada orang asing terlihat di tempat yang biasanya tidak pernah didatangi oleh orang asing," jawabnya, "Tidakkah kamu akan menatapnya juga?"

Fan Xian tiba-tiba menyadari sesuatu, lalu merasa benar-benar bingung. "Bukankah ini kantor Dewan Pengawas?" dia bertanya. "Tempat ini adalah lembaga pemerintahan...Apakah benar tidak pernah ada orang asing yang datang dan berurusan disini?"

Pria itu menunjuk ke arah luar, lalu mulai menjelaskan dengan sabar. "Lihatlah ke sana."

Fan Xian melihat bahwa tidak ada siapa pun di dekat pintu masuk kantor Dewan Pengawas, dan para pejalan kaki di luar memilih untuk menyebrang mengitari jalan daripada harus melewati pintu masuk gedung.

Senyum pegawai itu terlihat mengerikan. Ia mengernyitkan alisnya dan lanjut berbicara "Orang-orang di ibukota selalu menghindari kantor kami. Kalau soal tugas resmi, kami tidak pernah berurusan dengan masyarakat umum; hanya urusan-urusan negara. Dan Yang Mulia tidak melibatkan departemen lain dalam urusan yang terjadi di sini. Jadi kami tidak ada keperluan dengan kantor atau departemen lainnya."

Fan Xian tersenyum pahit. "Jadi sepertinya aku masuk tanpa izin."

"Apakah kamu tidak tahu apa tugas Dewan Pengawas?" tanya pria itu, penasaran.

"Aku tahu sedikit soal tugas-tugas itu," balas Fan Xian. Bagaimanapun juga, dia adalah murid Tuan Fei Jie dari Biro Ketiga Dewan Pengawas, jadi dia mengerti beberapa hal yang dikerjakan mereka.

"Dan kamu masih memutuskan untuk masuk ke sini." Pria itu mengangkat bahu. "Orang biasa akan menghindari tempat ini seolah-olah tempat ini istana milik Raja Neraka."

Fan Xian tidak tahan untuk tersenyum. "Mungkin aku pernah melihat Raja Neraka saat aku masih kecil?"

Pria itu tersenyum dan menepuk bahu Fan Xian. "Baiklah kalau begitu."

Buku kuduk di bahu Fan Xian berdiri. Nada bicaranya mengingatkan Fan Xian akan Sun Erniang, karakter dari Water Margin yang membujuk para pengelana untuk datang ke kedainya sebelum akhirnya dibunuh, lalu dipotong-potong untuk dijadikan isi bakpau kukus.

Pria itu tersenyum. "Apakah ada yang bisa aku bantu?"

Fan Xian merasa seakan-akan pria itu adalah penjaga pintu di hotel di kehidupan dia sebelumnya. Dia menggelengkan kepalanya, mencoba mengembalikan pikirannya yang kemana-mana. Dia memainkan koin yang berada di antara jari-jarinya lalu bertanya dengan sopan. "Apakah Fei Jie ada disini?"

Pria itu tertegun. Dia membuka mulutnya tanpa mengatakan apa pun. Raut wajahnya berubah dari terlihat tidak terlalu peduli menjadi sedikit ketakutan. "Anda mencari tuan Fei?"

Saat mereka berbicara, pria itu menjentikkan jarinya, mengambil koin dari tangan Fan Xian. Fan Xian menaikkan satu alisnya. Dia tahu apa yang dilakukan pria itu sederhana, tapi indah untuk disaksikan. Pria itu pasti telah berlatih kecepatan tangan selama bertahun-tahun. Tingkat ketepatan gerak seperti itu menyadarkan Fan Xian bahwa pria yang keliatannya biasa itu adalah petinggi rahasia di dalam Dewan Pengawas.

Fan Xian mengangguk, menunjukkan dirinya datang karena ingin bertemu dengan Fei Jie. Dia memperhatikan pria itu membersihkan tangan yang ia gunakan untuk menepuk bahu Fan Xian.

"Tuan Fei tidak ada disini," dia menjawab dengan sopan, sambil mundur beberapa langkah menyisakan jarak diantara dia dan Fan Xian. "Tuan Fei sedang ada urusan di dekat perbatasan."

Tiba-tiba Fan Xian teringat perkataan Teng Zijing. Direktur dari Dewan Pengawas sedang berada di kampung halamannya selama tiga bulan. Karena satu-satunya atasan yang mampu mengendalikannya sedang tidak ada, Fei Jie pergi dari ibukota.

Fan Xian berterima kasih kepada pria itu dan bersiap pergi. "Permisi, Siapa nama Anda?" dia bertanya kepada pria itu dengan senyum di wajahnya.

"Nama saya Wang Qinian, tuan." Wang Qinian, seorang pejabat di Dewan Pengawas, ia memperhatikan pemuda yang tersenyum di depannya itu. Dia dengan enteng masuk ke gedung Dewan Pengawas untuk mencari Tuan Fei, lalu menanyakan namanya. Ia beranggapan bahwa pemuda itu bukan orang sembarangan, dan memutuskan untuk memanggilnya "tuan".

Fan Xian sadar setelah pegawai itu mendengar dirinya bertanya tentang Fei Jie, ia secara tidak sadar menghubung-hubungkan Fan Xian dengan bahaya akan racun, lalu ia membersihkan tangannya dan mundur beberapa langkah. Fan Xian menatap Wang Qinian dan tersenyum. "Saat tuan Fei kembali, tolong beritahu aku, ya. Katakan padanya… kalau muridnya telah tiba di ibukota."

Murid Fei Jie? Wang Qinian tiba-tiba ingin memotong tangan kanannya sendiri; sebagai hukuman atas kelancangannya. Dia lalu berdeham.

——————————————————————

Saat Fan Xian meninggalkan kantor Dewan Pengawas, matahari sedang menyinari pepohonan di kedua sisi jalan, dan bayangan-bayangan dari ribuan daun itu seperti menerpa sekujur tubuh Fan Xian. Dia berjalan ke arah barat, kemudian duduk di pagar di sisi perairan yang mengalir. Tangannya menopang tubuhnya di kedua sisi, dan dia memperhatikan kerumunan pejalan kaki yang berlalu di depannya. Untuk sementara ini, dia tidak yakin selanjutnya hendak kemana.

Dia tidak ingin kembali ke Kediaman Fan, meskipun disana ada adik perempuan kesayangannya. Saat dia memikirkan Lady Liu dan ayahnya – dan adik laki-lakinya yang tambun, yang terpaksa untuk bersaing dengannya ketimbang membaca buku dengan gembira – dia merasa tidak nyaman.

Fan Xian bertekad untuk memperjuangkan apa yang semestinya menjadi haknya, dan dia belum mau menyerah.

Tetapi Fan Xian masih tidak yakin apa yang sebenarnya miliknya di dunia ini. Lagipula, dia pernah hidup di kehidupan yang berbeda, dan sebagian kecil dirinya merasa bahwa dia bukan bagian dari dunia ini.

Dia tidak bilang ke ayahnya kalau dia akan pergi ke kantor Dewan Pengawas untuk bertemu Fei Jei. Meskipun ayahnya tahu bahwa Fei Jie adalah gurunya, Fan Xian merasa bahwa Fei Jie lebih dapat dipercaya. Mungkin karena tak lama setelah Fan Xian tiba di dunia ini, dia menjadi dekat dengan Fei Jie, saat ia mengajarkan Fan Xian soal mengenali tubuh manusia.

Sekarang, Fei Jie tidak lagi berada di ibukota. Ini menimbulkan beberapa pertanyaan bagi Fan Xian tentang pengaturan dirinya untuk datang ke kota. Maka dia bertanya-tanya apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Sambil merenung, dia melompat turun dari pagar dan mulai berjalan kembali dengan linglung. Ketika dia melewati gedung Dewan Pengawas untuk yang kedua kalinya, dia memperhatikan bahwa para pejalan kaki semuanya menempel di sisi kanan jalan, menghindari pintu masuk gedung itu seolah-olah mereka takut ada bau busuk yang keluar dari tempat itu.

Dia menyipitkan matanya dan berjalan menuju ke gedung. Awan tipis di atas menghilang dan sinar matahari yang indah memancar keluar, dan dia disilaukan oleh sebuah cahaya keemasan.

Dia menggosok matanya dan berjalan menuju ke tempat pantulan cahaya itu dan menemukan sebuah prasasti di dekat pintu masuk kantor Dewan Pengawas. Prasasti itu terbuat dari batu, dan ada beberapa patah kata yang tertulis di atasnya.

Fan Xian mengerutkan alisnya. Dia merasa pernah melihat kata-kata itu di suatu tempat. Tetapi, meskipun sudah berusaha keras untuk mengingatnya , dia tidak ingat dari mana kata-kata itu berasal. Dia menengok ke bawah dan melihat sebuah nama yang terukir pada prasasti itu.

Nama yang aneh namun tidak asing lagi baginya.