"Terserah kau saja Nak, Ayah tidak akan memaksamu lagi." Ayah Tama menatap putranya sekilas, kemudian kembali fokus pada tontonannya yang ada di layar televisi.
"Ayah tidak boleh bicara seperti itu pada putra kita," ucap bunda mengingatkan suaminya.
"Mau bagaimana sayang? Setiap saran yang Ayah berikan selalu dibantah olehnya," protes ayah Tama.
"Kau juga Nak kalau saran dari orang tuamu memang bagus kenapa tidak kau ikuti saja? Karena bagaimanapun Jeslin tetap istrimu," pesan bunda Felicia.
"Maaf Ayah ... Bunda, tapi Daffa sudah besar, dan sudah bisa menentukan hidupku sendiri, aku juga tahu mana yang baik, dan yang buruk," ucap Daffa dengan tegas setelah itu dia kembali masuk ke dalam kamarnya.
"Astaga Ayah kenapa putra kita jadi begitu?" tanya bunda dengan sedikit khawatir.
"Biarkan Bunda, kita percayakan saja padanya mungkin saja dia bisa membuat keputusan yang tepat," ungkap ayah Tama.
Di kamar Daffa memikirkan kembali kata-kata yang telah diucapkannya. "Maafkan atas perkataan Daffa, Ayah ... Bunda," gumam Daffa dalam diamnya.
"Besok pertemuanku dengan Marvin, aku harus meneleponnya untuk memastikan kalau besok jadi bertemu," ucap Daffa, kemudian dia mengambil handphonenya yang ada di nakas setelah itu mencari nama Marvin lalu meneleponnya.
Marvin: Iya Daffa apa kabar? Apa ada yang bisa aku bantu?
Daffa: Kabarku baik, aku mau bertanya bagaimana pertemuan kita besok? Aku tidak mau kau membatalkannya
Marvin: Aku pikir kau yang akan membatalkannya gara-gara pingsan, dan hampir diperkosa oleh seorang perawat mesum. Aku nggak nyangka kalau suami sahabatku memiliki pesona yang luar biasa
Daffa: Dari mana kau mengerahui semua itu? Apa kau memata-mataiku Marvin?
Marvin: Aku memiliki seorang yang bisa aku percaya Daffa, tapi kau tenang saja karena aku tidak pernah mengganggu privacy mu
Daffa: Terserah kau saja, tapi di mana kita bertemu besok?
Marvin: Jam 12 besok siang di restoran gemini jangan datang terlambat
Daffa: Baik, kau tenang saja aku tidak akan terlambat, tapi Marvin bagaimana kabar istriku? Apakah bisa kau mengirimkan video, atau foto istriku? Aku sangat merindukannya Marvin
Marvin: Aku tidak bisa janji Daffa, tapi kita lihat saja besok kalau besok kau datang tepat waktu maka akan aku kabulkan keinginanmu itu
Daffa: Tentu saja aku akan datang tepat waktu, dan aku harap kau juga menepati janjimu
Marvin: Pasti, ya sudah aku masih ada pekerjaan kita akan bicara lagi setelah bertemu sampai jumpa besok siang
Setelah itu Marvin menutup panggilan teleponnya.
"Aku harus segera istirahat, dan tidak boleh datang terlambat besok siang," gumam Daffa setelah itu dia kembali meletakkan handphonenya di nakas.
Daffa memejamkan matanya sambil tersenyum dia tidak sabar ingin bertemu dengan sang istri tercinta.
Skip
"Daffa, kau mau pergi ke mana Nak? Kenapa buru-buru sekali?" tanya bunda Felicia ketika melihat sang putra melangkah keluar rumah dengan setengah berlari.
"Maaf Bunda, Daffa tidak bisa cerita sekarang, tetapi kalau semuanya berjalan lancar maka akan Daffa ceritakan. Daffa pamit Bunda doakan semua yang Daffa kerjakan berjalan lancar," pinta Daffa yang langsung pergi setelah dia mencium tangan bundanya.
Daffa tersenyum senang karena tidak lama lagi akan bertemu dengan istrinya, walaupun entah kapan semua itu akan terwujud? Tetapi dia yakin jika suatu saat nanti akan terwujud. Daffa tiba di restoran gemini sekitar satu jam lebih awal yaitu pukul 11.30 wib.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya pelayan ketika melihat Daffa menghampirinya.
"Mbak apa ada tempat yang sudah dipesan oleh Marvin, atau atas nama Marvin?" tanya Daffa.
"Apa saya bicara dengan Tuan Daffa?" tanya pelayan itu lagi.
"Iya benar," jawab Daffa.
"Tadi Tuan Marvin menelepon kalau Tuan Daffa sudah datang Tuan disuruh oleh Tuan Marvin menunggu di tempat yang sudah dipesan oleh beliau," sahut sang pelayan.
"Baiklah, ayo antarkan saya di mana tempatnya?" pinta Daffa.
"Mari Tuan Daffa ikuti saya," ajak sang pelayan lalu Daffa mengikutinya sampai ke sebuah ruangan.
Sementara di tempat lain Marvin, dan Meisya sedang berdebat hal yang tidak penting. "Mei apa kau yakin tidak mau ikut aku?" tanya Marvin yang menanyakan ke sekian kalinya.
"Tidak mau Marvin, kenapa kau memaksaku agar ikut denganmu? Memangnya siapa yang mau kau temui itu? Sehingga aku harus ikut," ucap Meisya lagi.
"Aku ada janji bertemu dengan suamimu makanya kau harus ikut denganku karena aku tahu kalau kau sangat merindukannya," sahut Marvin.
"Tidak ada, siapa yang mengatakannya? Kau juga tahu dari mana? Jangan asal bicara," balas Meisya yang berusaha mengelak.
"Mei, kita ini berteman bukan satu, atau dua hari saja, tetapi dari kau kecil jadi, aku sudah tahu semua sifatmu walaupun kau tidak pernah mengatakannya padaku," terang Marvin lagi.
"Aku,-
"Mei, aku tidak akan memaksamu untuk menemui langsung suamimu, tetapi kau cukup melihatnya dari sebuah ruangan dengan batas kaca transparan saja." Marvin menerangkan agar sahabatnya mau ikut dengannya.
"Tapi,-
"Aku tahu yang kau hawatirkan sayang jadi, kau jangan risau karena aku sudah menyiapkan semuanya dengan sempurna. Kau yang bisa memandangnya dengan sepuas-puasnya, sedangkan dia tidak bisa karena dia hanya bisa melihat sebuah kaca biasa saja, bagaimana kau mau ikut denganku? Apa masih keras kepala?" tanya Marvin setelah dia mengungkapkan semua rencananya.
"Baiklah, aku mau ikut denganmu. Terima kasih banyak Marvin karena dari dulu kau selalu mengutamakan kebahagiaanku," ucap Meisya.
"Sama-sama sayang apapun akan aku lakukan untukmu, ayo segera bersiaplah kasihan suamimu sudah menunggu lama," sahut Marvin yang diangguki oleh Meisya.
Meisya masuk ke dalam kamarnya, dan bergegas mengganti pakaiannya setelah itu dia keluar lagi menemui sahabatnya yang sudah menunggu di ruang tengah.
"Marvin, aku sudah siap, ayo kita berangkat!" ajak Meisya.
"Wah Mei, kau sangat cantik sekali. Aku yakin setelah Daffa melihatmu seperti ini dia pasti tidak akan melepaskanmu, dan akan terus mengurung istrinya di kamar sepanjang hari," goda Marvin setelah dia melihat sahabatnya itu sangat cantik.
"Cukup Marvin, ayo kita berangkat saja aku tidak mau membuatnya lama menunggumu," ucap Meisya yang tanpa sadar membela suaminya.
"Apa aku tidak salah dengar? Kau membela suamimu, tapi baiklah ayo kita berangkat saja!" sahut Marvin yang melangkah mendahului Meisya ke arah luar rumah menuju mobilnya yang sudah terparkir di halaman.
Meisya melangkah mengikuti Marvin masuk ke dalam mobil, dan dia merasakan perasaan yang tidak menentu, tapi dia tetap berusaha senormal mungkin agar tidak diketahui oleh Marvin sahabatnya.
"Selamat malam Tuan Daffa, apa aku datang terlambat?" tanya Marvin ketika dia sudah sampai di sebuah ruangan privaty restoran gemini.