webnovel

stuck with yours love

Hi perkenalkan, aku Arnita perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana tapi penuh kebahagian. Sampai pada suatu hari, ayah ibu ku meninggal dalam kecelakaan, dan adik tiri ibuku yang mengatakan akan mengurusku, tiba-tiba menjual semua aset keluargaku termasuk rumah yang aku tinggalkan. Dengan berbekal uang yang tidak seberapa aku dititipkan pada rumah yatim piatu, yang tidak jauh dari tempat tinggalku. aku beruntung karena Tuhan masih sayang padaku, pemilik yayasan yatim piatu itu tidak memiliki anak hingga aku di urus nya sampai dewasa. Keberuntungan aku tidak hanya sampai disitu, aku sekarang sudah menikah dengan anak bos yang kebetulan donatur tetap yayasan yatim piatu tempat aku dibesarkan. Bukan tanpa sengaja aku menikah dengannya tapi atas dasar cinta yang akhirnya tumbuh dihati kami. Bryan pria berwajah cantik karena wajahnya lebih mirip ibunya dari pada ayahnya.

rachma_akbari · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
282 Chs

Part 17. Irene manusia Aneh.

aku berjalan bersama Bryan masuk kedalam gedung dimana kami bekerja, seperti biasa Bryan akan menggenggam tanganku hal yang tak pernah lepas dia lakukan sejak kami menikah namun ketika dia tau aku hamil dia lebih protektif melindungiku. setiapa orang yang melihat kami akan menyapa dan memberikan hormat namun masih seperti biasa Bryan hanya akan menganggukkan kepala tanpa tersenyum, pernah suatu hari Rike resepsionis senior bertanya padaku bagaimana aku bisa membuat Bryan jatuh cinta padaku padahal jika dilihat Bryan itu cenderung dingin dan pendiam jika berhadapan dengan anak buahnya.

Aku tidak pernah berusaha mencari perhatiannya yang pasti dia yang jatuh cinta padaku," jawabku seenaknya yang disambut tawa oleh Rike.

"Benar sih kalau orang sudah jatuh cinta pada kita, tanpa berbuat yang berlebihan juga dia akan nyosor dengan sendirinya," Rike memberikan pendapatnya yang aku jawab dengan anggukkan dan acungan jempol. terbukti sampai saat ini Bryan mulai posesif yang terkadang membuatku hanya bisa menggelengkan kepala dengan sifatnya padaku.

"Kamu mau minum apa sayang, aku minta Indri yang membuatkan. Oya tadi pagi susu ibu himilnya sudah kamu minum kan, lalu nanti siang kamu susunya bagaimana?" aku langsung menghampiri dan memeluk.

"Aku lagi hamil bukan sedang sakit parah jadi tangan dan kakiku masih bisa bergerak dan berfungsi dengan baik dan aku tau apa yang harus aku persiapan dalam menjaga kehamilanku," Aku berjalan kelemari pendingin yang tidak terlalu besar yang ada diruangannya Bryan dan memperlihatkan Susu kemasan kotak untuk ibu hamil sudah ada disana. juga beberapa kotak buah segar disana. Bryan tersenyum lalu mengecup bibirku.

"aku lupa kalau aku punya istri pintar," Bryan menepuk jidatnya dengan telapak tangannya aku cuma tersenyum lalu melepaskan pelukan pada dirinya dan berjalan kemeja kerjaku.

"Selamat bekerja Tuan, semoga hari ini menyenangkan," godaku padanya Bryan berdiri didepan mejaku.

"Sama-sama nyonya semoga harimu menyenangkan juga," lalu ia berjalan menuju meja kerjanya dan duduk dengan wajah yang masih menatapku dengan senyum tulusnya, Dia terlalu cantik untuk aku lewatkan pikirku sambil tersenyum.

***

"Bryan," suara melengking seorang perempuan memanggilnya ketika kami sedang berjalan kepusat pertokoan untuk mencari perlengkapan furniture rumah yang sudah dirombak total menjadi gaya minimalis , rencana kami akan pindah kerumah itu apalagi setelah aku hamil ibu mertuaku memaksaku untuk segera pindah dia tidak mau jika cucunya lahir harus tinggal ditempat sempet dan terbatas ruang geraknya dan akupun setuju dengan pendapatnya. maka rumah tua yang dulu menurutku menyeramkan telah disulat menjadi rumah minimalis yang asri dengan begitu banyak tanaman hias dimana-mana.

kembali keperempuan yang memanggil Bryan yang berlari kearah Bryan dan bermasud memeluk Bryan namun Bryan malah menghindar dan bersembunyi di belakangku alhasil dia malah memelukku.

"Kamu ngapain tiba-tiba mau meluk aku, kaya film india aja lagian kita bukan muhrim," Bryan mengibas-ngibas tangannya seolah-olah sedang mengusir lalat yang berterbangan.

"Kamu kok gitu si By," nada bicaranya dibuat semanja mungkin aku nyaris saja tertawa, kalau saja tidak mengingat sedang berada ditempat keramaian.

"Gue kenapa? lu ngejerit sampe hampir pengunjung toko memperhatiin lu, trus lu lari kearah gue mau meluk seolah-olah gue temen karib lu padahal dulu gue kenal lu aja selewatan," Bryan masih berdiri dibelakangku.

"Kamu jahat, Aku kan kangen," jawabnya polos sambil mengejap-ngejap matanya yang menggunakan bulu mata cukup lebat dan panjang yang menyebabkan dia malah seperti orang ngantuk.

"Atas dasar apa lu kangen, aneh lu," Bryan menujuk kearah Irene.

"Bryan!, aku kan dulu pernah deket sama kamu," ia menghentakan kakinya kesal.

"Hah!, kapan?" Bryan memandang bingung.

"Dulu kan kamu pernah ngaterin pulang aku, waktu acara perpisahan angkatan kelas," katanya lagi sambil mengerucutkan bibirnya. Bryan malah terbahak-bahak tapi masih posisi dibelakangku.

"Wah gue lupa tuh banyak soalnya yang suka maksa gue minta anter pulang, apa muka gue mirip supir taksi ya?" Bryan menggaruk-garuk kepalanya yang kurasa tidak gatal namun setelah itu wajahnya kembali menatap dinginya tatapnya yang aku ingat jika dia tidak suka sesuatu,"

"Itu loh waktu Riki yang sakit perut akhirnya kamu anterin aku iyah sih kamu gak cuma anter aku doang tapi ada Dino dan Rian juga," ia kembali memanyunkan mulutnya seperti orang yang sedang merajut. Bryan terdiam sebentar.

"Oh itu.....waktu itu Riki tidak bisa mengantar karena dia salah minum harusnya minum obat penambah tenaga dia malah minum obat pencahar, aku masih ingat dan gak mungkin bisa aku melupakan itu," Bryan kembali tertawa sampai mengeluarkan air mata karena tidak berhenti tertawa

"kamu udah ingatkan, kenapa kamu masih memeluk perempuan itu," Irene menujuk kearahku, Bryan akhirnya menghentikan tawanya.

"Hai Irene.... aku dulu mengantarmu karena kasihan padamu dan sudah sangat malam lagi pula waktu itu aku harus mengantar Dino sama Rian juga,karena searah aku bersedia ketika Riki pacarmu meminta tolong mengantarmu, jadi karena pernah nolong kamu, kadi kamu pikir aku temen deket gitu?" Bryan masih berdiri sambil memandang Irene dengan tatapan aneh.

"kata Silvi kamu gak pernah mau nganter temen apalagi perempuan kalau gak deket, dan kata Silvi kalau seperti itu berarti kamu punya rasa sama aku, makanya mau nganter," kali ini dia menatapku seolah menang karena baru mendapatkan Bryan sementara tangan Bryan sudah memeluk pundakku. aku masih asyik jadi penonton melihat adegan yang menurutku sangat absurd dari perempuan yang bernama Irene. Bryan menatap Irene sambil sebelah tangannya berkacak pinggang dengan muka jengah.

"Jadi kamu percaya sama temen kamu nenek lampir tukang gosip itu?" lalu Bryan berjalan kearah Irene dengan tangan kanannya memeluk pundakku.

"kok gosip sih? aku gak marah kok kalau kamu selingkuh sama dia dan balik lagi sama aku," Dia berkata pelan karena Bryan dan aku berjalan mendekat kearahnya.

"Yang selingkuh dari kamu siapa?" aku memandang wajah Bryan, dia seperti tersenyum licik pada Irene.

"Jadi kamu gak selingkuh, jadi perempuan itu adik kamukan?" tanyanya antusias

"Aku emang gak selingkuh, Dia ini istri aku sah hukum dan agama, lagi pula kapan kita pernah pacaran, emang setiap orang yang anterin kamu berarti dia suka atau naksir gitu? kayanya kamu musti kerumah sakit deh periksa, kali-kali aja kamu anget jadi koslet otaknya," lalu Bryan menatap Dika yang merupakan supir sekaligus bodyguard Bryan, dan sepertinya Dika sudah paham dengan apa yang diperintahkan. dan aku sampai detik ini tidak mengeluarkan kata-kata apapun ditambah perkataan Bryan sudah cukup membuat perempua Halu itu terdiam sampai ku lihat dia mulai sadar ketika Dika menarik tangannya agar menjauh dari kami.

"Sakit,"Bryan berkata sambil membawaku menjauh dari tempat tersebut karena beberpa orang sudah mulai memperhatikan kami, untung saja mall besar ini ramai hanya menjelang sore jika masih siang seperti ini cendrung sepi.

***

"Sayang," aku mencolek tangan Bryan yang sedang menikmati nasi goreng seafood kesukaannya. kami sengaja masuk ke restoran Indonesia karena disini salah satu tempat favorit Bryan menemukan nasi goreng favoritnya setelah hampir seharian kami berkeliling mencari kebutuhan untuk mengisi rumah.

"kenapa sayang?" tanyanya sambil memandangku.

"Irene itu siapa sih, aku cuma sedikit aneh dengan sifatnya aku kok ngerasa dia kaya ada kelain jiwa, trus aku ngerasa dia gak mungkin seberani itu kalau gak punya back up dan maaf ya... dia itu gak punya modal jadi wanita penggoda, wajah biasa body apalagi trus cara dia berpakaian juga biasa aja tapi kok bisa nekad gitu ya? gak mungkin juga dia gak tau kamu dah nikah soalnya hampir semua temen dekat diundang belum berita diinfotiment," aku memandang Bryan jujur saja kalau Irene disuruh jadi wanita penggoda siapa yang mau tergoda apalagi dengan sifatnya yang aneh, apa laki-laki malah gak kabur.

"kan aku bilang sakit, aku sebenarnya suka kasian juga sih ama dia. Kata temen-temen aku dulu dia itu suka dimanfaatin temen-temennya dan gak jarang dia juga sering dijadikan bahan tertawaan yang dia anggap temen deket, mungkin dengan gitu dia bisa bertemen dengan gank nya sekarang," Bryan mengangkat bahunya kemudian meminun teh poci hangat yang tadi kami pesan.

"Trus Silvi itu siapa?" aku bertanya penasaran karena tadi Irene menyebut nama Silvi.

"Aku juga gak begitu kenal tapi temen-temen cuma suka nyebut dia nenek lampir aku sendiri gak tau wujudnys nenek lampir kaya apa," aku hanya tertawa, bagaimana dia tau nenek lampir sejak kecil dia sudah tinggal di luar negeri. aku hanya tersenyum.

"Nih nenek lampir," aku menunjukan foto nenek lampir dari ponselku yang aku dapat dari google.

"Kok mukanya hijau kaya hulk," aku hanya tertawa mendengar comentar Bryan.

"udah ah ngapain ngobrolin yang gak penting," Bryan baru menyelesaikan makananya ketika notivikasi masuk keponselnya dia menunjukan pesan dari Randy padaku.

"cepet aja dia nemuyang aku suruh. Pulang yu, Randy nunggu dirumah katanya dia bawa pepohonan dari ibu buat dirumah," aku dan Bryan lalu meninggalkan rumah makan tersebut setelah senbelumnya Bryan membayar semua makanan yang aku pesan tadi.