Seo Chan dan Ji Won yang baru saja turun dari bus menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, lalu dengan serempak mereka berdua langsung menjatuhkan barang-barang bawaan mereka keatas tanah dan merentangkan kedua tangan mereka sambil menghirup dalam-dalam perpadauan udara pegunungan dan laut disekitar mereka.
"Aaaahhhh, sudah lama kita tidak datang berkunjung kesini." Ucap Seo Chan setelah puas menghirup dalam dalam udara di sekitar mereka dan juga meregangkan tubuhnya yang terasa sedikit pegal.
Ji Won yang juga sudah puas menghirup dalam dalam udara segar pegunungan dan lautan di kampung halamannya yang saat ini berada di pulau Geoje, menganggukan kepalanya merespon perkataan Seo Chan.
"Ya kau benar. Kita hanya datang kesini tiga kali dalam setahun saat peringatan hari kematian kakek ku saja."
Seo Chan menganggukan kepalanya pelan.
"Kita akan langsung pergi menuju makam kakek mu atau menaruh barang-barang kita di rumah bibi mu?" Tanya Seo Chan membuat Ji Won terdiam sesaat ditempatnya.
"Hmmm, sebaiknya kita kerumah bibi ku terlebih dulu meletakan semua barang bawaan kita disana." Jawab Ji Won yang di setujui oleh Seo Chan.
Setelahnya mereka berdua berjalan menyusuri jalan menuju rumah bibi Ji Won berada.
Selama perjalanan menuju rumah sang bibi, tidak sedikit para pemukim pedesaan yang mengenal Seo Chan dan Ji Won menyapa mereka berdua. Bahkan ada yang menawarkan mereka untuk singgah sementara dan menawarkan tumpangan untuk sampai pada rumah sang bibi.
Namun dengan sopan Ji Won dan Seo Chan menolak dengan alasan mereka akan kembali nanti setelah mengunjungi makam mendiang sang kakek dan juga setelah meletakan semua barang bawaan. Karena mereka akan masih berada di pedesaan ini sampai tiga hari kedepan.
"Aku tidak menyangka jika mereka masih mengenali kita berdua, Won-ah." Ujar Seo Chan yang di respon dengusan geli oleh Ji Won.
"Bagaimana mereka tidak mengingat kita? Saat kita masih kecil sampai duduk di bangku sekolah menengah pertama kita hampir setiap Minggu selalu berkunjung kesini dan membuat keributan di perkebunan mereka?"
Gelak tawa Seo Chan pun pecah mendengar perkataan Ji Won. Belum lagi saat tiba-tiba sebuah ingatan dirinya dan Ji Won waktu kecil melintas begitu saja di dalam kepalanya.
Berbeda dengan Seo Chan yang tergelak geli, Ji Won justru hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas panjang saat harus mengingat kenakalan yang dibuat oleh Seo Chan dan membuat dirinya harus terseret kedalam masalah yang di buat oleh kenakan sahabatnya satu ini.
"Hahahaha aku mengingat saat aku yang melakukan kejahilan, tetapi dirimu lah yang mendapatkan omelan dari warga sekitar yang menjadi korban ke jahilan ku."
Ji Won memutar kedua bola mata nya malas.
"Ya karena mereka semua segan untuk memarahi dirimu, jadi aku lah yang menjadi sasaran mereka."
Seo Chan masih tergelak geli dan kini dengan sebelah tangannya yang merangkul bahu Ji Won.
"Seharusnya mereka tidak perlu merasa segan seperti itu kepada ku. Karena aku hanya seorang anak kecil yang masih begitu sangat nakal."
Ji Won yang merasa sedikit berat dan risih karena sebelah tangan Seo Chan yang merangkul pundaknya pun, menyingkirkan sebelah tangan sahabatnya itu. Membuat Seo Chan yang melihat itu hanya berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Oh iya, kau belum mengabari bibi mu bukan jika kita akan berkunjung dan menginap sampai tiga hari kedepan?" Tanya Seo Chan saat dirinya baru teringat dengan apa yang akan dilakukan oleh bibi Ji Won saat mengetahui jika mereka berdua akan berkunjung ke sini.
"Tentu saja aku tidak mengabarinya. Karena jika aku mengabarinya maka bibi ku dan warga yang lain pasti akan mengadakan pesta menyambutan untuk tuan muda mereka." Jawab Ji Won membuat Seo Chan menghela nafas lega.
"Ah syukurlah jika kau belum mengabari mereka. Karena aku sama sekali tidak ingin merepotkan mereka hanya karena kedatangan ku kesini untuk menjenguk makam kakek."
Ji Won menganggukan kepalanya menyetujui apa yang di katakan Seo Chan.
"Selain itu juga jika mereka membuat pesta sambutan untuk kita, aku juga yang akan ikut mereka repotkan, karena harus menyiapkan dan membersihkan segala hal setelah pesta selesai."
Seo Chan tidak dapat menahan gelak tawanya mendengar perkataan Ji Won. Belum lagi ingatan saat setiap dirinya datang berkunjung kesini dan para warga di pedesaan ini mengadakan pesta penyambutan untuk dirinya dan Ji Won. Setiap setelah selesai berpesta dirinya tidak dapat menemukan keberadaan Ji Won, karena sahabatnya itu pasti akan di sandra oleh para warga untuk membereskan sisah mereka berpesta.
Ji Won mendelekian matanya saat mendengar Seo Chan yan tergelak gelik.
"Terus saja lah kau tertawa. Kau tidak akan ku berikan kamar dirumah bibi ku. Agar kau tertidur di halaman selama kita menginap disini."
Dengan masih tertawa, Seo Chan menaikan sebelah alisnya memandang Ji Won mengejek.
"Apa kau yakin bisa melakukan itu? Aku yakin kau lah yang akan berakhir seperti itu jika bibi mu mengetahui rencana mu ini."
Ji Won berdecak kesal.
"Tsk, aku heran sebenarnya yang anggota keluarga bibi ku, itu kau atau diriku? Entah mengapa bibi memperlakukan mu seperti keponakannya sendiri, sedang memperlakukan ku seperti orang asing."
Seo Chan mengulum senyum kecil diwajahnya mendengar perkataan Ji Won. Dirinya pun kembali mengulurkan sebelah tangannya untuk merangkul Ji Won.
"Kalau begitu, apa kau ingin berganti peran menjadi diriku hum? Dengan senang hati aku akan mempersilahkan dirimu berganti peran menjadi diriku."
Ji Won kembali mendelikan matanya setelah mendengarkan perkatan omong kosong Seo Chan, dengan sedikit kasar menggerakan tangannya untuk menepis tangan sang sahabat yang tengah merangkul pundaknya.
"Suruh saja orang lain untuk berganti peran dengan dirimu, aku amat sangat malas untuk menyusahkan diri sendiri berganti peran dengan dirimu."
Gelak tawa Seo Chan kembali menggelegar setelah mendengar perkataan dengan nada sinis yang keluar dari bibir Ji Won.
"Hahahaha, sebegitu tidak sukanya kah dirimu dengan gaya dan lingkungan sosial disekitar ku, sampai-sampai kau tidak ingin berganti peran dengan ku?" Tanya Seo Chan dengan raut wajah yang berpura-pura sedih.
Tanpa menunggu lama, Ji Won pun langsung menganggukan kepalanya tanpa ada keraguan sama sekali.
"Kau benar. Jika saya keluarga ku tidak bekerja bersama dengan keluarga mu, aku juga tidak ingin bermain, bergaul dan bersahabat dengan dirimu."
Seo Chan kembali tergelak geli merespon perkataan Ji Won yang terdengar begitu amat sangat jujur dari lubuk hatinya paling dalam.
Dengan refleks Seo Chan menggerakan sebelah tangannya untuk memukul punggung belakang Ji Won masih sambil tergelak.
"Kau pasti akan merasa amat sangat kehilangan, jika sudah saatnya aku tidak ada lagi di dunia ini mendahului dirimu dan yang lain untuk menyusul kakek!"
Dengusan geli pun keluar dari bibir Ji Won.
"Justru aku akan merasa lega, karena sudah tidak di repotkan lagi untuk menjaga dirimu."
Setelah itu Ji Won mempercepat langkah kakinya meninggalkan Seo Chan yang tengah diam terpaku mendengar perkataannya.
"Hei! Awas saja kau Ji Won-Ah!"