webnovel

stuck with yours love

Hi perkenalkan, aku Arnita perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana tapi penuh kebahagian. Sampai pada suatu hari, ayah ibu ku meninggal dalam kecelakaan, dan adik tiri ibuku yang mengatakan akan mengurusku, tiba-tiba menjual semua aset keluargaku termasuk rumah yang aku tinggalkan. Dengan berbekal uang yang tidak seberapa aku dititipkan pada rumah yatim piatu, yang tidak jauh dari tempat tinggalku. aku beruntung karena Tuhan masih sayang padaku, pemilik yayasan yatim piatu itu tidak memiliki anak hingga aku di urus nya sampai dewasa. Keberuntungan aku tidak hanya sampai disitu, aku sekarang sudah menikah dengan anak bos yang kebetulan donatur tetap yayasan yatim piatu tempat aku dibesarkan. Bukan tanpa sengaja aku menikah dengannya tapi atas dasar cinta yang akhirnya tumbuh dihati kami. Bryan pria berwajah cantik karena wajahnya lebih mirip ibunya dari pada ayahnya.

rachma_akbari · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
282 Chs

Part 21. Dendam lama

Aku masih duduk dikursi ruangan kerja Randy sementara Bryan, Adi serta Randy masih membaca berkas yang diberikan Randy pada Bryan tadi

"Aku bingung seperti aku tidak pernah menyinggung seseorang ataupun merugikan seseorang dalam menjalankan bisnis ini tapi mengapa mereka ingin mengusikku," Bryan sepertinya sedang berfikir keras dia khawatir sudah membuat kesalah, selama menjadi sekretaris ataupun Istrinya aku sama sekali tidak pernah melihat Bryan melakukan tindakan yang berlebihan untuk mendapatkan Proyek ataupun melancarkan bisnisnya dengan tidak benar apalagi ilegal jika dulu aku pernah menjadi pegawai di bagian HRD, aku tidak tau apa-apa karena tidak bersentuhan dengan proyek ataupun pekerjaan lainnya aku hanya mengurusi masalah kepegawaian.

"Kau tidak pernah menanyakan pada Ayah atau kakekmu bagaimana awalnya perusahaan ini berdiri?" tanya Adi setelah membaca dokumen yang diberikan oleh Randy.

"Kakek hanya berkata bahwa perusahaan ini dia dirikan dengan kerja keras, keringat, dan air mata serta orang-orang yang berani mengorbankan dirinya untuk keberlangsungan perusahaan ini jadi ketika ayahku menyerahkan perusahaan ini padaku aku berjanji untuk menjaganya bagaimana kakek dan Ayahku lakukan Di," Kami hanya menatapnya lekat-lekat seperti Bryan tidak tau asal muasal secara detail bagaimana perusahaan ini berdiri.

"Pa mereka sudah ada diruangan seperti yang diperintahkan," Indra masuk kedalam ruangan Randy, setelah sebelumnya sia mengngetuk pintu terlebih dahulu.

"Okey kita kesana," Bryan berdiri diikuti Adi sementara Randy menyuruhku melihat melalui monitor dimeja kerjanya saja, lalu ia menyusul keluar dengan menyuruh anak buahnya membawa sebuah tas yang sepertinya sudah Randy siapkan untuk mengikuti dirinya, sementara aku memandang kemonitor ada dua wanita dan satu Pria, yang satu aku kenal itu adalah Andini dan perempuan yang satunya yang tidak aku kenal dan seorang laki-laki yang wajahnya seperti sangat familiar oleh ku

"Tapi dimana aku pernah melihatnya?" tanyaku dalam hati. aku masih memperhatikan layar komputer di meja Randy namun tidak ada suaranya aku mencari head seat ternyata tergelak dekat Printer disebelah komputer, setelah kupasang dikepalaku baru aku mendengar suara orang berbicara.

"Halo," Adi menyapa mereka sambil menyeringan licik pada mereka yang terikat tangan serta lakban dimulut , seorang anak buah Randy memasang alat pada tubuh mereka, lalu menyambungkan pada laptop di depannya.

"Alat apa itu, bukan setrum kan?" aku masih terus memperhatikan apa yang sedang mereka lakukan sementara aku tidak melihat Bryan disana.

"Selesai pa, silahkan," ia berkata pada Adi yang sedang menikmati Rokok putih yang baru saja dia nyalakan. Tubuh Adi yang 185 cm serta wajah tampan seperti seorang yang sangat menyebalkan setelah mengisap beberapa kali Adi melemparkan sisa rokok kebawah kakinya dan menginjak hingga bara dirokok itu mati.

"Buka lakban mulutnya," perintah Adi pada anak buahnya.

"Kamu tau kenapa kamu disini?" tanya Adi masih dengan suara baritonenya. Pria itu menggelengkan kepala sementara dia memandang wajah Adi dengan kebencian serta mencibir.

"Sebenarnya aku bisa saja membawa kalian kekantor polisi,8 tapi hasilnya pasti hanya mentok sampai kalian," Adi memasang wajah yang menyebalkan sambil membuka kancing tangan kemejanya dan menariknya hingga kesiku.

"Cih.... kau pikir aku akan memberi informasi yang kau inginkan jangan harap!, kau sama saja dengan ku orang yang dibayar untuk mengerjakan apa yang bos mu inginkan, kau hanya orang yang melakukan pekerjaan kotor yang dilakukan bos bancimu itu agar tangannya tetap bersih," orang itu meludah sambil memandang wajah Adi dengan penuh Amarah. Adi yang sedang berdiri didepan pria itu langsung menendang kursi dimana orang itu duduk sehingga ia terjatuh dan tersungkur dari kursi tersebut. aku yang melihat melalu monitor komputer di meja Randy sempat berteriak kemudian secara reflek aku mendekap mulutku sendiri dengan tanganku, aku memandang orang-orang diruangan Randy, mereka masih asyik dengan kerjaan mereka sendiri tanpa terganggu dengan teriakkanku, mungkin karena mereka menggunakan headset sehingga tidak mendengar teriakkan ku. Adi menyuruh anak buahnya untuk mendudukan dan memasang kembali kabel yang dipasang pada tersebut yang sempat terlepas dan menduduk kembali orang tersebut dikursi yang tadi Adi tendang, orang itu masih memandang dengan dengan tatapan penuh Amarah.

"Aku sama sekali tidak dibayar untuk melakukan ini, anggap saja untuk menyalurkan hobbiku berolah raga, jadi setelah ini tidak perlu ke Gym ataupun Dojo," Adi berkata tanpa ada nada emosi disana walaupun aku jelas- jelas melihat kilatan amarah dimatanya tadi, ketika menendang orang tersebut hingga terpental dari kursiny.

"Jadi aku sangat senang melakukannya tanpa memikirkan uang, posisiku sekarang sudah cukup untuk menbeli apa yang ingin aku beli," Adi kembali berkata dengan nada seperti sedang berbicara dengan temannya tanpa nada ada emosi dari suaranya, aku masih terus memandang kearah monitor, seperti sedang menonton drama action di televisi.

"Jika kau bisa dibayar dengan uang maka aku akan membayar 2 kali lipat yang kau dapat sekarang," Adi menatap wajah orang tersebut dengan serius.

"menutut catatan mobile banking yang kau miliki kau sudah dibayar 150 juta untuk pekerjaan meng hack data dan mencuri dokumen, betapa murahnya kau dibayar," Adi mengejek orang tersebut.

"Ahli komputer disini dibayar 150 juta sebulan dan kamu dibayar 150 untuk mengerjakan pekerjaan sampai selesai, padahal yqng kamu curi adalah data penting yang bisa kamu jual milyaran pada musuh kami" Adi tertawa mengejek dan betapa bodohnya orang itu sudah menyia-nyiakan kemampuannya. Seorang anak buah Adi masuk kembali keruangan dan membawa sebuah ponsel dia memberikan pada Adi ponsel tersebut lalu membisikan sesuatu melalui telinga Adi, Adi yang menganggukan kepala tanda dia paham dengan apa yang diinformasikan padanya.

"Okey, aku bukan orang yang suka memaksa jika masih bisa bernegosiasi," Adi duduk kembali dikursi dihadapkan pada orang tersebut.

"sepertinya dari tadi kita belum membicarakan ke inti masalah, siapa yang menyuruhmu sebenarnya," Adi bertanya sambil memperhatikan kuku-kuku tangannya lalu memberhatikan orang tersebut.

"Bos ku bilang dia akan membayar 300 juta untuk nama yang kau sebutkan?" orang itu malah membuang muka seolah-olah uang bukan sesuatu yang berarti.

"Okey jika uangpun tidak ada arti tidak masalah," Adi lalu memutar sebuah video yang ia sambungkan kelayar TV yang ada disana. seorang wanita tua sedang terseyum dengan melabaikan tangan.

" Rio ini ibu, ibu sudah pindah kerumah baru yang kau beli, walau sangat jauh dari rumah kita yang dulu, dan orang menyeramkan itu sudah tidak pernah datang lagi dan ibu suka disini, sejuk ibu dibawa kesini dengan heli kopter yang kau sewa, terima kasih ya nak cepat pulang ibu rindu," lalu video itupun mati.

"Ibu mu sudah ditangan kami, keselamatannya tergantung dari sikapmu," orang itu malah menangis.

"Tolong jangan sakiti ibuku, didunia ini aku cuma punya dia," pintanya dengan nada memohon, aku yang menonton sebenarnya tidak tega namun aku percaya Bryan tidak akan pernah menyakiti apa lagi melukai orang yang sudah sepuh.

"Seperti yang aku bilang semua tergantung dari dirimu," Adi berkata dengan santai.

"Aku hanya dibayar untuk mengambil data komputer yang aku dapat dari Diki," Jawabnya dengan nada sedikit gemetar, Indri melihat dilayar komputer tidak ada tanda-tanda orang itu berbohong.

"pantas bayaranmu sangat kecil kamu cuma kacung yang pembayarannya sudah dipotong oleh orang yang kau anggap bos," Adi menatap Andini dengan sinis.

"Singkirkan orang itu serahkan pada polusi katakan mereka telah mencuri data perusahaan dengan mensabotase jaringan internet kita, bawa juga laptopnya sebai bukti, Oya minta Team Randy untuk mengbuka kodenya pada laptopnya agar polisi tidak perlu bersusah payah membuka laptopnya. Adi lalu menatap pada indri perempuan yang menggunakan kaos turtle neck serta ros span hitam panjang serta belahan yang cukup tinggi memberikan kesan seksi pada dirinya.

"aku tidak suka paha mu turunkan kakimu tidak perlu bersilang seperti itu," Adi menatap jijik dan tak bernapsu pada wanita itu.

Adi lalu membaca riwayat perempuan dihadapan yang dari berkas yang tadi Randy berikan padanya.

"Kau kenal dengan michael Diningrat wisler?" tanyanya pada Bryan melalu speaker yang ada di meja yang ia duduki setelah tadi dia pindah dari kursi kemeja yang dia duduki.

"Aku tidak, entah kakek atau ayahku," Jawab Bryan melalu microphone.

"Ehhhmmm Randy sudah ada info terbaru?" tanyanya kembali melaku microphone.

"Sudah aku suruh anak buah untuk membawa kemari. Aku yang sedari tadi duduk di meja Randy menatap anak buah Randy yang akan keluar ruangan.

"Tunggu, biar aku ikut denganmu kesana," aku berjalan mengikuti anak buah Randy keruanga yang dituju. Tidak terlalu jauh dari Ruangan Randy, posisinya terpisah oleh lift dan berada disayap kiri gedung.

hai reader jangan lupa tinggalkan jejak ya terima kasih banyak

rachma_akbaricreators' thoughts