BRAKK!!!
"KALIAN!!!" Melotot tak percaya dan langsung pergi.
Dua orang yang sedang melakukan perbuatan tak senonoh itu pun terlihat panik. Sang pria terlihat sangat ketakutan. Ia segera memakai celana boxer yang tercecer di lantai.
"Karina..." Berlari terbirit-birit menghampiri gadis yang tengah murka itu.
"LEPASKAN TANGAN KOTORMU ITU ADAM!!" teriaknya marah.
"Ini tidak seperti yang kamu lihat. Dia menjebakku." Memasang wajah sedih.
"Sudahlah. Sepertinya ini salahku yang tak pernah bisa memberikan kepuasan yang selalu kamu minta. Maaf," tersenyum kecut.
Adam menggeleng keras. "Tidak, itu tidak benar. Kamu memberikan segalanya. Aku hanya dijebak oleh wanita iblis itu!" ucapnya begitu panik.
Karina tertawa kecil. Kemudian tersenyum bak iblis. Tangannya menyentuh wajah lelaki yang sudah menjalin hubungan dengannya selama tujuh tahun terakhir. Wajah yang tampan dan terlihat lembut.
"PLAKKK!" Satu tamparan kuat mendarat di pipi Adam.
"Upss maaf. Aku tidak sengaja!" berpura-pura memasang wajah syok.
Adam mengusap pipinya yang terasa amat panas dan perih. Tamparan Karina benar-benar hampir mematahkan tulang pipinya.
"Karina, percaya padaku ya."
"Maaf, sepertinya kita harus mengakhiri hubungan tak wajar ini. Sampai kapanpun, aku tak bisa memuaskan dirimu tepatnya di RANJANG seperti dia!" tegas Kiana.
Ia pun berjalan pergi tanpa menghiraukan teriakan Adam yang terus memanggil namanya dan meminta maaf.
Adam terduduk lemas ke lantai. Masa depan yang ia kira cerah kini menjadi hancur-sehancurnya. Ia yakin, Karina tidak akan mempercayainya. Bagaimanapun, Karina bukanlah perempuan bodoh.
Adam menyesali perbuatannya. Seharusnya ia tidak mudah tergoda dengan Lisa yang notabenya adalah sepupu Karina sendiri.
"Kamu bodoh Adam. Bisa-bisanya kamu melepaskan sebuah berlian hanya untuk sebuah perak." Memukul pelan kepalanya.
Di lain sisi, Karina hanya tertawa seperti orang gila. Ia tidak habis pikir, jika kepulangannya dari luar negeri akan mendapatkan kejutan luar biasa seperti ini. Ia mengira dengan mengunjungi rumah sang kekasih, ia akan gembira. Namun, nyatanya hanyalah sakit hati yang ia dapatkan.
"KARINA BODOH.. HAHA." Karina menjerit dan menangis senggugukan.
Karina saat ini tengah menjadi tontonan orang-orang. Mereka semua menyayangkan wajahnya yang teramat cantik tapi seperti orang yang tidak waras. Ada juga yang iba dan meyakini jika Karina sedang patah hati.
Terlihat seorang pria berkacamata mata hitam yang tengah mendengarkan Karina. Ia hanya diam diposisinya dengan tongkat yang tak pernah lepas dari genggamannya. 'Gadis cantik yang malang.'
Pria itu seperti tahu apa yang dialami oleh Karina. Karina yang tak perduli dengan tatapan orang-orang hanya terus tertawa dan berjalan terseok-seok. Entah sudah berapa kali dirinya terjatuh.
Ia tak henti-hentinya mengumpat sosok Adam. Orang yang paling ia cintai dan perjuangkan. Selama ini, dirinya rela mengeluarkan biaya hidup dan pendidikan untuk sang kekasih.
Ia pikir, dalam waktu dekat ini ia akan menikah. Namun naasnya, dirinya malah memergoki sang kekasih yang sedang berselingkuh dengan sepupunya sendiri.
"Kamu bajingan Adam! Kamu tidak tahu terima kasih. Kamu pikir selama ini siapa yang sudah membiayai kuliahmu sampai kamu bisa sekarang. Aku juga memberikan posisi yang bagus di kantorku hanya untuk kamu. Apa kurangnya aku HUH!!"
"Apa karena aku tidak bisa memuaskan nafsumu itu? CUIHHH!"
Air mata Karina terus keluar tanpa seizinnya. Ia terduduk lemas di sebuah jembatan. Sekuat dan sehebat apapun dirinya. Ia hanyalah seorang wanita. Munafik jika ia mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
Hatinya hancur berkeping-keping. Sudah dari setahun yang lalu, ia merasa curiga dengan gelagat kekasihnya yang terlihat berbeda. Belum lagi isu yang beredar tentang kedekatan Adam dan Lisa sepupunya.
Karina menyesal tak pernah mempercayai omongan sahabatnya. Sahabatnya itu tak pernah menyukai sosok Adam dari dulu.
"Ternyata kamu benar-benar BENALU seperti yang Indry katakan."
Karina Kimberly Halcon, seorang Ceo National Company Grup. Perusahaan yang bergerak di bidang fashion. Ia adalah anak tunggal dari keluarga kaya. Namun, ia berhasil mendirikan perusahaannya sendiri. Wajahnya sangat cantik seperti boneka barbie. Tubuhnya sangat bagus bak gitar spanyol. Dan ia juga pemurah serta baik hati kepada siapa saja.
Ia adalah wanita idaman bagi semua pria. Banyak pria yang memendam perasaan mereka. Mereka sadar diri akan posisinya dan tak ingin mengganggu hubungan orang sebaik Karina.
Karina dibesarkan dikeluarga yang memegang adat ketimuran. Walaupun, ia bergaul bebas dengan siapa saja. Tapi ia tidak melupakan pesan dari Mamanya.
Disaat semua teman-temannya dengan mudah melakukan one night stand dengan siapa saja. Ia malah dengan asyik membaca komik dan novel. Ia juga tak pernah menyentuh yang namanya minuman keras. Bukan ia sok suci, hanya saja ia hanya menjaga janjinya kepada orang yang telah melahirkan dan membesarkannya itu.
Karina memiliki prinsip untuk menjaga keperawanannya hanya untuk suaminya nanti. Ia ingin menjadi seperti sang Mama. Karena itu, selama berpacaran dengan Adam. Ia hanya melakukan kontak fisik sebatas tangan saja, tak lebih.
Walaupun Adam selalu memintanya, Karina dengan tegas menolak dan selalu mengatakan prinsipnya. Hal itulah yang membuat Adam menjadi gelap mata.
"Semua lelaki itu brengsek kecuali Papa." Menghapus air matanya.
"Nona ambil ini." Menyodorkan sapu tangan.
Karina menoleh dan mengernyit. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengambil sapu tangan itu. Karena itulah yang paling dibutuhkannnya. Sebuah sapu tangan untuk menghapus air mata berharganya itu.
"Terimakasih," kata Karina tulus.
"Sama-sama. Baiklah kalau begitu saya pamit. Semoga Nona pulang ke rumah dengan selamat."
Belum sempat Karina berkata lagi. Pria berkaca mata hitam yang memberinya sapu tangan itu sudah berlalu pergi begitu saja. Karina melihat sapu tangan berwarna hijau. Warna favoritnya. Ia pun tersenyum tanpa sadar.
"Ternyata seorang pria buta," lirihnya. Karina terus memandangi sosok yang berjalan menggunakan tongkat itu.
* * *
"Ya ampun, wajah kamu kenapa begini Kar?" Terlihat panik.
Karina tidak berkata apa-apa dan langsung memeluk sahabatnya itu. Indry yang dipeluk begitu erat tahu jika sahabatnya sang sahabat sedang ada masalah.
Indry menerka-nerka masalah apa yang telah dialami sahabatnya itu. Tak mungkin jika masalah perusahaan. Karina sangat hebat dalam memimpin perusahaannya hingga berkembang pesat sampai sekarang. Masalah dengan orang tuanya juga tidak mungkin. Selama ini Karina adalah anak yang penurut. Indry berpikir keras dan ia pun seperti yakin tak yakin dengan pikirannya saat ini.
"Apa ini ada kaitannya dengan pacar busuk kamu itu?" tanyanya menggebu-gebu.
"Hiks,,hiks..." Karina mengangguk kecil.
"Kamu tenang ya. Ada aku disini kok. Aku akan selalu berada dipihak kamu. Sekarang coba ceritakan, sebenarnya apa yang terjadi?" pinta Indry lembut sambil menghapus air mata Kiana.
"Dia se-ling-kuh In," cicit Karina.
Indry menggeram marah. Ternyata dugaannya selama ini benar. Adam Hansley, hanya seorang pria yang tak lebih baik dari sampah.
Dari awal, dirinya tak pernah setuju jika sahabatnya itu menjalin hubungan dengan pria brengsek seperti Adam.
Ia dan Karina sudah berteman sangat lama. Mereka tumbuh bersama. Orang tua Karina dan Indry adalah sahabat dekat.
Jika saja, keduanya berbeda gender, mungkin mereka sudah dijodohkan. Namun, takdir berkata lain. Mereka sama-sama terlahir sebagai anak tunggal dan seorang perempuan.
Indry tak ingin memperburuk suasana. Ia menarik nafas sedalam-dalamnya. Ia tak boleh dikuasai amarah untuk saat ini. "Kar, sudahlah. Kamu jangan menangisi pria brengsek itu. Air mata kamu ini sangat berharga. Biar, aku yang akan memberi pelajaran kepadanya."
Tangisan Karina berhenti seketika. Sahabatnya itu benar, ia tak boleh menyia-nyiakan air matanya. Selama ini, dirinya tak pernah menangis sama sekali. Bagaimanapun, ia diajarkan untuk selalu tegar dan tangguh oleh kedua orang tuanya.
Bahkan, disaat anak seusianya waktu itu masih asyik bermain dan manja kepada kedua orang tuanya. Karina malah sudah mulai belajar bisnis dan orang tuanya tak terlalu memanjakannya. Adamlah, orang yang pertama kali membuatnya menangis di usianya yang sudah dikatakan dewasa.
"Kamu benar In. Pria brengsek itu tak pantas mendapatkan air mataku yang amat berharga ini. Akan aku pastikan, dia akan membayar berkali-kali lipat atas perbuatannya itu!" Matanya memancarkan kemarahan dan dendam.
Indry menyunggingkan senyum puas. Ia tahu, jika sahabatnya itu tak mungkin lemah. Dirinya sudah sangat tahu watak dan karakter dari seorang Karina.
"Haha. Begitu dong. Itu baru namanya sahabat aku."
"Terimakasih ya In. Kamu memang sahabat aku. Maaf ya tiba-tiba nerobos kantor kamu begini," ucap Karina tak enak hati.
"Iya gak papa. Lagian kamu kan memang selalu begitu. Haha..," tertawa kecil.
"In!" kata Karina tak suka.
"Sudah, sudah jangan ngajak ribut ya Ibu Karina Kimberly Halcon."
"Baik Ibu Indry Adiguna Wijaya."
Keduanya tertawa bersama. Mereka sangat merasa lucu ketika saling memanggil nama lengkap masing-masing yang menurut mereka sangat tidak keren sama sekali.