webnovel

38. Mencari Meisya

Daffa: Bunda, Daffa belum mencari istriku, tapi hanya baru akan berangkat bekerja saja, dan ketika mau menyimpan handphone, aku menemukan sebuah surat di saku jasku. Bunda tahu surat apa itu?

Bunda Felicia: Surat apa Daffa? Jangan membuat Bunda penasaran, ayo katakan saja!

Daffa: Bunda, Meisya meninggalkan surat cerai padaku, dan dia meletakkan surat cerai itu di dalam saku jasku yang ada di lemari. Apa Bunda tahu kalau Meisya akan menceraikan aku?

Bunda Felicia: Bunda tidak tahu, Nak kapan Meisya mendaftarkan dirinya untuk bercerai? Kapan dia pergi saja Bunda tidak tahu? Lalu apa rencanamu sekarang? Apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Apa kau akan menandatangani surat cerai itu?

Daffa: Tentu saja Bunda, kalau aku tidak akan melepaskannya sampai kapan pun, aku juga akan terus mencarinya

Bunda Felicia: Bunda juga akan selalu mendukungmu, Nak teruslah berjuang jangan pernah menyerah, karena kalau Meisya memang jodohmu maka dia akan tetap kembali kepadamu

Daffa: Baiklah Bunda, Daffa akan terus berusaha, Bunda tolong doakan Daffa agar bisa menemukan istriku

Bunda Felicia: Iya Nak, doa Bunda akan selalu bersamamu jadi, kau tidak perlu khawatir

Daffa: Terima kasih Bunda, Kalau begitu Daffa tutup dulu karena Daffa mulai mau mencarinya

Bunda Felicia: Hati-hati Nak, jangan lupa kabari Bunda

Daffa: Siap Bunda

Setelah itu Daffa mematikan handphonenya, dan memasukkan handphone tersebut ke dalam saku jasnya kembali beserta surat cerainya, lalu dia keluar kamar, dan turun ke bawah.

"Bik siapkan saya sarapan roti saja, saya lagi tidak nafsu makan, dan sedang buru-buru juga," ucap Daffa ketika sudah duduk untuk sarapan pagi.

Lima belas menit kemudian Daffa selesai sarapan.

"Bik, saya pergi dulu, dan tidak tahu kapan akan kembali, Bibik tolong jaga rumah ini uang buat Bibik makan selama saya, ayah, atau pun bunda belum pulang," ungkap Daffa, dia meletakkan uang lembaran seratus ribuan sekitar dua pulu lembar.

"Tidak usah Tuan, karena ibu sudah memberikan Bibik uang," tolak bik Nam, dia mendorong uang yang diletakkan Daffa didekatnya karena tidak mau dibilang memanfaatkan.

"Tidak apa-apa Bik simpan saja, rejeki jangan ditolak mana tahu Bibik suatu saat nanti akan membutuhkannya," terang Daffa yang mengambil uang itu, dan meletakkannya di tangan bik Nam.

"Terima kasih banyak Tuan, saya doakan Tuan akan menemukan nona Meisya, dan akan kembali bersama dengan nona lagi," doa bik Nam untuk Daffa, dan Meisya.

"Sama-sama Bik, terima kasih untuk doanya, kalau begitu saya pergi dulu, Bibik juga hati-hati di rumahnya," pesan Daffa setelah pamit pada pembantunya itu.

Daffa pergi menaiki mobilnya menuju ke arah rumah orang tua Meisya, walaupun dia tahu kalau sang mertua ada di dalam penjara, tetapi dia tetap berusaha mencari dengan harapan, kalau sang istri pergi ke sana sebelumnya.

Mobil yang dikendarai Daffa terus melaju membelah jalanan beraspal itu, Daffa terus meyakinkan dirinya kalau sang istri pasti akan bertemu.

"Selamat pagi Pak Diman, Bapak apa kabarnya?' tanya Daffa ketika dia sudah sampai di depan gerbang rumah orang tua sang istri.

"Eh ... Tuan Daffa, kabar Bapak baik-baik saja Tuan, Tuan Daffa bagaimana kabarnya? Kalau dilihat dari penampilannya sepertinya Tuan ada masalah ya! Tapi ngomong-ngomong di mana nona Meisya? Biasanya nona, dan Tuan Daffa tidak pernah bisa jauh," tanya pak Diman.

"Justru saya ke sini mau bertanya apa Bapak melihat istri saya? Atau istri saya kemarin, atau baru-baru ini datang ke sini," tanya Daffa.

"Saya tidak tahu Tuan, maaf saya tidak bisa membantu apa-apa untuk Tuan," ucap pak Diman yang membuat Daffa sedikit curiga dengan sikap dari pak Diman.

"Pak, saya mohon tolongin saya, kalau Bapak tahu sesuatu katakan saja jangan takut, dan berjanji tidak akan mengatakan apapun juga. Saya hanya ingin mengetahui saja tentang keadaannya yang sebenarnya dari mata saya sendiri, walupun saya tidak bisa menghampirinya," ungkap Daffa yang berusaha membujuk pak Diman mengatakan sesuatu.

"Maafkan Bapak, Tuan Daffa karena tidak bisa membantu, tetapi Tuan bisa bertanya sendiri, dan mendatangi rumah yang ada di alamat ini, selebihnya Bapak tidak bisa membantu apa-apa lagi," papar pak Diman sambil menyerahkan secarik kertas kecil pada Daffa.

"Terima kasih bnyak Pak Diman, begini saja saya sudah sangat berterima kasih pada Bapak," ucap Daffa yang langsung memeluk pak Diman dengan bahagia.

"Sama-sama Tuan," sahut pak Diman.

"Kalau begitu saya permisi dulu Pak, saya tidak akan melupakan semua kebaikan Bapak selamanya," ujar Daffa setelah dia berpamitan, lalu dia masuk kembali ke dalam mobil, dan mengemudikan mobilnya ke arah alamat yang diberikan oleh pak Diman tadi.

"Aku harus bisa membujuknya untuk ikut pulang bersamaku, aku akan berusaha keras, dan aku tidak akan pulang sampai istriku mau memaafkkan aku, dan kembali pulang bersama," ucap Daffa, dia terus meyakinkan dirinya.

Daffa mengemudikan mobilnya dengan perasaan bahagia sekaligus khawatir, dia juga sangat takut kalau istrinya tidak mau pulang bersamanya, atau istrinya menikah lagi seperti yang dilihatnya dalam mimpinya.

"Permisi Pak, apa saya boleh bertanya pada anda?" tanya Daffa begitu dia sudah sampai di sebuah rumah, dan melihat ada seorang penjaga yang sedang menutup pintu gerbang.

"Tuan siapa ya? Mencari siapa? Dan ada keperluan apa?" tanya penjaga itu yang kembali bertanya pada Daffa.

"Perkenalkan Pak nama saya Daffa, saya sedang mencari pemilik rumah ini, apa dia ada di rumah?" tanya Daffa setelah dia memperkenalkan dirinya.

"Maaf Tuan Daffa, tapi sayang sekali anda datang terlambat karena Tuan Marvin sudah pergi keluar kota dari kemarin sore, dan saya tidak tahu kapan Tuan Marvin akan pulang kembali ke rumah," ungkap sang penjaga.

"Pak apakah Bapak tahu ke mana Tuan Marvin pergi? Dan beliau pergi dengan siapa? Apa Bapak memiliki nomor teleponnya?" tanya Daffa lagi.

"Saya tidak tahu Tuan, karena Tuan Marvin tidak pernah mengatakan apapun kalau mau pergi.Untuk nomor telepoon kami semua pelayan, atau pun penjaganya tidak ada yang tahu nomor kontaknya, karena Tuan selalu menghubugi kami lewat telepon ruumah," terang penjaga Marvin.

"Baiklah, kalau begitu ini kartu nama saya, dan kalau Tuan Marvin menelepon jangan lupa katakan tentang saya padanya," harap Daffa sambil menyerahkan kartu namanya.

"Tentu Tuan, kalau majikan saya pulang, atau menelepon. saya akan memberi tahu tentang anda padanya," sahut sang penjaga.

"Saya permisi dulu Pak, dan terima kasih banyak," pamit Daffa.

"Sama-sama Tuan Daffa," ucap sang penjaga lagi, lalu dia masuk ke dalam mobil, dan kembali mengemudian mobilnya ke perusahaan.