webnovel

Ciuman

Belakangan ini Theo tidak bisa fokus bekerja, selalu saja ada yang menggangu pikirannya, dan saat ini juga Theo sedang pusing karena pekerjaannya malah semakin buruk.

"Tuan." Farel membuka suara karena Theo sedari tadi memijat pelipisnya.

"Aku sedang pusing."

"Sebaiknya Tuan istirahat saja." Saran Farel sekertaris nya.

"Apa ada pekerjaan lagi?" tanya Theo.

"Tidak Tuan, dan lagi ini sudah malam." Theo menatap jam yang sudah menunjukan pukul sepuluh malam.

"Aku akan pulang sekarang."

"Baik, saya akan memberitahu sopir untuk segera bersiap."

Theo turun ke lobby di temani sekertaris nya, begitu tiba di lobby sopir Theo langsung menyambut dan segera membukakan pintu untuk majikannya.

"Kamu juga pulang." Perintah Theo kepada Farel.

"Iya Tuan." Farel sedikit membungkukkan badannya.

Sopir langsung menjalankan mobilnya menuju mansion keluarga Nicholas, begitu tiba, sopir langsung membuka pintu mobil dan para maid segera menyambut kepulangan Theo.

"Apa semua orang sudah tidur?" Tanya Theo kepada kepala maid.

"Sudah Tuan, apa Tuan ingin makan malam?"

"Tidak." Theo langsung pergi ke kamarnya.

Saat tiba di kamarnya, Theo tidak melihat keberadaan Reina.

"Reina." Panggil Theo.

Reina keluar dari arah kamar mandi, begitu melihat keberadaan Theo, Reina sedikit terkejut.

"Kak Theo baru pulang?"

"Emm." Dengan dingin Theo melewati Reina dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

"Kenapa sih dia?" Tidak ingin pusing, Reina lebih memilih untuk segera tidur.

Dan yah, Reina kembali tidur di sofa kecuali jika Theo sedang ada kerjaan, barulah Reina bisa tidur di ranjang.

Beberapa menit kemudian, Theo keluar dari kamar mandi dan hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuhnya.

"Reina ambilkan baju." Theo duduk di samping Reina.

"Iya sebentar." Reina sedikit membuang wajahnya karena tidak sengaja melihat tubuh Theo.

"Ini." Reina memberikan bajunya.

"Shit!" Theo memperhatikan penampilan Reina yang hanya memakai celana pendek dan baju kaos kebesaran.

"Ganti bajumu." Perintah Theo.

"Memangnya kenapa?" Reina memperhatikan pakaiannya.

"Ganti, sebelum aku menerkam mu."

"Iya." Dengan jutek, Reina berjalan ke lemari dan mengambil pakaian tertutup.

Reina kini berjalan ke arah kamar mandi, "Mau kemana kamu?" tanya Theo.

"Ya kan di suruh ganti baju," jawab Reina.

"Ganti di sini, tidak perlu ke kamar mandi."

"Gak mau."

"Reina."

"Ish, iya bawel." Reina makin cemberut, dan permasalahannya di mana dia harus mengganti pakaian.

"Jangan liat," ucap Reina.

"Siapa juga yang mau liat."

Reina mulai membuka kaosnya, untung saja Reina memakai tank top, jadi kulitnya tidak terlalu terekspos.

DAMN IT!

Hanya melihat Reina memakai tank top dan celana pendek mampu membuat Theo meneguk ludahnya. Tubuh Reina mungkin keliatan kecil dan tidak akan menarik, namun begitu melihat aslinya, Theo sampai menganga lebar, sangat jauh dari ekspektasinya yang mengira tubuh Reina tidak akan menggoda seperti ini.

Reina tidak melihat bagaimana reaksi Theo, karena Reina membelakanginya. Namun yang membuat Theo kesal, Reina hanya membuka kaos lalu memakai baju panjang dan celana panjangnya, tanpa membuka yang lain.

Reina berbalik begitu selesai mengganti baju, "Apa liat-liat." Theo memalingkan pandangannya.

"Sekarang tugasmu memakaikan aku baju." Perintah Theo.

"Gak mau." Tolak Reina.

"Ini perintah suamimu."

"Pakai sendiri bisa kan?"

"Jangan membantah."

"Yang benar saja kamu." Reina menatap Theo kesal.

"Cepat."

"Sini." Reina meminta baju yang tadi dia berikan kepada Theo.

"Enak aja, aku akan pakai sendiri, pengen cari kesempatan yah?" Tatapan Theo begitu menyebalkan di mata Reina.

"Yak! kamu yang nyuruh." Ucap Reina tidak terima.

"Kapan?"

"Theobald sialan." Emosi Reina sudah tidak bisa di tahan.

"Gak usah kasar gitu sayang." Theo bangkit lalu memeluk pinggang Reina.

"Mau bermain ranjang?" Tanya Theo tiba-tiba.

Reina tentu terkejut, "A-apa?"

"Kamu harus tanggung jawab, karena kamu sudah membuat aku pusing beberapa hari ini." Theo mulai mengendus tubuh Reina.

"Gak." Reina merasa geli dan berusaha lepas dari pelukan Theo.

"Kamu harus melakukan apa yang aku mau." Theo sudah hilang kesabaran, lantas saja Theo langsung menggendong Reina seperti koala lalu mendudukkan Reina di meja rias.

"Kak Theo."

Chup!

Theo langsung menyerbu bibir Reina, Reina sangat terkejut dan mencoba untuk berontak. Namun Theo malah memperdalam ciumannya, Theo dengan kuat mencium bibir atas dan bibir bawah Reina bergantian.

Lama kelamaan, Reina mulai terbiasa, namun Reina kembali terkejut karena Theo mengigit bibirnya, otomatis Reina membuka bibirnya karena merasakan sakit dan Theo tidak menunda kesempatan, lidahnya langsung menerobos masuk, mengabsen semua yang ada di dalam dan tak lupa bermain-main dengan lidah Reina, benang saliva menghiasi kegiatan mereka.

Reina merasakan sesak, lantas saja Reina memukul punggung Theo agar Theo berhenti, Theo yang mengerti kondisi langsung melepaskan ciuman mereka.

Setelah lepas, Reina meraup oksigen dengan rakus, saking rakusnya malah membuat Theo makin menjadi. Tanpa menunggu lama, Theo kembali mencium bibir Reina.

"Emft." Ucap Reina tak jelas karena Theo menciumnya brutal.

Reina sesak, dengan sisa tenaga Reina mencoba melepaskan ciuman mereka, dan beruntung akhirnya Reina lepas. Begitu Theo ingin menyerangnya lagi, Reina langsung mundur dan menjaga jarak.

"Kak Theo, ber-henti." Ucap Reina dengan napas yang tidak teratur.

Tanpa mendengarkan ucapan Reina, Theo kembali mencium bibir Reina, tangan Theo memegang kepala Reina agar ciuman mereka semakin dalam.

Suara dari ciuman mereka jelas menggema di seluruh penjuru kamar, untungnya suara mereka tidak akan terdengar keluar karena Theo sudah memasang alat penyadap suara.

Reina memukul bahu Theo, karena Theo juga butuh oksigen dengan terpaksa Theo melepaskan ciuman mereka.

Theo dan Reina saling bertatapan dengan wajah mereka yang begitu sangat dekat.

Theo menelisik setiap sudut dari wajah Reina dan Theo akui istrinya ini sangat sempurna, Reina adalah jelmaan seorang dewi. Begitupun dengan Reina, Reina akui wajah Theo terlampau sangat tampan dan tidak akan ada yang bisa menyamai ketampanannya.

Melihat bibir Reina yang memerah, Theo tidak kuasa untuk tidak memberikan kecupan di sana.

Chup!

Chup!

Chup!

Tiga kali kecupan Theo berikan, namun saat Theo ingin melumatnya, Reina langsung mundur, melihat reaksi Reina tentu membuat Theo kesal.

"Kak Theo cukup."

Theo masih ingin menikmati bibir manis Reina, dan dengan cepat Theo kembali melancarkan aksinya.

Ciuman kali ini Reina merespon, meskipun dengan gerakan amatiran, Theo tersenyum di sela-sela ciumannya dan Theo tetap mendominasi permainan.

Mereka saling melumat satu sama lain, saking menikmati kegiatan yang mereka lakukan, Theo dan Reina menutup matanya, tangan Theo memegang kepala juga punggung Reina dan tangan Reina mengalung indah di leher Theo.

Puas bermain dengan bibir Reina, bibir Theo turun ke bawah, Theo mencium, menyesap dan mengigit leher putih Reina.

"Akh." Teriak Reina saat Theo mengigit kecil lehernya.

Tangan Reina menjalar untuk menjambak rambut Theo dengan pelan, sedangkan tangan Theo masuk ke dalam baju tertutup yang Reina gunakan.

Tangan Theo mengelus pundak Reina pelan, Theo berusaha melepaskan dalaman yang Reina pakai, namun Reina menepisnya.

Theo menyudahi kegiatannya di leher Reina lalu Theo menatap Reina lekat, sedangkan Reina menunduk saat di tatap seperti itu.

"Aku meminta jatahku." Ucap Theo dengan suara deep voice yang membuat tubuh Reina merinding seketika.

"Ka-kak Theo." Ucap Reina takut.

"Kamu mau memberikannya?" Tanya Theo sudah tidak sabar.

"Tatap mataku Reina." Perlahan Reina mengangkat pandangannya.

"Tidak." Jawaban Reina membuat Theo marah.

Theo menatap Reina tajam, "Kenapa?"

"Aku tidak mau." Reina belum siap untuk melakukan hubungan intim dengan Theo.

"Itu kewajiban mu."

"Aku tau, tapi." Reina tau itu adalah kewajiban seorang istri, namun yang jadi masalahnya Reina takut dan masih ragu.

"Oke." Theo bangkit dari posisinya.

"Kali ini kamu aku lepas, namun tidak untuk selanjutnya." Theo pergi keluar kamar dan memberikan ruang untuk Reina.

Bruk!

Suara pintu di tutup dengan kencang, Reina terkejut, namun mau bagaimana lagi, dia belum siap.