webnovel

Empat belas

Waktu masih menunjukkan jam 4.00, tapi Rena sudah terbangun dari tidurnya, diambilnya handuknya lalu menuju kamar mandi, diapun mandi dan membersihkan seluruh tubuhnya, setelah itu dia mengambil air wudhu, dia sudah memantapkan hatinya untuk lebih baik lagi.

setelah berganti pakaian, Zerena mengambil mukena dan Sajadah dan mulai melakukan kewajibannya sebagai hamba Allah, yaitu melakukan shalat subuh, dia begitu khusyuk, sampai akhir shalatnya dia menangis dalam doa, memohon ampunan karena selama ini telah lalai menjalankan perintahnya.

Setelah melakukan shalat subuh, Zerena mulai memasukkan pakaian yang kemarin dibelinya ke dalam koper, dia memasukkan semua yang dianggapnya penting.

Zerena lalu membuka lemari Ryan, diambilnya kopernya, lalu mengisi koper tersebut dengan pakaian Ryan, pakaian Ryan memang tidak banyak hanya beberapa stel saja.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 5.30 Zerena sudah siap bahkan dia sudah selesai make up.

Perlahan dia mendekati Ryan dan berusaha membangunkannya.

"Kak...., bangun udah pagi", Zerena menggoyang goyangkan lengan Ryan, perlahan Ryan membuka matanya, meregangkan otot ototnya, dan bangun dari tidurnya.

"Kamu udah selesai?", tanyanya kepada istrinya, Zerena cuma mengangguk, lalu Ryan berjalan ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya, mengguyurnya untuk menghilangkan seluruh rasa kantuknya.

Ryan telah selesai memakai pakaiannya sungguh sangat tampan, dia memakai celana jeans panjang hitam, dan dan Hoodie berwarna putih, dan sepatu Sport berwarna putih, sungguh sangat manis penampilannya itu.

dilihatnya istrinya belum mengganti pakaiannya,"Kak Iyan duluan aja ke bawah, aku siap siap bentar, kopernya dibawa sekalian ya kak" ucap Zerena.

"ok, aku tunggu dibawah", Lalu berlalu pergi sambil membawa dua koper di tangan kiri dan kanannya.

"pagi pa, ma, adik-adik kakak"!

serunya pada semua orang.

"pagi juga kak", jawab anak anak itu sumringah melihat sang kakak ipar.

"Kamu udah siap Yan, Zerena mana?" tanya papa Andre.

"Udah siap pa, Rena masih siap siap di atas pa", jawabnya dengan tenang, lalu duduk di meja makan bersama yang lainnya.

Semuanya duduk sambil menikmati sarapannya masing masing, tak ada percakapan, yang terdengar hanya suara sendok beradu dengan piring.

"Assalamualaikum pa, ma"

"waalaikum salam"jawab mereka kompak, lalu mereka menoleh dan menatap si pemberi salam, tida lain tidak bukan adalah Zerena , semua mata tertuju pada gadis cantik berhijab di depan mereka, semua melongo menyaksikan kecantikan wanita yang dibalut pakaian tertutup dan hijab yang menutupi kepala dan rambut indahnya.

"Rena....

Kamu menggunakan hijab sayang?"

kata Mama Sinta berdiri lalu mendekati putrinya. dielusnya wajah cantik putrinya, diperhatikannya wajah putrinya, seperti ada yang hilang di tatapnya lekat wajah anak kesayangannya itu.

"Sayang...

pipi chubby kamu kemana, kok ilang sih sayang?"

lanjutnya.

"Mama..."

Zerena berteriak kesal , karena dia pikir mamanya bersedih akan kepergiannya, tapi ini dia mem-bully-nya anaknya sendiri, bikin kesel tau nggak!!!!

"Ya iyalah ilang Sin, masa kamu nggak ngerti Rena tiap malam harus menemani Iyan begadang!"

Sambung mama Vera tak mau ketinggalan.

"Kak, emangnya kakak ngapain begadang tiap malam, kok ngajak ngajak kak Rena?

mending kak Iyan ngajak Raka aja pasti lebih seru kak"!

Sahut sibungsu benar benar sok tahu.

Rezky menutup mulutnya agar berhenti mengoceh, dan menyikut lengannya agar diam.

Tapi dasar anak tidak tau diri, dia tidak sadar arah pembicaraan para orang tua edan itu, dan dengan tega mengotori pendengaran putra putrinya di pagi hari.

"Apaan sih kak, mulut Raka di sumpel kayak gini", kesalnya.

lalu Rezky berbisik ke telinganya" Ini pembicaraan orang dewasa, kita nggak boleh ikut campur apalagi ikut ngomong somplak",

kata Rezky.

"emang kenapa kak?"

jawab Raka dengan polosnya.

Rezky menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ingin rasanya menonjok wajah polos yang tak berdosa itu, "Mereka lagi ngomongin hubungan intim di ranjang, jadi kamu diem aja pura pura nggak denger, ok!" lanjut Rezky

melotot kearah Raka.

Raka yang dipelototi cuma cengengesan melihat sang kakak yang mulai jengkel dibuatnya.

Sekarang semua fokus ke Zerena, kenapa tiba tiba saja anak itu berhijab, apa mungkin dia tiba tiba mendapatkan hidayah atau mungkin mendapat wangsit

"Nak, kamu sekarang sudah mantap berhijab, ingat saat kamu hijrah akan ada banyak batu sandungan, banyak godaan nak, jadi ingat jika hatimu benar benar ikhlas papa akan selalu mendukungmu, papa Roy berdiri lalu memeluk sang putri. diusapnya pucuk kepala putrinya.

"Dan satu lagi pesan papa, ingat nak jangan membangkang kata kata suamimu, jadilah istri shaleha, istri idaman, idaman untuk Ryan, disini papa, papa Andre, Mama Sinta, Mama Vera selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua", ujar papa Roy menasehati putrinya.

"Ya udah, sekarang kamu makan dulu sayang", ucap mama Vera, berdiri lalu menuntun sang menantu duduk di kursi untuk sarapan dulu.

Sedangkan Ryan semenjak tadi menyimak pembicaraan orang tua dan mertuanya, tersenyum tipis hampir tak terlihat, dia pun tak menyangka gadis kecilnya. tiba tiba berhijab pantas saja kemarin belanjanya sampe berjam jam gitu, pikirnya.

Akhirnya mereka semua telah selesai sarapan, kini mereka semua akan ikut ke bandara mengantar Ryan dan Zerena, tiga mobil keluar dari gerbang, menyusuri jalanan, membelah kebisingan kota yang sudah mulai hiruk pikuk,

"Yan, jangan lupa kalau sudah sampai kabari papa, ingat bawa Rena ke rumah jangan ke apartemen".

kata Papa Andre mengingatkan.

Ryan mengangguk.

Hampir satu jam perjalanan mereka akhirnya sampai juga, Ryan menurunkan kedua kopernya dan Zerena, saat mereka akan masuk ke dalam tiba tiba ada seseorang yang memanggilnya,

"Bos, saya sudah urus semuanya", ucap orang itu lalu membungkukkan badannya ke arah Ryan dan orang tuanya.

Yahhh dia Adalah Juan, Asisten pribadi Ryan, "Maafkan saya pak kalau kedatangan saya terlambat, sebentar lagi kita cek in pak ucapnya kaku.

"Juan, tolong jaga putra dan menantuku"

kata Papa Andre, "kalau sampai menantuku kenapa Napa, atau ada perasaan kurang mengenakkan, maka aku tidak segan segan, membunuh orang yang membuat menantuku menangis"

Semua yang mendengarnya bergidik ngeri, ternyata papa Andre, sangat ditakuti disana, dia memang memiliki kharisma, tidak banyak bicara bila berhadapan dengan lawan bisnisnya, bahkan terkesan sangat Arogan,

dan sifatnya itu yang menurun ke putranya Ryan, bahkan Ryan lebih menakutkan.

"Bos, 10 menit lagi kita berangkat saya tunggu di dalam"

Si bos hanya mengangguk, asistenpun pergi.

"pa, ma, aku dan Rena pamit ya, bentar lagi pesawatnya berangkat"

ucap Ryan.

Keduanya gantian memeluk orang tua dan adik adik mereka, air mata menghiasi perpisahan mereka, untuk pertama kalinya Zerena pergi jauh dari orang tuanya.

"Pa,ma Rena pamit, adik adik kakak"Ucap Zerena sambil berurai air mata.dia dan suaminya perlahan melangkah menjauh dari keluarga dan orang orang yang dicintainya, air matanya terus berjatuhan.bahkan sampai dia duduk di kursi pesawat, ia masih terus menangis.

"Sudahlah gadis kecil, sekarang istirahatlah setelah sampai aku akan membangunkanmu