webnovel

Rasa Takut dari Seseorang yang Berpenyakit Mental

Biên tập viên: Wave Literature

Shia Tang teringat, ketika kembali dari tur musiknya, a merasa terhina dengan semua komentar orang-orang di universitasnya dan juga yang ada di internet. Tentu saja Shia Tang tahu, jika Karin Lu adalah dalang dibalik semua kejadian yang menimpa dirinya. Bahkan, konser di tempat berikutnya sampai dibatalkan. Waktu itu Shia Tang sangat tertekan dan memilih untuk cuti sementara dari kegiatan kuliahnya.

"Kamu masih berani bilang ini semua bukan urusanmu? Kamu tahu? Ethan Gu tidak terlalu bagus dalam bidang psikologi, Ethan Gu itu jenius dalam bidang kardiologi. Tapi Ethan Gu secara khusus belajar psikologi karena kamu. Meskipun waktu itu Ethan Gu juga percaya jika kamu berpenyakit mental, tapi Ethan Gu tetap tidak berniat untuk melepaskanmu!" Karin Lu berbicara sambil berteriak dengan histeris.

Shia Tang sangat terkejut. Ethan Gu adalah seorang jenius dalam bidang kardiologi. Apakah Ethan Gu mengambil gelar psikolog karena aku? Mana mungkin?

Mereka hanya bertemu beberapa kali di universitas dan tidak pernah melakukan kontak mata. Apalagi percakapan agar bisa saling memahami. Bagaimana mungkin Ethan Gu memilih menjadi seorang psikolog hanya untuk Shia Tang?

"Masa bodoh dengan semua itu, aku tidak mungkin bisa bersama dengan Ethan Gu. Mengapa kamu melakukan semua ini padaku?" Semua Tindakan anarkis Karin Lu ini merupakan sebuah kejahatan menurut Shia Tang.

"Aku tidak ingin kamu hidup dengan tenang, meskipun kamu jelas-jelas adalah orang yang sakit mental. Kamu menikah dengan pria yang luar biasa, kamu juga menggoda Ethan Gu. Lagi pula, mereka telah membawaku ke pengadilan. Kenapa aku tidak menyingkirkan batu sandungan ini bersama-sama? Meskipun jika aku di penjara seumur hidup, aku akan merasa bahagia selamanya!" Karin Lu tertawa dengan sedikit menggila.

Shia Tang tidak percaya jika dirinya menjadi musuh orang lain. Shia Tang menatap Karin Lu yang memiliki pemikiran tidak masuk akal. Mungkin, orang yang sebenarnya punya gangguan mental adalah Karin Lu, bukan aku! Pikir Shia Tang.

"Kamu benar-benar gila!" Teriak Shia Tang dengan napas terengah-engah. Sekarang, ia hanya berharap bahwa kondisi Sheryl Xia baik-baik saja.

"Ya, benar! Aku gila! Aku tidak bisa kemanapun karena dirimu. Mengapa aku harus diadili dan kamu bisa bebas? Shia Tang, kenapa kamu tidak mati lebih awal, hah!? Setelah kamu ditekan dan dihujat begitu banyak orang, kenapa kamu masih saja tidak mati?" Karin Lu masih saja berkata sambil meneriaki Shia Tang.

Aku sudah tidak punya muka lagi untuk hidup di dunia ini. Si Shia Tang itu, kenapa dia berbeda dengan orang lain? Ucap Karin Lu dalam hati.

"Apa kamu pikir aku tidak pernah memikirkannya? Tapi untuk apa? Kenapa aku harus mati? Aku tidak merasa bersalah pada siapapun. Kenapa aku harus mati seperti yang kamu inginkan?" Shia Tang berani mencibir Karin Lu.

Shia Tang berpikir, Jika waktu kecil aku tidak menanggung semua beban, waktu itu juga aku takut benar-benar tidak bisa berpikir panjang. Mungkin aku sudah mati sekarang.

"Kalau begitu kamu akan mati hari ini!" Karin Lu menunjukkan senyum sadis dan mengeluarkan pisau buah dari tasnya. Ia meletakkan pisau tersebut tepat di tempat Shia Tang akan terjatuh. Mata pisau itu diarahkan pada Shia Tang.

Wajah Shia Tang memucat ketakutan. Jika ikatan tali yang melilit seluruh kaki dan tangannya itu terlepas dari tangan Karin Lu, pisau itu pasti akan menembus perutnya. Shia Tang melihat sekeliling gunung ini, kemudian dia berteriak, "Tolong! Tolong!"

"Tidak ada gunanya berteriak meminta bantuan. Aku memilih tempat yang sepi, jadi tidak mungkin ada orang yang berjalan-jalan di tempat ini." Karin Lu dengan kejam mematahkan harapan Shia Tang yang sedang meminta bantuan.

Shia Tang mencoba melepaskan ikatan tali yang melilit tubuhnya sedikit demi sedikit. Ia melihat di dekat persimpangan, ada sebuah jalan tersembunyi yang ditutup karena sedang ada perbaikan.

Di tempat lain, tepat di tanah kosong yang gersang itu, terlihat Fendi Lu sedang berlutut di tanah, tangannya menekan tanah dengan jari-jarinya yang terbentang lebar.

"Telepon putrimu sekarang dan bujuk dia untuk memberitahu posisinya saat ini." pisau swiss army menancap tepat berada diantara jari-jari Fendi Lu. Billy Li lah yang sudah melemparkan pisau itu menuju tangan Fendi Lu.

"Aku akan menelponnya! Aku akan segera menelponnya!" Fendi Lu menggigil ketakutan.

Steve mengeluarkan ponsel Fendi Lu dan segera menekan nomor putri Fendi Lu. Setelah itu, ia meletakkan ponsel itu di telinga Fendi Lu, "Jangan mengagetkan putrimu." Steve berkata dengan dingin kepada Fendi Lu.

Ring Ring Ring…

Suara ponsel berdering, dan untuk sejenak kegilaan yang dilakukan Karin Lu berhenti. Ia mengeluarkan ponselnya dari tas dan melihat siapa yang telah berani mengganggu kegiatannya. Ternyata ayahnya yang menelpon, ia ragu untuk menerima panggilan itu.

"Karin, kamu dimana nak? Ayah di rumah menunggumu pulang untuk makan malam." Di bawah tatapan mengerikan Billy Li, Fendi Lu berusaha berbicara sewajar mungkin.

Begitu panggilan terhubung, Billy Li mengisyaratkan dengan tatapan matanya agar lokasi ponsel Karin Lu segera dilacak.

"Ayah, aku... aku masih di luar, jangan tunggu aku. Sudah dulu ya!" Karin Lu takut ketahuan, ia segera menutup panggilan dari ayahnya.

"Karin... Karin…!" teriak Fendi Lu.

Billy Li mendekati Fendi Lu lalu meraih ponselnya. Dia melihat panggilan sudah ditutup oleh Karin Lu.

"Apa putrimu biasanya melakukan hal ekstrim?" Billy Li memandang Fendi Lu sambil bertanya dengan sengit.

Mata Fendi Lu berkaca-kaca sambil berpikir. Lalu ia menggertakkan giginya, kemudian mengatakan kebenaran yang mengerikan, "Putriku di diagnosis oleh dokter sebagai... penderita skizofrenia dan psikosis paranoid."

"Apa katamu?!" Billy Li merasakan jantungnya hampir berhenti berdetak, dia menarik tubuh Fendi Lu dengan kasar.

"Be… benar. Apa yang kukatakan adalah kenyataan. Namun, putriku biasanya terlihat seperti orang normal." Fendi Lu begitu ketakutan hingga kakinya lemas karena menghadapi wajah mengerikan Billy Li dari dekat.

"Anda jangan khawatir Bos. Nyonya pasti baik-baik saja." Khawatir Bosnya akan mencekik Fendi Lu sampai mati, Steve hanya bisa menenangkan hati Billy Li dengan suara yang lirih.

Saat itu juga, orang yang bertanggung jawab melacak sinyal Karin Lu memberikan kabar baik. "Ketemu!"

Billy Li dengan cepat meninggalkan Fendi Lu dan bergegas menuju tempat Karin Lu berada. Steve dengan cepat memutar balikkan mobil dan siap berangkat kapanpun.

"Shia Tang, kamu pasti telah menjalani kehidupan yang menyedihkan bukan? Sebentar lagi aku akan membantumu terbebas dari semua kesedihan itu. Jangan berterima kasih padaku! Hahahaha ..." Setelah Karin Lu menutup telepon dari ayahnya, ia tertawa jahat lalu melepas ikatan tali yang berada di tangannya sekarang.

"Kyaaaaaa…!" Yang dirasakan Shia Tang hanyalah tubuhnya sedang jatuh dengan cepat. Dia menutup matanya rapat-rapat dan menjerit histeris.

Ethan Gu tidak menyangka jika dirinya kesulitan menemukan tempat ini. Namun, ketika akhirnya tiba, ia malah melihat pemandangan yang mengerikan. Kakinya berlari lebih cepat dari kerja otaknya. Ethan Gu mengulurkan tangannya untuk menangkap wanita yang akan terjatuh itu tanpa memperhatikan ada pisau yang sangat tajam terletak di tanah.

"Senior, menyingkirlah!" Ketika Shia Tang melihat Ethan Gu berlari ke arahnya untuk menyelamatkan dirinya, ia langsung berteriak.

"Ugh..." Mereka berdua mendarat di tanah secara bersamaan. Ethan Gu membisikan sesuatu kepada Shia Tang. Setelah itu, wajahnya yang menjadi merah menahan sesuatu perlahan-lahan memudar, Ethan Gu juga tersenyum tipis kepada Shia Tang.

"Aku berhasil menangkapmu, Shia…" Ucap Ethan Gu dengan lirih.

"Ethan Gu, kenapa kau lakukan ini?" Karin Lu berlari sambil terus memandang mereka berdua. Ia langsung menyingkirkan tubuh Shia Tang yang masih menindih tubuh Ethan Gu.

"Kenapa kamu melakukan sampai sejauh ini untuknya? Aku begitu mencintaimu! Kenapa kamu tidak mau melihatku?" Karin Lu berkata dengan sedih.

"Karin Lu, cepat lepaskan senior, dia terluka!" Shia Tang berbicara dengan cemas, ia melihat darah segar mengalir perlahan dari punggung Ethan Gu, membuat rumput di sekitar punggung Ethan Gu berubah menjadi merah.

Tak disangka, Karin Lu membalik tubuh Ethan Gu. Shia Tang tidak sempat menghentikan tindakan Karin Lu, kemudian ia hanya melihat seluruh punggung Ethan Gu penuh dengan darah segar. Tidak terlihat seberapa dalam lukanya. Untungnya, pisau itu tidak sampai menembus masuk ke tubuhnya. Mungkin pisau itu miring ketika tubuh Ethan Gu menerjang saat akan menangkap Shia Tang, kemudian pisau itu menggores punggungnya.

"Ethan, kamu terluka? Semua karena kamu Shia Tang! Ethan jadi terluka gara-gara kamu!!!" Karin Lu tiba-tiba meraih pisau itu, lalu berniat menerjang Shia Tang seperti orang gila...