webnovel

Empat

Pagi pagi sekali Zerena sudah bangun, mandi adalah ritual pertamanya.

setelah mandi dia menuju taman belakang rumahnya, disana berjejer rapi tanaman hias yang ia rawat selama ini, tanaman hias itu dia peroleh dari uang jajan yg sisihkan sebagian untuk membeli tanaman tanam itu.

Sambil bersenandung ia menyiram tanamannya satu persatu, mulai dari tanaman hias di dalam pot, sampai tanaman yg tumbuh subur di tanah.

Setelah ia rasa cukup menyiram tanaman, Zerena kemudian membersihkan rumput rumput liar di sekitar tanamannya,

"Lama juga yahhh baru aku nyentuh tanaman tanaman kesayangan aku, ahhhh senang sekali rasanya....

ucapnya pada diri sendiri.

setelah membersihkan rumput liar, Zerena mengambil gunting, dan menggunting dahan dahan yg menurutnya mengganggu, terutama pada tanaman Puring, selanjutnya menggunting daun daun tanaman beringin hias, sampai terlihat rapi.

selanjutnya ia membersihkan Daun Aglonema yg mulai menguning, semua ia bersihkan, bahkan pot potnya tak luput dari pembersihan massal.

Ok....

sekarang tinggal aku kasih pupuk kompos aja biar makin sehat dan cantik.ucapnya.

ahh beres, sekarang kalian udah cantik kan, udah siap jadi pengantin....

upps pengantin? ada ada aja deh, sahutnya sambil tersenyum sendiri.

Rena....

Sini sayang, panggil mama Sinta.

iya ma bentar, Rena lalu buru buru membersihkan tangannya dan bergegas masuk ke dalam rumah.

ada apa ma???

tanya Rena pada sang mama.

Sini sayang duduk, sarapan dulu kamu tuh dari pagi buta berkebun terus lho.

ucap Mama Sinta

Ok ma,

kata Rena sambil menarik kursi dan duduk.

Ehhhh ma ada orang ternyata!!!

Rena tertunduk malu,

Ia sayang ini Om dan Tante kamu, dan ini putranya. kata Mama Sinta memperkenalkan tamunya.

Haii semua.....

kata Rena sambil melambaikan tangan.

Apa kabar kamu Ren, ternyata udah gadis gini, cantik lagi,

sapa Tante Vera.

Tante bisa aja,

ucap Rena tersipu.

Eh kenalin Ren, Ini Ryan sepupu kamu,

ucap Tante Vera.

hai kak Ryan, apa kabar???

Ucap Rena menyapa.

Baik!!!!

sahur Ryan tanpa menatap Rena, ia sibuk menyantap makanannya.

Ryan.....

yg sopan dong disini juga ada Om dan Tante kamu,

Kata Om Andre kesal melihat kelakuan anaknya.

Maaf paa Ryan lapar banget soalnya.

Kata Ryan cengengesan.

Ya nggak apa apa juga kan, ayo kita makan semua,

sahut mama Sinta.

Ma.....

boleh enggak aku istirahat bentar, aku capek banget nih.....

ucap Ryan.

Ya udah kamu ke kamar gihh,

Rena antar sepupu kamu ya sayang, kata Mama Sinta memerintah.

Iya ma...

sahut Rena malas.

Rena berjalan di depan Ryan, mereka menaiki tangga menuju kamar yg akan ditempati Ryan.

Tak ada percakapan, atau sekedar basa basi,.

"Kak ini kamarnya, masuk aja udah diberesin sama bibi kok".

ucap Rena, menunduk.

Ryan mengangguk tanpa mengucapkan sepatah katapun, melangkah masuk ke kamar.

"kak aku pergi dulu, klo perlu sesuatu minta saja sama bibi".

Zerena berlari lari kecil menuruni anak tangga, hatinya sangat dongkol melihat tingkah Ryan yg menurutnya tak beretika,

" kalau orang ngomong yah ditatap kek", keluhnya kesal.

Kenapa sayang.....???

tanya Mama Sinta

"Enggak kok ma Rena mau lihat adik adik di belakang".

Rena berjalan cepat menuju taman belakang rumahnya.

Sementara di ruang keluarga,

Papa Roy sedang berbicara serius dengan Om Andre, lengkap dengan istri masing masing. mereka membicarakan masalah pertunangan putra putri mereka.

"Jadi menurut kamu gimana Roy, kapan kita menikahkan anak anak??

Karena kalau menurut aku lebih cepat lebih baik, aku udah tua pengen cepat cepat momong cucu"

senyum Om Andre mengembang membayangkan memiliki cucu.

"Aku terserah kau saja Ndre...

aku tahu kau pasti memberikan yang terbaik untuk putriku kelak".

Ucap Papa Roy sendu.

Tapi didasar hati Papa Roy yang paling dalam tersimpan keraguan yang tak dapat diungkapkannya, mengingat penolakan Zerena beberapa waktu yang lalu.

"Bagaimana kalau pernikahannya, kita laksanakan satu Minggu dari sekarang aja".

Perkataan Vera sontak mengagetkan semua yang berada di ruangan itu, termasuk bibi yang datang menyuguhkan teh hangat dan keripik pisang kesukaan Zerena.

"Apa tidak bisa ditunda, sampai putriku Sarjana Ndre?

Aku takut, putriku masih terlalu kecil,

ucapnya lagi dengan mata berkaca kaca.

Rezky yang Pura pura menonton TV, tapi telinganya fokus mendengarkan setiap Pembicaraan keluarganya.

Hatinya sakit mendengar kakaknya akan dijodohkan, dengan laki laki dewasa seperti Ryan,

"ya Allah akan seperti apa kak Rena nanti.

dia sudah melihat Ryan waktu makan malam bersama tadi, laki laki dingin, kelihatannya juga keras." apa mungkin kak Rena bakal bahagia?"

gumamnya dalam hati.

Walau baru kelas 3 SMP, tapi kepandaian Rezky diatas rata rata, jadi walau cuma melihat perangai seseorang akan dengan muda ia tebak sifat aslinya.

"Pa, Ma,Rezky mau main dulu sama Raka, saya permisi dulu Om Tante",

pamitnya.

Bukannya mencari Raka ia malah mencari Zerena, dia tahu Rena kalau di rumah lebih banyak menghabiskan waktunya di taman, makanya dia langsung menuju ke taman belakang.

Dari jauh Rezky melihat Rena duduk melamun di pinggir kolam renang sambil mengayun ayunkan kakinya di dalam air.

"Kak, aku mau ngomong dong, kak Rena ada waktu?"

ucapnya begitu sampai di samping Serena.

Rena menatap sang adik, dari ujung kaki sampai kepala, adik kecilnya yang sudah beranjak remaja.

"Ada apa Ky?".

kata Zerena kemudian.

"Kak, beneran kak Rena mau nikah dengan pria es balok itu?

emang kakak suka sama dia?".

tanya Rezky bertubi tubi.

"Kak, menurut aku dia itu nggak pantas buat kakak,dia dingin, acuh, nggak bisa ngomong".

Rezky berbicara panjang lebar mengenai isi hatinya terhadap Ryan.

Sampai akhirnya Rena tertawa terpingkal pingkal, sampai meneteskan air mata, sambil memegangi perutnya,

"Ky, yang dijodohkan itu kakak, kok kamu yang galau gitu?,

sini sayang sama kakak".

Rena merangkul sang adik dan membawa kepelukannya,

"Ingat akan satu hal sayang, tidak semua keinginan kita harus terpenuhi, jadi kita harus selalu siap dengan segala sesuatu yang akan terjadi,"

ucap Zerena mencoba ikhlas.

"Tapi kak, kalo dia nyakitin kakak gimana?, Rezky nggak rela kak, Rezky nggak mau lihat kakak menderita",

Ucapnya polos.

"Ky sini lihat kakak, Papa, Mama nggak mungkin mau bikin Kaka Rena menderita, mereka tahu mana yang terbaik buat anak anaknya, jadi nggak usah khawatir sayang".

"Jadi sekarang adik kesayangan kakak senyum, inget jangan buat papa mama sedih, kita seharusnya memberi mereka kebahagiaan, jangan buat mereka sedih karena mikirin kita".

Ucap Zerena.

"Jadi kakak setuju nikah sama kak Ryan?",

Ucap anak remaja itu dengan raut muka penuh selidik, dia berusaha mencari kebenaran di mata sang kakak, sepertinya kata kata Rena tidak membuatnya puas.

Rena mengangguk mengiyakan pertanyaan adiknya, dia tidak ingin membuatnya khawatir, walau di dalam hati ia menahan tangis, ia berusaha kuat di depan adik adiknya, padahal orang yang paling hancur adalah Zerena, ia yang menanggung beban atas nama perjodohan, perjodohan yang dianggapnya keputusan sepihak, tapi dia berusaha kuat menjalani semuanya ini.