Kenan membawa Zanna pergi ke apartemen yang selama ini menjadi tempat tinggal Kenan. Pria itu menggenggam erat pergelangan tangan Zanna, berusaha menahan Zanna yang sedari tadi memberontak.
"Please deh. Aku bisa jalan sendiri. Kamu seperti bawa sapi saja. Aku manusia lo ya, M A N U S I A !" Zanna menekan kata terakhirnya membuat Kenan berhenti dan memutar tubuhnya.
"Manusia? Manusia ya? Selama ini aku tahu yang namanya manusia itu tidak keras kepala seperti kamu ini. Manusia bisa mengerti dan mematuhi perintah." Pernyataan Kenan membuat Zanna memutar bola matanya jengah.
"Seperti dirinya tidak.keras kepala saja." Gerutu Zanna lirih dan mendapat pelototan mata dari Kenan.
"Sudah. Aku jalan sendiri. Minggir!" Zanna mendorong tubuh Kenan yang menghalangi jalannya ke samping, membuat Kenan memundurkan kakinya beberapa langkah kebelakang.
Zanna melangkah menuju lift, saat di dalam Zanna bingung lantai berapa apartemen Kenan berada. Pria itu tidak memberitahunya, dengan terpaksa Zanna menunggu Kenan memasuki lift, sebenarnya Zanna bisa pergi dari sini tapi melihat wajah Kenan saat ini, dia mengurungkan niatnya.
"Kenapa tidak naik?" Tanya Kenan sambil mengernyitkan keningnya.
"Mana aku tau apartemen kamu ada di lantai berapa?Mungkin kamu lupa kepada siapa kamu memberitahunya." Jawab Zanna cuek.
Kenan membiarkan Zanna dengan pikirannya, tangannya menekan tombol 30 yang membuat mata Zanna terbelalak. Lantai 30 di gedung ini adalah apartemen milik sang pemilik gedung, berarti Kenan pemilik gedung ini? Yang benar saja?
Lift terbuka Zanna dan Kenan berjalan keluar langsung berada di dalam apartemen. Lift tadi mengantarkan mereka langsung menuju apartemen Kenan karena hanya Kenan dan staff gedung yang memiliki akses khusus untuk tempat pribadinya.
"Gedung ini milikmu?" Tanya Zanna ragu.
"Akan menjadi milik kita nanti."
"Hah?" Zanna semakin bingung dengan perkataan Kenan.
"Akan menjadi milik kita setelah kita menikah."
"Me... menikah? Seriously? Are you kidding me?" Zanna membelalakkan matanya ketika Kenan mengatakan kata pernikahan. Ini pernikahan. PERNIKAHAN. Oh Tuhan.... Sebenarnya apa yang sedang terjadi dalam hidupnya saat ini? Kenapa dia harus dipertemukan lagi dengan Kenan jika seperti ini akhirnya?
"Mulai hari ini kamu tinggal disini! Pergi dan pulang kerja wajib bersamaku!" Putus Kenan lagi sepihak. Mulut Zanna menganga. Gila. Satu kata untuk Kenan. GILA!
"Tidak! Memangnya kamu siapa mau mengatur hidupku? Orang tuaku saja tidak melarang ku tinggal di apartemen sendiri." Zanna kembali melawan. Mencoba memberanikan diri meski Zanna merasa ngeri saat melihat tatapan mata Kenan kepadanya.
"Sudah aku katakan. Kamu milikkku! MILIKKU! ZANNA KIRANNIA HANYA MILIK KENAN!"
"Ah sudahlah. Whatever you want. Aku pulang dulu sudah malam." Jawab Zanna dengan santai dan melangkah pergi, meninggalkan Kenan.
"Kamu tidak akan bisa keluar dari sini tanpa ijinku, Sayang." Kenan memeluk Zanna dari belakang sambil berbisik. Tubuh Zanna tiba-tiba terasa panas.
"Ke...kenapa? Ada apa dengan tubuhku ini."
Zanna memejamkan matanya. Otaknya memintanya untuk segera berbalik dan menghajar Kenan tetapi tubuhnya berkhianat. Tubuh Zanna menginginkan sentuhan Kenan lebih. Zanna menggigit bibirnya, melihat Zanna menahan erangannya dengan menggigit bibirnya tangan Kenan melepaskan gigitan di bibirnya.
"Jangan gigit! Ini milikku. Hanya aku yang bisa menggigitnya." Kenan mengecup bibir Zanna singkat. Zanna hilang akal. Sentuhan Kenan membuatnya lupa dengan semua perlakuan Kenan di kantor. Zanna berbalik dan menarik kepala Kenan. Bibirnya meraup kasar bibir Kenan dan dia kbali terhanyut dengan cumbuan - cumbuan yang Kenan ciptakan di tubuhnya.
Mata Zanna terpejam dan itu kesalahan yang fatal. Cumbuan Kenan semakin terasa pada tubuh Zanna membuat kaki Zanna lemas, terasa seperti jelly yang tidak memiliki tulang - belulang.
"Mulai detik ini kamu tidak boleh berdekatan dengan pria lain." Perintah Kenan saat pria itu melepaskan ciumannya. Zanna sudah tidak fokus dengan semua yang diucapkan Kenan. Pikirannya melayang menikmati sentuhan Kenan di miliknya.
"Paham sayang?"
"Hah? Paham apah?" Nafas Zanna kembali tersengal-sengal saat cumbuan Kenan kini beralih di dadanya.
"KENAN!" Teriak Zanna frustasi saat Kenan mencubit ujung dadanya yang sudah mengeras. Entah sejak kapan pria itu membuka pakaiannya, Zanna juga sudah tidak perduli.
"Katakan iya terlebih dahulu."
"IYA!" Teriak Zanna dan Kenan langsung membopong tubuh setengah telanjang Zanna, membawanya ke dalam kamar dan menjatuhkan Zanna di atas kasur king size miliknya. Kenan membuka seluruh pakaiannya, Zanna menggigit bibirnya, menggoda.
"Kamu sudah berani menggodaku sekarang." Tanpa menunggu lama Kenan menyatukan milik mereka. Nafas tak beraturan terdengar dari dalam kamar mereka hingga teriakan Zanna saat dia mendapatkan pelepasannya akan terdengar para tetangga jika mereka berada di rumah.
Tubuh Zanna lemas, dia terkulai lemas di dalam pelukan Kenan dan akhirnya terlelap.
Kenan mencintai wanita ini, apapun yang terjadi. Pertunangan itu harus segera dibatalkan. Kenan tidak ingin sesuatu yang buruk atau Zanna meninggalkannya lagi.
***
"Hai, Sayang!" Kenan berusaha membangunkan Zanna yang masih terlelap. Zanna sama sekali tidak terusik dengan panggilan Kenan dan kembali memejamkan matanya, rapat.
"Dasar bos mesum!"
Zanna berteriak saat pria yang baru saja dia sumpahi sedang mengulum puncak dada Zanna sambil menggesekkan miliknya dari belakang.
"Kenaaannnn.....!!!" Kenan tertawa melihat Zanna yang marah karena kejahilannya. Tawa yang terdengar dari bibir Kenan membuat Zanna kembali melongo.
"Mandilah. Pakaianmu ada di sana!" Ucap Kenan sambil menunjuk pintu yang diyakini tempat pakaian Zanna berada. Zanna memgangguk, kakinya melangkah menuju kamar mandi terlihat malu dangan aoa yang sudah mereka lakukan.
Zanna memasuki ruangan yang tadi ditunjukkan oleh Kenan. Tanpa menunggu waktu yang lama mata Zanna melotot seakan akan keluar.
"What the hell KENAAANNN !!!" Pakaian apa yang disiapkan Kenan untuknya ini? Kenapa semuanya hanya pakaian tidur tipis, bahkan semua pakaian ini tidak bisa menutupi bagian tubuhnya.
"Apa ini?" Tanya Zanna sambil membawa baju yang Kenan siapkan.
"Pakaianmu."
"Hah? Pakaian dari mana ini? Ini bukan pakaian Kenan, ini baju dalam."
"Kamu tidak memerlukan baju, Sayang."
"Maksudnya?" Ucapan Kenan membuat Zanna tidak mengerti, kenapa Zanna tidak memerlukan pakaian.
"Kamu lebih cantik tanpa menggunakan apapun, Sayang." Senyum jahil di bibir Kenan setelah mengatakan itu mendapat hadiah istimewa dari Zanna, sebuah tamparan.
"KAMU GILA?!" Suara keras terdengar jelas dari bibir Zanna, pria di depannya ini sungguh menakutkan.
"Nanti akan ada dokter datang kesini, kamu akan memasang alat kontrasepsi." ucap Kenan dengan wajah kembali datar.
"Kenapa?"
"Kenapa? Karena aku tidak mau melihat kamu hamil, tidak dalam waktu dekat ini." Alasan yang dilontarkan Kenan benar-benar menusuk relung hati Zanna. Alasan Kenan tidak masuk akal sama sekali dalam pikiran Zanna.
Zanna menggelengkan kepalanya berulang-ulang sambil tersenyum sinis.
"Jika tidak mau aku hamil, maka jangan pernah menggauli aku!"