webnovel

stuck with yours love

Hi perkenalkan, aku Arnita perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana tapi penuh kebahagian. Sampai pada suatu hari, ayah ibu ku meninggal dalam kecelakaan, dan adik tiri ibuku yang mengatakan akan mengurusku, tiba-tiba menjual semua aset keluargaku termasuk rumah yang aku tinggalkan. Dengan berbekal uang yang tidak seberapa aku dititipkan pada rumah yatim piatu, yang tidak jauh dari tempat tinggalku. aku beruntung karena Tuhan masih sayang padaku, pemilik yayasan yatim piatu itu tidak memiliki anak hingga aku di urus nya sampai dewasa. Keberuntungan aku tidak hanya sampai disitu, aku sekarang sudah menikah dengan anak bos yang kebetulan donatur tetap yayasan yatim piatu tempat aku dibesarkan. Bukan tanpa sengaja aku menikah dengannya tapi atas dasar cinta yang akhirnya tumbuh dihati kami. Bryan pria berwajah cantik karena wajahnya lebih mirip ibunya dari pada ayahnya.

rachma_akbari · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
282 Chs

Part 7. Diam

aku melihat jam ditanganku, sudah pukul 4 Sore aku memutuskan untuk pulang setelah membeli beberapa potong pakaian dan beberapa barang keperluan sehari-hari. Aku memilih untuk pulang ke apartemenku, rasa kesal membuatku malas untuk bertemu Bryan.

"Aku sudah tidak perduli dia masih mempekerjakanku atau tidak, coba saja kalau berani," ancamku dalam hati.

Didalam Taxi aku hanya terdiam masih memikirkan tentang kejadian pagi, aku mencoba berfikir tanpa emosi, logika ku mulai berjalan tanpa menggunakan perasaan, tapi tetap saja tidak masuk diakal tindakan Bryan padaku, aku tidak bermaksud kabur namun dari pada aku mengeluarkan kata-kata yang nantinya aku sesali, aku lebih memilih menghindari Bryan dulu. Walaupun aku yatim piatu aku selalu di ajarkan oleh Ibu untuk bersikap tegar tidak minderan ceria dan tetap mengedapankan sopan santun.

Aku membuka pintu apartemen, udara terasa agak lembab karena sudah hampir seminggu lebih aku tidak tempati sejak aku menikah. perlahan aku buka jendela apartemen dan mengambil Vacum untuk aku bersihkan dari debu-debu yang menempel lalu mengambil spray bersih dari lemari dan memasangkan pada tempat tidurku.

"Eehhhm bersih," aku berguman sendiri lalu mengambil handuk untuk membersihkan diri aku melirik jam didinding sudah hampir magrib rupanya.

sambil menikmati Kripik jagung aku menyalakan TV aku sengaja menonton saluran anak-anak, agar aku bisa menonton kartun karena biasanya film kartun adalah salah satu yang bisa menghiburku seperti film kartun Tom & Jerry. Tak terasa aku tertidur karena mungkin terlalu lelah pikiran dan tubuhku.

Aku terbangun ketika mendengar suara alarm jam ponsel ku berbunyi aku baru saja hendak bangun ketika aku merasa ada pelukan erat di pinggang, aku terkejut ketika sadar semalam aku tertidur disofa depan, lalu kenapa sekarang ada diatas tempat tidur dan aku memalingkan wajahku keorang yang sedang memelukku.

"Bryan," tanpa sengaja nama itu keluar dari mulutku, ketika aku melihat wajah orang yang memeluku erat aku terdiam, pelan-pelan aku berusaha mengangkat tangannya dari tubuhku. namun Bryan malah mempererat pelukannya.

"Bryan," aku pelan-pelan membangunkannya

"Bryan.... Bryan" dengan agak keras sambil menggoyang-goyangkan tangannya namun tidak bangun-bangun juga, akhirnya aku melepas tangan dengan paksa dengan memukul lengannya dengan cukup keras.

"Aww," Bryan menjerit dengan memegang tangannya yg lumayan merah karena aku pukul, dengan tanpa dosa aku berjalan kekamar mandi untuk mandi dan kemudian aku masuk kekamar mandi.

"Pagi sayang," Bryan menyapaku ketika aku selesai mandi dan sudah menggunakan pakaian rumah, hari ini hari kamis aku pilih tidak akan berangkat kekantor ataupun menegurnya lebih dulu , malas rasanya kalau perempuan marah pasti gak bakal sebentar, padahal aku dulu jarang sekali marah apalagi hingga berhari-hari, karena buatku sebenarnya marah itu hanya buang-buang energi tapi kali ini beda karena Bryan tidak membicarakan masalah kemarin maka aku akan pilih diam dan menjawab seperlunya.

"Pagi," aku menjawab singkat dan memilih duduk di sofa dari pada harus duduk dekat Bryan di kursi meja pantry. lalu menyalakan TV. aku berusaha untuk tidak melihat Bryan yang sedari tadi memandangiku.

"Kamu kenapa sih sayang, marah karena kemarin? aku kan pernah bilang akan menambah orang-orang untuk membantumu karena Mama gak ingin kamu capai, karena dia berharap segera memiliki cucu," Bryan menuturkan alasanya soal kejadian kemarin.

"Kamu tau gak sih, aku kemarin dimarahi Papah karena kamu pergi dan gak bisa dihubungi," Bryan kembali berkata sementara aku masih diam sambil mengganti canel TV karena gak tau aku mau menonton apa, dan sepertinya Bryan mula kesal dengan aku yang tidak mendengarkan perkataannya.

"Arnita!!" Bryan membentakku, aku memandangnya dengan muka tidak suka. lalu aku berdiri namun tanganku ditariknya hingga aku terjatuh keatas sofa didekatnya

"Maaf aku gak bermaksud membentak kamu," Bryan memamdangku lembut namun aku yang masih kesal hanya memandangnya dingin. Aku merasa Bryan benar-benar tidak peka kalau soal dia akan menambah assisten untuk aku juga sudah tau, tapi bukan itu masalahnya seharusnya aku sendiri yang memilih orang-orang yang akan membantuku bagaimana jika aku tidak suka dengan orang pilihan entah lah siapa yang memilih dan tidak langsung mengganti tanpa kompromi dulu dengan ku, toh mereka akan berhubungan denganku bukan dengan Bryan, lagi pula aku yang akan membagi pekerjaan dan aku yang harus nya menerima apa yang diperlukan Bryan dan bukan seperti kemarin. aku masih menatap Bryan tidak suka atas tindakkanya kemarin.

"Okey sekarang apa mau kamu, aku dengarkan," Bryan memegang tanganku, tatapanku yang tidak beralih padanya membuat Bryan sepertinya mulai paham dengan apa yang aku mau.

"Telat! lakukan aja sesuka kamu, anggap aku gak ada," aku berdiri lalu berjalan kearah kamarku dan membanting pintu.

Aku tidak tau apa yang dilakukan Bryan, 15 menit kemudian Bryan mengetuk pintu kamarku.

"Sayang, baiklah aku yang salah seharusnya aku memang kompromi dulu denganmu aku tadinya ingin membuat kejutan untukmu," Bryan sepertinya masih di depan pintu karena dia masih mengetuk pintu kamarku.

"Kejutan yang unfaedah, " aku memjawab perkataan Bryan, Bryan mungkin tidak tau bagaimana aku marah karena selama aku bekerja dengannya tak pernah Bryan melihatku marah termasuk pada bawahku, aku lebih suka mengingatkan mereka jika mereka salah, tapi sekarang kan aku istrinys seharus dia bisa menjadikan aku patner kerjanya dan mengatakan apa keinginannya lebih terbuka padaku.

"Okey, aku minta maaf buka donk pintunya" Bryan memelas padaku, aku sebenarnya sudah tidak marah hanya saja aku ingin Bryan tidak berlaku sesuka hatinya padaku, aku ini istrinya bukan bonekanya. aku membuka pintu kamarku kuliah Bryan bersandar ditembok dekat kamarku dia melihat kearah pintu ketika pintu aku buka. dia tersenyum lalu menerobos kekamarku lalu mendorong tubuhku hingga kami terjatuh ketempat tidur.

"Kamu mau ngapain?"aku membentaknya kesal. tanpa basa basi dia langsung mencium dan melumat bibirku, lama-lama aku kehabisan nafas dan berusaha mendorongnya namun tubuhnya yang lebih besar dari ku sepertinya hanya sia-sia terpaksa aku memencet hidungnya.

"aaachh kamu mau bikin aku kehabisan nafasnya?" Dia menarik tanganku dari hidungnya

"kamu yang mau bikin aku kehabisan nafas tau," aku kesal karena dia benar-benar tidak peka tampaknya.

"Hahahahaha," Bryan malah tertawa.

"Maaf, abis bibir kamu enak sih," dia memandangku dengan wajah mesum, wajah yang aku tidak suka tapi juga membuatku tersipu jika Bryan menatapku seperti itu.

"Aku mau minta jatahku semalam tapi dobel karena kamu sudah membuatku dimarahi Papah sama Mama juga kemarin.

"Apaan sih, emang gak bosan setiap hari? minta dobel lagi padahal tiap hari juga dobel triple malah," aku memukul dadanya Bryan malah melanjutkan niatnya dan aku tentu saja tidak pernah bisa menolaknya kalau untuk urusan kasur.

"Jadi kamu maunya bagaimana?" Bryan bertanya sambil membelai rambutku, dia menatap lembut kami berhadapan diatas tempat tidur.

"Yang punya ide gila memindahkan mejaku keruanganmu siapa?" aku menatap Bryan.

"Aku, awalnya aku hanya berniat memindahkan meja kamu kedalam dan manaruh meja taufan dan Indri ketempat kamu, agar kamu tidak perlu mencari keruangan HRD jika membutuhkankan mereka tapi Yudi mengusulkan agar mereka ditambah lagi dan urusan surat menyurat dipegang, Dini orang yang kemarin masuk keruanganku," aku masih memandangi Bryan yang masih pengusap-usap punggungku.

"Dan kamu menyetujuinya?" aku mengenyitkan dahi.

"Awalnya tentu saja tidak aku bilang tunggu persetujuan kamu dan tunggi sampai kita pulang dari berbulan madu saja, tapi dia bilang justru kalau pas bulan madu kamu ada yang membantunya sehingga bisa menikmati bulan madu tanpa terganggu pekerjaan? aku pikir iya juga sih, kamu kan orang yang gak bisa sehari saja ninggalin kerjaan kemarin cuti nikah aja kamu masih terus memonitor kerjaan pada Indri dan Taufan. Makanya aku menyetujui maksud dari Yudi," aku hanya menghela nafas.

"Kamu tau kan rata-rata Dokumen itu rahasia dan kamu percayaan? entah orang dari mana si Dini itu?" aku heran dengan tindakan kegagabah Bryan. Dulu Papahnys menyetujui aku menjadi Sekretarisnya Bryan karena dia sudah mengenal lama aku dan dia tau aku bikan tipe orang yang akan menghianati perusahaannya.

"Untung kunci berkas gak aku gandakan dan diserahkan kekamu, kalau gak bisa-bisa itu kunci kamu kasihkan pada perempuan itu juga," kataku kesal.

"kamu kan bilang perusahaan kamu gak cuma diincar sama orang luar, tapi juga orang dalam yang punya saham disana menginginkan perusahaan itu?" aku duduk di tempat tidur dan memandangnya.

"Ya aku tau, itu tapi aku gak berfikir Yudi akan memberikan orang yang bakal berhianat pada perusahaan kita, ditambah Yudi sudah disana sejak Papah memimpin perusahaan," Bryan menjelaskan sambil memandangku.

"Memangnya kamu tau hati manusia, manusia bisa berubah kita memang tidak boleh menuduh tanpa bukti, tapi waspada tetap perlu," jawabku kesal.

"Lalu sebaiknya gimana?"tanya Bryan memandangku serius.

"Mana aku tau, yang ambil keputusan tergesa-gesa kan kamu," aku pura-pura tidak perduli.

"Aku gak mau dia berpikir kamu mempengaruhi kinerja aku, dan aku gak mau mentang-mentang kamu Istriku kamu sok berkuasa sekarang walaupun pada dasarnya dulu juga segala keputusan berdasarkan pendapat dari kamu sih," Bryan beringsut menaruh kepalanya dipahaku jika sudah begini dia biasanya sangat manja dan kesan tegas dan dinginnya benar-benar hilang, seperti anak kucing yang ingin dibelai.

***