|POV WILLIAM ANTSLEY|
"Apa kau siap dengan latihan pertamamu nak?" Jack langsung mengajakku untuk latihan.
Memang aku tidak sabar, tetapi berilah waktu istirahat sedikit atau mungkin mengisi nutrisi terlebih dahulu.
Dengan nafas terengah-engah ini aku mencoba mengelak ajakan nya untuk sementara.
"Bagaimana.. kalau kita... mengisi sesuatu ...terlebih dahulu"
"Ya ampun. Sepertinya aku tadi melihat orang yang berbeda saat dia berlari tadi" ejeknya sambil menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangan.
Aku tahu itu. Tapi biasanya latihan dimulai dengan mengisi perut terlebih dahulu bukan? Atau mungkin akan ada efek samping jika kita mengisi perut sebelum latihan menggunakan pedang ini? ya mungkin saja itu bisa membuat kita mual.
"Ayolah anak manja, kita bisa mengisi perut setelah kita selesai latihan. Kau kan sudah sarapan tadi pagi bukan? Akan kuberi waktu 5 menit untuk beristirahat. Setelah itu, kita akan mulai pemanasan"
Sepertinya dia tidak main main untuk mengajariku. Aku rasa ini akan menjadi latihan yang berat dilihat lihat aku yang masih berumur 4 Tahun ini.
5 menit telah berlalu dan aku sudah siap dengan latihan ini. Dengan menarik nafas panjang, aku berdiri dari senderan ku dan melepaskan nafasnya. Kami memulai Latihan Pertama ini dengan pemanasan seperti pada umum nya seperti peregangan tangan, kaki, pinggang dan semacamnya.
Setelah kurang lebih 10 menit penanasan, tiba saatnya aku memegang sebuah pedang. Walaupun terbuat dari kayu tapi itu tetap sebuah pedang bukan? Jack memberikan pedang kayu berukuran kecil kepadaku, dengan panjang kurang lebih 40 cm.
Aku mencoba mengayunkan pedang itu dari bawah ke kiri dan ke kanan. Untuk proposisi tubuhku saat ini, pedang ini tidak terlalu berat. Mungkin pedang ini cocok untuk tubuhku saat ini.
"Aku dengar dari Ibumu... setiap kau mengunjungi latihan muridku, kau sering mengayunkan sebuah lobak dan mengikuti gerakanku saat kau masih kecil ya?" tanya nya dengan mengacungkan pedang kayu miliknya kearahku.
aku hanya mengangguk.
Memang benar dulu aku selalu mengikuti gerakannya saat dia melatih muridnya itu menggunakan sebuah lobak. Dan itu berakhir dengan tertidurnya diriku waktu itu. Memangnya ada yang salah dengan itu?
Secara langsung tiba-tiba dia menghentakan kaki dan melompat kearahku sambil memintaku membuktikan pergerakan yang aku ikuti itu. "Bagaimana jika kau praktikkan gerakan yang kau pelajari itu kepadaku!"
Disaat dia melompat ke arahku, aku secara spontan membuat kuda-kuda bertahan dengan menangkis serangan yang dia luncurkan.
Aku pikir itu akan bekerja sesuai dengan yang kuharapkan. Disaat aku berhasil menangkis serangan nya itu, reaksi nya terhadapku membuat tubuhku terpental kebelakang dan terjatuh.
Tanganku terasa sedikit keram setelah menahan serangannya tadi. Jack sialan, sepertinya dia ingin membuat latihanku ini lebih sulit dari murid yang lain.
"Kuh..., apa yang kau lakukan!?" suara kerasku di iringi dengan sedikit batuk.
"Hahahaha, anggap saja itu seperti sebuah salam pembukaan dari ku. Dan yang lebih penting, sepertinya kau membuat gerakan yang cukup bagus. Ya walaupun tubuhmu tak bisa menahan serangan ku tadi, hahaha" jawabnya terkekeh dengan pedang kayu miliknya diangkat ke bahu.
Aku coba kembali berdiri dan memasang posisi bertahan. Latihan ini takkan semudah yang kupikirkan. Dia mencoba membuat ku memaksimalkan teknik yang hanya ku lihat dan peragakan saat masih kecil.
"Apakah latihan seperti ini yang akan kita lakukan terus menerus?" tanyaku dengan nafas terengah-engah.
"Sebetulnya latihan ini mungkin akan lebih mudah dan sederhana. Namun melihat dirimu sudah cukup siap untuk langsung bertarung kecil-kecilan dengan teknikmu itu membuatku ingin mendorong potensimu lebih keras"
"Yang benar saja, aku bahkan hanya melihatmu berlatih"
"Tenang saja. Aku akan tetap mengajarimu beberapa teknik disaat kau membutuhkannya dalam pertarungan kita nanti"
Dia menyimpulkan langsung hanya dengan mendengar dari ibu. Aku rasa aku tidak akan tahan dengan latihan ini.
"Sekarang, coba kau serang aku seperti aku menyerangku tadi"
Dia memintaku untuk mencoba meragakan serangannya tadi. Aku tadi cukup kaget dengan serangannya dan kurang memperhatikan pergerakannya. Namun sepertinya aku bisa melakukan teknik yang ia gunakan tadi.
Aku bersiap memasang posisi menyerangku, tetapi dia terlihat biasa saja tanpa memasang posisi bertahan. Dia menyeringai dan menggerakan tangannya dengan arti 'sini maju'.
Sial, Jack saat ini terlihat menjengkelkan dari biasanya. Dia sangat percaya diri dengan postur nya.
Setelah siap dalam posisiku, aku mulai menghentakkan pijakan dan menyerbu. Dengan erangan kuat yang keluar dari suaraku, aku mengayunkan pedangku sekuat tenaga.
Namun dia hanya memalingkan pinggulnya kesamping dan menghindari seranganku. Saat baru memijak tanah, dalam waktu singkat dia mengangkat pedangnya keatas dan mengayunkan kearah punggungku. Dengan refleks akan bahaya, aku langsung menghindar dari ayunannya.
"Kau tak memberi tahu jika kau ingin melancarkan serangan setelah aku menyerang" teriakku dengan nafas tak karuan.
"William Antsley. Dalam pertarungan sesungguhnya, apakah musuh akan memberi tahu jika dia akan menyerangmu seperti 'bersiaplah aku akan menyerang punggungmu' begitu? Sepertinya tidak. Kau harus tanggap dalam keadaan apapun saat pertarungan. Kau juga berhasil menghindarinya bukan?" jawabnya dengan menaikkan pedangnya ke pundak.
Menurutku ini lebih sekedar latihan. Ini lebih seperti latihan sebelum berperang. Aku tak tahu apa yang ada dipikirannya tetapi apakah dia tidak memperdulikan keadaan yang akan terjadi jika aku melakukan kesalahan saat latihan ini? aku bahkan tak melihat latihan berat yang dia ajarkan kepada murid murid 12 tahunnya itu.
"Omong kosong. Aku pun tak pernah melihat kau melatih muridmu seperti ini" lanjutku.
"Wah..wah... Sepertinya willy kecil sudah pandai berdebat ya" ejeknya.
Tch...
Hanya itu yang dapat kubalas dengan rasa enggan yang sedikit meluap.
"Sebelumnya aku mendengar seseorang bertanya kepadaku. 'apakah aku bisa menjadi pahlawan' katanya. Jika ia ingin menjadi seorang pahlawan, maka ia harus berlatih dengan sungguh sungguh bukan? Aku tidak ingin membuat seorang calon pahlawan terhambat dalam pelatihannya." Dia melanjutkan dengan memegang dagunya sambil mengingat sesuatu.
Guh, dia mulai lagi. Aku tau aku aku bilang seperti itu, tetapi aku tidak mengharapkan cara cepat dan brutal seperti ini langsung dihari pertama.
Sejenak setelah dia mengejekku, aku menenangkan pikiran sejenak. dia tidak salah sepenuhnya. Aku berharap bisa bertahan dalam masa pelatihan ini.
"Hehe, hahaha. Kau ini tidak salah sepenuhnya, tapi apa kau tidak memperdulikan apa yang terjadi setelahnya jika kita melanjutkan latihan seperti ini? ibu bisa saja marah melihat kondisiku nanti jika kau serius" aku balik mengejek nya.
"Hmm, itu akan jadi bencana jika ibumu mengetahui itu" jawab nya dengan memegang dagu.
Itu dia. Dia pasti tidak akan berani jika berkaitan dengan Ibu.
"Tetapi tidak perlu khawatir. Kita bisa memulihkan luka dan tenaga kita nanti di kolam hangat di dekat sini" lanjutnya.
Tunggu dulu... memulihkan tenaga?
"Apa maksudmu?" tanyaku heran.
"Maksudku... jika kau babak belur atau terluka, aku bisa menceburkan dirimu kedalam kolam untuk memulihkan lukamu itu" jawabnya dengan menggaruk kepala.
Oi oi tunggu dulu. Mungkin aku dapat simpulkan bahwa dia tak segan segan menyerangku tanpa menahan diri karena aku dapat pulih kembali jika berendam di sebuah kolam begitu?
"Jadi maksudmu aku akan baik baik saja meskipun kau melatihku dengan brutal seperti itu? KENAPA KAU TIDAK BILANG DARI TADII!?" teriakku kesal.
Jika aku mengetahui hal ini, mungkin saja aku tidak akan protes tadi. Dengan begitu aku tidak perlu takut terluka dan menjalani pengobatan panjang.
"Jadi... apa kau ingin melanjutkan latihan berat ini dariku?"
"tetapi kau tidak bohong soal kolam itu kan?"
Meskipun dia bilang ada kolam yang dapat memulihkan luka, aku harus tetap waspada. Aku tak ingin terkena tipuannya hanya karena sebuah kolam ajaib.
Jack mengambil ancang-ancang untuk menyerang "Bagaimana jika kau membuktikannya sendiri" dia melompat kearahku dan siap menyerang.
Tidak seperti sebelumnya, aku tak menahan serangannya. Melainkan menghindar kesamping. Sesaat setelah dia berhenti, aku melompat dan mulai menyerangnya sama seperti dia melakukan padaku tadi.
Dia mengarahkan pandangannya padaku "kau ini cepat belajar ya" puji nya.
Belum selesai dengan seranganku, aku kira dia akan menangkis seranganku. Melainkan dia menghindarinya lagi kesamping.
Disaat kakiku sudah memijak tanah, spontan kakinya menyelengkat kakiku hingga aku terjatuh.
Serangan Jack memang licik dan pertarungan ini memang tidak seimbang, namun tidak ada peraturan dalam pelatihan ini. Saat aku terjatuh dan terkena bahu dan pinggang kananku itu memang terasa sakit. Tetapi seperti biasa, secara refleks aku mengankat pedangku dan siap menangkis serangan berikutnya.
Aku sudah dalam posisi bertahan, namun dia tidak melanjutkan serangannya. Dia pun mundur dan melambaikan tangannya. "Ayo kembali berdiri"
Setelah dia mengolokku, aku berdiri dan memasang pose menyerang. Isyarat tangan jack mulai diperlihatkan kembali untuk menyerangnya. Akupun menyerangnya kembali dan ternyata dia lebih menerima untuk merespon seranganku dibandingkan dengan menghindarinya.
|POV JACKSON ANTSLEY|
Aku tak percaya ini. Aku tak pernah melatih seorang dibawah umur 10 tahun sebelumnya. Ya karena ini anakku sendiri jadi tidak apa apa menurutku. Tetapi itu juga suatu kemustahilan memberikan sensasi pertarungan untuk anak seumurannya.
Pengucapan kalimat dan kata-katanya yang keluar dari mulutnya terbilang fasih untuk anak seusianya. Dia bahkan belum memasuki umur 5 tahun nya dan dia bisa mengungkapkan ekspresinya lewat mulut secara frontal seperti saat dia marah tadi. Selama ini yang aku lihat pada dirinya selalu membaca dan membaca buku apapun itu isinya.
Masih tak menyangka seorang balita yang memiliki kemampuan beradaptasi dan pertembuhan lebih cepat dari biasanya terlahir sebagai anakku. Tak bisa dibayangkan seperti apa nantinya dia saat sudah mengenal sihir lebih luas dan lebih dalam dari yang saat ini dia ketahui. Dia bisa saja menggulingkan tahta raja negara ini dengan kekuatannya nanti, hehehe. Aku berkhayal bebas bagaimana masa depan anakku ini nantinya.
Dan tidak bisa dibayangkan, dia benar benar cepat tanggap dalam latihan ini. kecepatan refleknya, pengendalian tubuhnya dan pilihan yang dibuatnya juga tidak memungkinkan untuk anak seusianya itu. Mengingat dia bahkan sudah dapat berjalan pada umur 6 bulan membuatku tidak terlalu terkejut akan hal ini. Tetapi hal ini juga butuh apresiasi akan pertumbuhannya ini bukan? bisa dibilang dia ini seorang balita rasa remaja.
Saat ini dia terus-menerus menyerangku. Mungkin karena aku tadi menghindari dan menyerangnya, dia jadi lebih agresif kali ini. Aku terus menangkisnya untuk merasakan seberapa kuat serangannya itu. Kali ini serangannya tidak terasa seperti seorang remaja seperti pergerakannya, namun serangannya juga tidak selemah seorang balita 4 tahun.
Mungkin saja dengan minat latihan yang tinggi, dia bisa melampaui 3 murid terbaikku itu. Sejujurnya aku tak ingin melukainya, aku melakukannya tadi untuk mengetahui apakah dia benar-benar memperhatikan gerakanku atau tidak.
Dengan Blessing Pool, luka yang mungkin akan didapatkan dengan ketidaksengajaan akan sembuh jika kita merendamkan lukanya. Dan tidak hanya luka, tenaga yang saat ini kita kuras bisa pulih kembali seperti semula.
Aku mengingat pertama kali aku menemukan tempat ini dulu bersama 2 temanku. Ya saat itu kami masih menjadi seorang pelajar akademi dan tidak sengaja menemukan tempat ini. Rasanya nostalgia sekali.
"Apa hanya itu yang bisa kau lakukan, Willy kecil?" aku mengejeknya sambil terus menangkis serangannya.
"heh... apa kau ingin lebih, pak tua?" dia menyeringai.
Hahahaha. Sepertinya dia belajar banyak kosakata ya. Jika aku mengiyakan permintaanya, apakah dia akan lebih agresif atau yang lain?
"Bring it on. Lakukan saja sesukamu. Aku akan menangkis semuanya" aku membalas menyeringai.
Tak lama setelah aku menjawab, serangannya jadi sedikit lebih cepat. Namun kekuatan menyerangnya melemah. Sepertinya dia mengerahkan kekuatannya pada kecepatan saat ini.
Dia terus memukul mundur diriku dikarenakan aku terus menangkis. Mungkin aku akan sedikit mengerjainya. Dengan memperhitungkan jeda serangannya, aku pun menangkal pedangnya dan membuat pedangnya itu terlempar keatas.
"Barusan itu serangan beruntun yang cukup bagus, tetapi apanya yang lebih?" aku mengejek.
|POV WILLIAM ANTSLEY|
Tanganku sedikit mati rasa karena serangan membabi buta tadi. Aku rasa Jack ingin memprovokasiku agar aku mengerahkan semuanya. Tetapi seperti itulah kenyataannya. Saat ini staminaku mudah terkuras dan aku tidak memikirkan penggunaan tenaga secara optimal. Yang aku pikirkan saat itu adalah bagaimana caranya agar aku dapat mendaratkan setidaknya 1 serangan padanya.
Aku memaksakan pernafasanku ini dengan tidak teratur agar aku masih dapat melihat secara jelas. Setelah dia membalikkan keadaan dan membuat pedangku terpental, tubuhku mulai tumbang dan berlutut ke tanah. Nafas boros keluar dari mulutku. Saat ini pandangan ku tertuju ke bawah dan tetap memikirkan cara untuk dapat melancarkan serangan padanya. Aku mengarahkan pandanganku pada Jack yang menghampiriku.
Jack membungkukan badannya "Apa kau sudah pada batasnya, nak?" tanya dia sambil mengulurkan tangan.
"Kuh, sepertinya aku terlihat menyedihkan saat ini" aku terkekeh
"Apa kau masih ingin lanjut?"
Aku tak tau apa yang akan dia rencanakan selanjutnya, biasanya dia akan mengecoh dan mulai menyerangku lagi. Tatapan senyum nya tidak bisa di prediksi hanya dengan melihatnya.
"Beri aku waktu untuk mengatur nafasku" aku membaringkan diri dan merentangkan tangan.
Paru-paruku terasa panas saat ini. serangan beruntunku tadi menimbulkan efek samping yang lumayan beresiko pada tubuhku.
"Kau tahu... aku memikirkan untuk melatihmu setiap harinya seperti ini untuk kedepannya. Dikarenakan aku tak memiliki murid lagi, jadi aku memutuskan untuk melatihmu sampai waktu yang akan datang" dia berdiri menjauh.
Aku berfikir untuk menyutujui proses latihan yang akan dia berikan. Tetapi aku harus memastikan kolam pemulihan terlebih dahulu.
Aku berdiri dan menghampirinya "Anu, bagaimana kalau kita mencoba kolam pemulihan yang kau ceritakan itu. Jika aku sudah memastikan kebenarannya, mungkin saja aku akan menerima sepenuh hati dengan pelatihan mu itu" dia menoleh kearahku.
Agar aku dapat bertahan untuk kedepannya, aku pastinya juga membutuhkan restorasi tenaga dan stamina agar latihanku ini dapat dilakukan kemungkinan 2x lipat dari latihan biasa.
"Hmm... baik. Aku akan membawamu ke kolam ajaib itu, dan kita akan berendam sejenak" jawabnya.
Dari raut wajahnya yang terlihat tidak dibuat-buat membuatku meyakinkan diri jika dia itu tidak hanya membual.
"Tetapi... aku memutuskan untuk sesi menguras energi sebanyak 2 kali dalam 1 hari, bagaimana? Jadi kita bisa berendam 2 kali setelah latihan yang kita lalui itu. Mungkin latihan selama itu tidak akan memakan waktu lama agar ibu dan adikmu tidak ingin menunggu lama kepulangan kita" lanjut dia dengan mengacungkan jari telunjuknya.
Aku hanya mengangguk tanda menyetujui syarat yang ia minta tadi. Selagi aku mendapat apa yang kubutuhkan saat ini, maka itu tak akan menjadi masalah.