webnovel

1. Tidak ada restu

"Pokoknya Papa tidak setuju dengan pria pilihanmu, sampai mati pun Papa tidak akan merestui hubunganmu dengan pria itu," seru tuan Gerald kepada putri semata wayangnya, Keren.

Keren hanya bisa menangis dalam pelukan ibundanya, Nyonya Monik dan tak mampu berbuat apa apa.

Kerenhapukh itulah nama lengkapnya, wanita yang berusia 25 tahun yang bekerja sebagai manager di perusahaan besar milik keluarganya.

Saat ini menjalin hubungan dengan pria yang dicintainya, bernama Bimo Saputra yang umurnya beda dua tahun dengan Keren.

Dalam segi karier Bimo termasuk sukses, ia bekerja sebagai GM di sebuah perusahaan raksasa yang bergerak dalam bidang transportasi.

Sudah hampir lima tahun hubungan Keren dan Bimo terjalin, namun selama itu juga restu dari Tuan Gerald tidak pernah ada untuk hubungan mereka.

Ibunda Keren awalnya juga menolak hubungan keduanya, namun karena ketulusan hati Bimo meyakinkan nyonya Monik, bahwa ia benar-benar menyukai Keren, akhirnya Nyonya Monik memberi restu kepada keduanya.

Berbeda dengan tuan Gerald yang sampai saat ini tidak pernah memberi lampu hijau kepada keduanya, hal ini dikarenakan Bimo berasal dari desa.

Kedua orang tua Bimo tinggal di desa dan bekerja sebagai petani.

Pernah suatu ketika Keren nekat ikut Bimo pulang kampung.

Ia merasakan kedamaian selama berada di sana.

Namun siapa sangka, sesampainya di rumah, ayahnya sudah menunggunya pulang, tanpa mendengarkan penjelasan dari Keren, ayahnya yang diliputi emosi langsung menampar pipi Keren.

Sontak Keren kaget dengan tindakan ayahnya itu. Ia langsung kabur dari rumah dan lebih memilih tinggal di rumah temannya bernama Sisil.

Namun karena bujukan sang ibu yang mengatakan ayahnya menyesal telah menampar Keren. Ia pun luluh dan kembali ke rumah.

Saat pulang ke rumah, ayahnya sedang terbaring sakit di kamar.

Ayahnya pun meminta maaf kepada Keren dan berharap Keren mau melupakan Bimo.

"Nak, apa kata orang jika mereka tau besan Papa berasal dari desa? bagaimana Papa menghadapi para kolega Papa?" demikian penuturan ayahnya yang berkali kali mengulang kata-kata yang sama agar Keren melupakan Bimo.

Keren bukan belum pernah mencoba untuk melupakan Bimo namun tetap saja, ia tidak bisa berpaling dari Bimo.

Bimo juga sudah berusaha untuk melupakan Keren. Namun ia juga tidak mampu, karena Bimo sudah benar-benar jatuh cinta kepada Keren.

Pernah satu ketika, Keren ingin Bimo untuk melarikan saja, namun Bimo tidak mau melakukannya, ia tidak ingin Keren mempermalukan keluarga besarnya dan menjadikannya anak durhaka hanya karena seorang pria.

"Jika kita memang jodoh, pasti Tuhan akan buka kan jalan untuk hubungan kita, namun jika tidak, aku yakin, Tuhan punya rencana yang lebih indah untuk kita berdua," Bimo mencoba berbesar hati dengan hubungan mereka berdua.

Bukannya ia sudah lelah untuk berjuang, tetapi ia lebih memasrahkan hubungan mereka berdua kepada Yang Kuasa.

Mendengar perkataan Bimo, Keren segera memeluk pria yang dicintainya itu seolah-olah akan ada sesuatu masalah besar yang akan terjadi di hubungan keduanya.

Benar saja, suara hati Keren yang gelisah itu terjawab sudah, ternyata ayahnya memiliki rencana untuk menjodohkannya dengan anak seorang kolega ayahnya bernama Teo.

Betapa hancur hati Keren mendengar ultimatum ayahnya itu. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia bingung menghadapi semuanya ini, saat ini ia mencoba menghubungi Bimo untuk membicarakan hal ini.

"Keren, kamu tau kekuasaan tuan Gerald, sekali ia mengatakan tidak, selamanya akan tetap tidak, ikutin saja maunya Papa kamu, aku merelakan semuanya, asal kamu bahagia.," Seru Bimo mencoba merelakan kekasihnya.

"Tapi Bim, Aku masih sangat menyayangimu," ujar Keren terisak.

Bimo segera memeluk tubuh Keren dan mengusap rambutnya dengan lembut.

"Aku tau Keren, tapi apa yang harus Aku lakukan? Aku juga tidak mau kamu menjadi anak durhaka kepada kedua orang tuamu, jalan satu-satunya, kita harus sudahi semua, aku tau pasti sakit untuk kita berdua, tapi ini demi kebaikan kita berdua juga."

Hari ini, adalah hari terakhir mereka bersama, keduanya pun memutuskan untuk mengakhiri semuanya.

Bimo tidak senekat itu memperjuangkan cintanya, karena tuan Gerald telah mengancam Bimo, jika ia tidak segera meninggalkan Keren, tuan Gerald akan menggunakan kekuasaannya untuk menjatuhkan karier Bimo, sedangkan Bimo saat ini menjadi tulang punggung bagi keluarganya, dua adiknya masih duduk di bangku sekolah.

Setelah mengucapkan salam perpisahan dan saling mengakhiri hubungan mereka,

keduanya pun masuk ke mobil masing masing. Keren mencoba pasrah dan mengikuti kemauan ayahnya.

Sesampai di rumah, Keren hendak masuk ke dalam kamarnya melalui pintu samping, namun ia melihat jika di ruang tamu ada tamu yang datang.

Ia penasaran dengan tamu yang datang itu, Keren berjalan menuju ke dalam rumah.

Tuan Gerald melihat Keren pulang.

"Wah, panjang umur, ini dia baru pulang," Tuan Gerald memanggil anaknya untuk bergabung dengan mereka.

Keren menampilkan senyum termanisnya, walaupun hatinya saat ini sedang berantakan.

"Perkenalkan ini Teo," ujar Sang Ayah.

"Nak Teo ini Keren, putri saya," ujarnya lagi memperkenalkan Keren.

Keren pun menyapa Teo dan kedua orang tuanya.

"Maaf om, Tante, saya pamit ke dalam dulu," ujar Keren.

Sejak tadi mata Teo menatap tajam ke arah Keren dan ia tidak tau arti tatapan itu.

Nyonya Monik mengetahui perasaan anaknya saat ini, namun ia tidak berani membantah suaminya.

"Ma, tolong panggilkan Keren, kita akan makan bersama," ujar Tuan Gerald kepada istrinya.

Nyonya Monik segera melangkah ke dalam kamar anaknya, ia melihat jika Keren saat ini sedang menangis.

"Sayang, kamu kenapa?"

Keren segera memeluk ibunya, ia menumpahkan segala keluh kesahnya kepada ibunya itu.

"Aku.., aku dan Bimo sudah putus Ma," isaknya tak tertahankan lagi.

"Kamu yang sabar ya sayang, Mama yakin kamu pasti bisa melewati semua ini, ayo kamu cuci muka dulu dan ganti pakaianmu, semuanya menunggumu di meja makan," nyonya Monik mencoba menghibur anaknya.

Saat ini Keren ikut bergabung di meja makan, tuan Dino dan nyonya Dina terlihat tersenyum ke arah Keren, berbeda jauh dengan Teo yang terlihat cuek.

Setelah selesai makan, kedua orang tua itu sedang menentukan konsep pernikahan Teo dan Keren.

Tanpa melibatkan mereka berdua.

Keren hanya bisa pasrah dengan pilihan ayahnya itu.

Keesokan harinya, atas perintah ayahnya, Keren dan Teo akan jalan-jalan ke mall untuk saling mengenal lebih dekat, kebetulan hari ini adalah hari Minggu. Jadi Keren memiliki waktu luang.

"Kamu jangan mempermalukan Papa, Teo itu lulusan luar negeri dan anaknya sangat pintar, jadi bersikaplah dengan baik," itulah ultimatum ayahnya sebelum sopir mengantarnya ke mall.

"Keren berpikir dalam hati, kenapa Teo tidak menjemputnya?" terjawab sudah dugaan Keren.

Teo setali tiga uang dengannya. Ia juga tidak menginginkan pernikahan ini.

Sesampai di mall, Keren segera berjalan di sebuah restoran tempat mereka janjian untuk bertemu.

"Gue Teo, lo pasti Keren," sinisnya

"Iya Teo, senang berkenalan denganmu," serunya sopan.

"Gue nggak mau basa basi, apa yang lo mau dari pernikahan ini?" Sinisnya lagi.