webnovel

Kantor

Begitu masuk ke dalam ruangan kerjanya, Theo menyalakan AC, alat penyadap suara, menutup jendela kaca dan mengunci pintu.

"Kak Theo."

"Emm."

"Kenapa tadi Kak Theo berbohong?" Reina ingin tau alasan kenapa Theo berbohong soal pertemuan mereka.

"Apa kamu ingin ada berita aneh lagi?" Theo menatap Reina datar.

"Haruskah kita bilang ini perjodohan terpaksa, lalu mereka akan mengarang sesuatu yang bisa saja di percayai masyarakat?" Reina menggelengkan kepalanya.

"Makannya kalau menjawab itu di pikirkan terlebih dahulu." Theo memeluk pinggang Reina.

"Ya maaf." Ucap Reina cemberut.

"Let's play baby." Theo mulai mengendus tubuh Reina.

Reina menggeliat kecil, "Bukannya Kak Theo mau istirahat?" tanya Reina.

"Istirahat sambil bermain tentu lebih menyenangkan." Sambil memeluk Reina, Theo membawa Reina ke sisi meja kerjanya.

"Tapi Kak." Ucapan Reina terpotong.

Chup!

Theo melumat bibir Reina, sambil mencium bibir Reina, Theo mengangkat tubuh Reina agar duduk di atas meja. Begitu Reina sudah duduk, Theo memposisikan dirinya diantara paha Reina, paha Reina yang terekspos sempurna tentu Theo elus dengan kedua tangannya.

"Ahh." Reina mendesah karena Theo mulai menggerayangi bagian tubuhnya yang lain.

Theo membuka dasi, jas, lalu kancing tangan dan kancing kemejanya dan tak lupa Theo membuka dress yang Reina pakai dari atas. Begitu terbuka, Theo perlahan menidurkan setengah badan Reina di meja kerjanya, begitu Reina tertidur, ciuman dari bibir pindah ke leher.

"Ahh Kak Theo."

"Sayang." Sesuatu di bawah sana sudah mengeras.

Sambil mencium, mengigit dan menyesap leher Reina, tangan Theo membuka dress yang Reina pakai, dress Reina jatuh ke bawah, menyisakan bra dan panty saja, tangan Reina mengelus rambut Theo pelan.

Karena ingin lebih leluasa, Theo bangkit, Reina juga ikut bangkit, mata mereka tentu bertemu. Tanpa menunggu lama, Theo segera menggendong tubuh Reina seperti koala lalu menidurkan Reina di atas sofa. Theo menindih tubuh Reina begitu sangat rapat.

"Ahh." Reina membusungkan dadanya, memberi peluang untuk Theo membuka bra miliknya.

Begitu terbuka, Theo membuang bra Reina ke sembarangan arah, mulut Theo mulai menjilati payudara Reina.

"Aah." Tangan Reina mencengkram bahu Theo.

Theo mulai melahap payudara kanan Reina dengan sangat cepat, payudara kiri tentu tak Theo diamkan, tangan Theo menekan nipple Reina dalam, membuat Reina mendesah, Theo meremas, menekan, mencubit, menarik payudara Reina, begitu seterusnya.

Tangan Theo mulai mencari tempat kehangatan di bawah sana, begitu masuk ke dalam, tangan Theo merasakan basahnya vagina Reina. Dielusnya vagina Reina dengan sensual, itu membuat tubuh Reina menggelinjang.

"Akh."

Jari Theo mulai masuk, bermain di dalam vagina Reina, begitu Reina mengalami pelepasan, Theo pun berhenti bermain di payudara dan beralih menjilati vagina Reina yang baru saja pelepasan.

Penis Theo sudah sangat mengeras dan minta untuk di keluarkan, Theo segera membuka celananya, mengeluarkan senjata yang sudah siap untuk bertempur, karena Reina sudah basah, dengan mudah penisnya masuk ke dalam dengan sempurna.

"Akh."

"Aaahh."

Sambil memperhatikan wajah Reina, Theo mulai memainkan penisnya di dalam vagina Reina, Reina yang merasakan nikmat dan juga penuh menutup matanya dengan tangan meremas lengan Theo sebagai pelampiasan.

Melihat begitu sexy dan menggodanya wajah Reina, kecepatan Theo semakin bertambah, Theo menggila.

"Aah."

"Teruslah mendesah sayang."

"Kak Theo."

"Yeah sayang."

"Aaahhh."

"Shit! nikmatnya."

"Aku mau." Ucap Reina terpotong karena Theo menambahkan kecepatan.

"Bersama sayang."

"Aaahhh."

"Aaaahhhh."

Mereka mendapatkan pelepasan bersama, begitu mengalami pelepasan Theo pasti semakin menekan penisnya di dalam vagina Reina.

"Aahhh."

Karena cairannya penuh, Theo pun melepaskan penisnya dari dalam vagina Reina.

"Argh."

Dada Reina naik turun, Reina meraup oksigen dengan rakus, tubuh Reina panas, dingin AC sama sekali tidak mempan. Tubuh mereka banjir dengan keringat, Reina kira Theo sudah puas, namun nyatanya.

"Akh." Theo kembali memasukan penisnya.

"Ahh Kak Theo."

"Berhenti." Ucap Reina.

"Ini terlalu nikmat."

"Sebut namaku sayang."

"Kak Theo."

Selama Theo belum puas, maka mereka akan terus melakukannya, Reina pasti meminta berhenti, tapi Theo tidak pernah mendengarkan ucapan Reina dan tidak akan menjeda kegiatan panas yang mereka lakukan.

Setelah Theo puas, Theo menggendong tubuh polos Reina, mereka berdua masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam ruangan kerja milik Theo. Mereka melanjutkan kegiatan panas sambil membersihkan tubuh mereka dari keringat. Butuh waktu lama mereka di dalam kamar mandi, bagaimana tidak, Theo terus saja bermain padahal Reina sudah kelelahan dan meminta berhenti.

Karena malam juga telah tiba, Theo pun menghentikan aksinya, mereka sudah membersihkan diri dan memakai pakaian yang telah di siapkan.

Theo mengajak Reina pulang, Reina bernapas lega akhirnya dia bisa pulang dan tidur di atas ranjang. Theo sebenarnya meminta agar mereka menginap di kantor, karena di ruang kerjanya juga ada kamar tidur, namun Reina beralasan jika di mansion akan lebih nyaman dan Theo akhirnya memutuskan untuk pulang.

Mereka pulang ke mansion menggunakan mobil pribadi Theo, dan tentu saja Theo yang akan menyetir mobilnya. Selama di jalan, Theo menggenggam tangan Reina menggunakan tangannya yang tidak memegang stir kemudi, sesekali Theo mengecup punggung tangan Reina. Reina yang mendapat perhatian seperti itu hanya diam dan tersenyum tipis.

Begitu tiba di mansion, mereka berpapasan dengan Adya dan Safira. Mereka berbincang sebentar lalu pamit untuk pergi ke kamar mereka karena Reina terlihat sangat kelelahan.

Saat tiba di dalam kamar, Reina berjalan ke arah ranjang lalu merebahkan dirinya, Reina menutup matanya.

"Ahh." teriak Reina.

Reina tersentak begitu ada yang membuka dress nya, tentu saja itu adalah Theo.

"Kak Theo." keluh Reina.

"Aku akan mengganti pakaianmu," ucap Theo.

Reina bangkit lalu merapihkan kembali dress nya, "Aku bisa sendiri."

"Jika aku bantu tentu akan lebih cepat." Ucap Theo tersenyum miring.

Reina menatap Theo kesal, cepat apanya yang ada malah semakin lama. Reina menggelengkan kepalanya, apa Theo belum juga puas padahal tadi dia sudah melakukannya sampai berronde-ronde.

Reina berjalan ke arah lemari pakaian, Reina mengambil setelan piyama lalu memakainya dengan cepat. Reina ingin segera berbaring dan tidur dengan nyenyak. Tanpa memperhatikan Theo, Reina langsung berbaring di ranjang, menyelimuti tubuhnya dan mulai menutup matanya.

Saat Reina akan terlelap, Theo memindahkan posisinya, Theo membawa Reina ke dalam pelukannya. Reina membuka matanya begitu melihat Theo juga menutup mata, Reina menutup matanya kembali dan mulai menyelami dunia mimpi.

Hari ini begitu sangat lelah untuk Reina, Reina tiba-tiba melakukan wawancara, seharusnya Theo memberitahunya terlebih dulu agar dia bisa bersiap. Belum lagi Theo malah meminta jatah, dan tentu jatah Theo tidak akan satu atau dua ronde, pasti lebih dari itu.

Dan sampai hari ini, Reina tidak tau bagaimana perasaannya terhadap Theo, yang Reina lakukan hanyalah bersikap layaknya seorang istri yang baik.